TCA >34

1.1K 65 4
                                    

Happy Reading!

Mendengar hal itupun Azfi panik, ia berlari menuju ke gerbang. Namun, Azfi dihentikan oleh Pak satpam tersebut.

"Mau kemana dek, sudah bertemu dengan Ning Hanum?" tanya Pak satpam itu.

"Pak, bisa hantarkan saya ke Jawa Tengah tidak?" Azfi bertanya balik pada Pak satpam itu. Pertanyaan dari Azfi membuat Pak satpam itu kebingungan.

Pasalnya Azfi hendak kesini untuk bertemu dengan Ning Hanum, namun nyatanya kembali lagi ke asalnya.
"Bisa dek, tapi harus izin dulu dengan Kyai."

Mengira hal itu lumayan lama, Azfi lebih memilih untuk mencari sebuah taksi yang melintas didepan pesantren tersebut. "Terimakasih, Pak, saya takut lama menunggu, sedangkan saya secepatnya harus pulang kerumah asal saya, Pak."

Gerbang itu terbuka lebar dan berhentilah taksi dihadapannya. "Masuk Neng," pinta bapak supir itu. Didalam Azfi tersenyum pada Pak satpam itu seolah berterimakasih atas memperbolehkan dirinya masuk kedalam pesantren tersebut.

Di perjalanan yang lumayan memakan waktu, Azfi tertidur. Saat dirinya membuka mata melihat bapak supir ini seperti mengantuk. "Pak, Pak, Pak, Awass!"

DUG

DUAR

Mobil itu terombang-ambing, mata Azfi memanas melihat itu, untuk melihat kedepan saja rasanya pusing, tak kuat untuk menahan matanya terbuka lebar. Mobil itu terjatuh ke dalam jurang yang lumayan dalam.

Warga sekitar yang melihat kejadian tersebut, langsung menelepon polisi dan membantu mengeluarkan penumpang beserta supirnya. Pak supir dan Azfi sama-sama tak sadarkan diri. Entah karena benturan yang sangat keras atau terkejut melihat kejadian tadi.

Untung saja, kejadian tersebut sudah sampai dilokasi tujuan yang hanya 10 menit lagi sampai pada pesantren Al-Hafiz. Ada warga yang menelepon ambulance untuk membawa kedua korban tersebut, dan ada warga yang serta ikut membawa kedua korban ke rumah sakit.

Sampailah dirumah sakit, warga yang bernama ibu Kina membawa tas milik Azfi pun tersadar, karena ibu Kina merasa dirinya belum menghubungi keluarga korban. Ibu Kina pun menelepon saudara Azfi yang bernama Zyan atau Abangnya. Ibu Kina mengira Zyan adalah suaminya atau saudara terdekatnya.

"Assalamu'alaikum mas," sapa ibu Kina.

"Waalaikumsalam dek," balas Zyan. Ia pun merasa heran, kenapa adiknya ini memanggil dirinya 'mas', bukankah memanggil dirinya 'Abang'.

"Maaf mas, ini bukan adiknya mas, melainkan warga sekitar yang membawa adiknya mas kerumah sakit, oh iya, adiknya mengalami kecelakaan. Mohon untuk segera kerumah sakit, mas."

"Astaghfirullahalazim, ibu share lokasi saja pada saya, akan segera ke rumah sakit, bu." Zyan mematikan panggilan itu sepihak.

Panik.

Entah pikiran Zyan sudah kemana-mana, rasanya lemas mendengar adiknya ini kecelakaan hingga masuk ke rumah sakit. Menurut Zyan, jika sudah masuk ke rumah sakit, berarti penyakit itu sudah parah.

Ia mengendalikan mobil diatas kecepatan rata-rata, sampailah dimana Zyan berada di depan ruangan Azfi. Dokter masih belum keluar untuk memeriksa keadaan Azfi. Air mata itu lolos turun membasahi pipinya.

"Mas abangnya korban bukan?" tanya ibu Kina, sebab ia ingin mengembalikan semua barang Azfi yang ditemukannya.

"Iya bu, kenapa?"

"Ini tas dari Adiknya, mas." Ibu Kina menyodorkan tas beserta ponsel milik Azfi.

"Terimakasih bu, maaf sudah merepotkan ibu."

Takdir Cinta Azra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang