3

58 25 0
                                    

Sebulan yang lalu saat proses operasi ibuk dirumah sakit, gue ambil cuti tiga hari dari kantor.
Siap siaga 24 jam tiap hari bikin mood naik turun.

Larilah gue ke Toko buku seberang jalan depan rumah sakit.
Sibuk memilah bacaan yang cocok. Mata gue menunjuk buku yang cukup tebal dan terlihat kusam. Keknya buku lama yang udah ga laku. Gue ambil sambil jinjit, tentu saja karna tubuh gue pendek. Udah sampe hadapan gue, benda ini keliatan seperti barang tua penuh pesona yang harusnya udah masuk kedalam jajaran koleksi museum.

Sampulnya yang berlapis ukuran emas benar benar memukau. "Apa ini dijual?".
Bukan seperti barang best seller atau buku karya penulis terkenal. Ini lebih mirip buku mantra rahasia yang diperebutkan para penyihir hebat di negeri dongeng.

Tanpa buang waktu gue bawa buku yang bikin gue terpikat ini ke kasir. Sampai di Rumah Sakit, sambil nunggu ibu istirahat diatas brangkar, gue buka bungkusan perlahan dan yaa sungguh mempesona. Bagaimana bisa sebuah buku memiliki kharisma kayak gini.

Gue buka perlahan sampul megah itu, kata demi kata seperti mantra sihir yang sangat indah. Gue larut didalamnya. Menyelami kedalaman pikiran yang hanya terfokus pada alur cerita.

Ini novel. Novel romansa klasik. Jalan cerita yang tidak terlalu berat dan berfokus pada kisah cinta anak SMA pada umumnya. Terdengar klise memang. Tapi seperti ada sihir yang bikin ga bisa berenti baca, akhirnya gue lanjutin sampe selesai.

Dan yaa cukup membosankan.
" Tau gitu ga gue beli tadi, sayang banget duit gue, harganya lumayan lagi..".
Tuntutan hidup yang bikin gue tumbuh jadi lebih dewasa dari temen sepantaran. Terfokus hanya pada kesehatan ibuk, bikin gue gaada waktu buat main dan jalanin masa muda yang kata orang menyenangkan. Menyenangkan? Haha apa itu menyenangkan. Rasa seneng bagi gue hanya saat liat ibuk sehari ga nangis nahan kesakitan karena tumor dikepala.
Hanya itu, thats it.

Menyelesaikan masalah gue sendiri, apapun itu. Gue gamau berlarut sama yang namanya masalah. Karna banyak hal penting yang harus gue lakuin. Kerja paruh waktu di 4 tempat sekaligus selama seminggu penuh, yang gajinya ga seberapa. Apapun gue lakuin selagi menghasilkan uang, termasuk ngehack website, ups. Tapi itu dulu.

Cerita cinta masa SMA itu cuma hal bodoh, buang waktu. Dan hanya jadi sumber distraksi. Novel bodoh ini ga berhasil hibur gue. Emosi pemeran yang sebenernya ga penting. Kenapa harus capek capek ngelakuin hal yang udah tau berakhir sia sia, demi mendapatkan tujuan yang ga penting.

Tapi keyak ada sesuatu yang magis. Gue gatau apa tapi yang pasti, otak gue ga berenti mikirin alur novel jelek ini. Ceritanya klise banget, bikin gue cringe. Tapi kenapa? Seperti ada yang ngendaliin emosi gue?.
Seperti ada menahan untuk terus menatap buku yang udah gue tutup sampulnya. Tapi sekelebat ingatan uang yang udah gue bayar buat beli ni novel jelek, berhasil buat kesadaran gue balik.

" Ni novel buluk ga heran sih ampek kusem begini, gaada yang beli. Orang ceritanya kayak begitu. Lagian ngapain sih gue beli tadi.... ishh udah ngeluarin duit, barangnya ga guna... mana gajian masih lama juga..."
Kesel banget sumpah!.

Novel ini menceritakan golongan satu persen yang konon katanya menguasai 64% kekayaan negara. Yap para konglomerat yang kebal sama hukum di negeri itu.
Dengan sudut pandang seorang pemeran utama yang lengkap dengan spesifikasi kehaluan penulisnya. Tentu saja dengan predikat luar biasa yang ga dimiliki oleh siapapun. Jovan Lion Abraham, Pewaris Lion Grup, perusahaan kontraktor mega proyek, juga bergerak dibidang industri teknologi menjadikan perusahaan bak istana yang terkesan seperti menduduki tahta tertinggi seantero benua. Jangan lupakan geng motor "McKenzie" yang dia ketuai. Sosoknya yang dominan dan rupa menawan ga manusiawi sama sekali.

Dia terpikat oleh kelembutan pemeran wanita yang anggun dan berhati bak malaikat. Ketrine Zeline Abimanyu, Putri tunggal dan pewaris FX Group.

Novel tanpa antagonis pasti sangat membosankan. Karena itu penulis selalu menyisipkan bumbu bumbu drama yang akan menambah emosi pembaca. Dia Aldebara John Peter, Pewaris JP Group. Perusahaan maskapai penerbangan raksasa.

Dengan latar belakang sekolah para elit "Galaxy High School".Gaya hidup para OKL ini benar benar diluar nurul.
Gue curiga si penulis sosok yang normal. Halu yang beda tipis ama yang namanya gila, kayaknya emang berhasil bikin dia tenggelam dalam imajinasi yang dia bikin sendiri.

Perebutan cinta sang Bidadari Katrine membuat pemeran laki laki berubah layaknya dua kesatria berkuda yang beradu pedang.
Bentuk teror, permusuhan, kekejaman dan hal hal yang ga penting lainnya berpadu menyusun alur takdir para pemeran.

Dan yaa bisa ditebak siapa pemenang terakhir. Para pemeran utama yang bersatu dan hidup bahagia. Happy ending.

Kayaknya gue udah gila bisa baca cerita bodoh kayak gini. Dikaitkan dengan apapun semua bentuk dalam cerita itu adalah hal mustahil didunia serba modern ini.
Seorang konglo tidak akan punya waktu ngurusin masalah kayak gitu. Tanggung jawabnya terhadap ribuan atau lebih karyawan yang dia miliki jauh lebih mendesak. Apalagi untuk buang uang hanya untuk mendapatka hati seorang wanita. Kalo dia mau dia bisa dapat seribu bidadari hanya dengan jentikan tangan.
Mengorbankan perusahaan yang telah berdiri dari jerih payah tetesan darah, air mata dan kerja keras ratusan ribu karyawan tidak akan masuk dalam checklist seorang konglo. Apalagi hanya karna satu tujuan yang gaada nilainya.
Benar benar novel memuakkan.

Itu isinya. Itu alurnya. Dan begitu ceritanya.
Dua jam gue habisin baca novel jelek itu, dan berakhir gue mencak mencak disamping brangkar ibuk yang lagi tidur.

Hidup mereka yang terkesan flexing dengan segala kemewahan dan kekayaan, seakan ngejek gue yang lagi berada di kasta terendah.

" Linda.." suara lirih itu berhasil menghentikan pergerakan gue yang lagi ngacak acak rambut.
" iya buk.., ibuk sakit lagi..?, tak panggilin dokter dulu ya.. bentar buk bentar". Berdiri dengan sigap bersiap lari menuju pintu keluar. Gue gamau ibuk kejang lagi kayak tadi pagi. Dia manggil nama gue aja rasanya udah ga karuan. Ya Tuhan tolong.
" linda.." panggilanya semakin lirih.
Baru dua langkah gue tercekat, seketika gue noleh ke ibuk dan menghampirinya.
" ibuk kenapa... bilang buk mana yang sakit..., " suara gue bener bener terdengar memilukan. Air mata yang jatuh entak sejak kapan membanjiri pipi. Gue usap kedua tangan ibuk lembut. Dan gue tergugu lemas dengan kepala diatas brangkar. Terasa hangat saat ibuk mengusap kepala gue. Dan tangis gue makin kenceng. Gue 25 tahun bulan depan, tapi masih cengeng banget heran.
" kamu kenapa nduk?..
Kamu pasti capek jagain ibuk.. kamu pulang aja.. mandi terus makan, istirahat juga nduk... lagian ibuk udah enakan.. besok juga udah boleh pulang kata dokter.." nada suara yang tersenggal senggal itu bikin gue semakin mengeratkan genggaman ditangan ibuk.

Gue nakal gue akuin itu, gue juga bukan putri yang berhasil bikin ibuk bahagia dengan nyediain kemewahan.
Gue ga pernah takut sama semua masalah dan kepahitan di hidup gue. Satu hal yang bener bener bisa hancurin jiwa raga yang sok hebat dan kuat ini cuma ibuk.

Gue ijin pulang setelah minta tolong suster buat jagain ibuk. Ibuk maksa nyuruh gue pulang dengan sedikit adu argumen tadi. Katanya kalo gue sakit, ibuk juga makin sakit. Dengan setengah hati gue mengiyakan perintah ibuk, meskipun sebenarnya gue pengennya tetep disana jagain ibuk yang masih lemes.

Dan hari ini gue akhiri dengan tidur terlelap di kamar sambil meluk novel jelek yang ukurannya lumayan gede tadi. Yaa buku jelek ini gue bawa, karna gue udah ngeluarin uang yang dengan susah payahnya gue kumpulin dan sisihin dari gaji kemarin kemarin.
Dengan niat kalo ada waktu gue akan mampir ke toko barang antik yang ga jauh dari kantor buat gue jual.





Gimana gimana...
Jangan lupa vote dan komen yaaa

Vote





Bukan Pemeran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang