Setelah waktu berlalu, aku tau tidak ada yang kebetulan dalam sebuah takdir.
Walaupun takdir ditentukan oleh pilihan kita, tetapi terkadang takdir juga yang memilih kita.(The King : Enternal Monarch)
Jam menunjukkan pukul 11 malam. Gue masih disini, menata barang dietalase toko. Membersihkan meja kotor, membuang sampah milik para pengunjung yang hobi meninggalkannya berserakan.
" JP Group memasuki era kejayaannya selama kurun waktu satu dekade ini. Ditangan Pewaris Utama yang masih muda membawanya... bla bla bla..."
Berita seperti itu tidak hanya hari ini muncul di TV.
Berita terkait perekonomian negeri tidak lepas dari campur tangan Perusahaan besar seperti JP Group. Makanya setiap hari pasti nama mereka disebut.Termasuk para pewaris yang menjadi idola. Lifestyle dan hubungan asmara mereka tak lepas dari sorotan media. Berta terkini Jovan dan Bara saat ini berkompetisi memenangkan hati Ketrine.
Semua pertemuan ataupun jamuan besar pasti selalu ada mereka.
Kehadiran ketiganya yang paling menyita perhatian. Merek yang dipakai, mobil yang dibawa serta hubungan dekat yang terpampang dilayar media, selalu menjadi trending.Mengingat ucapan Bara kala itu bikin geleng kepala. Rasanya lucu saat baper karna ucapan bocah SMA yang berniat mau melamar. Seketika gue tampar pipi gue sendiri supaya segera sadar.
" Heh..." tersenyum sinis kalo diingat.Perasaan emang ga bisa dipaksa. Tapi gue yakin bisa mengendalikannya.
Mungkin novel ini udah berjalan semestinya. Tapi gue udah ga peduli.
Gue akan jalanin semuanya menurut kehendak gue sendiri.Termasuk menyikat kloset.
" ni kloset perasaan hampir tiap hari mampet mulu, ni orang orang pada buang apaan si...."Taukan kalo kloset udah dalam keadaan kayak gini. Gue harus pompa dulu biar alirannya lancar. Entahlah apa gue harus bangga kalo gue jago banget masalah beginian :).
Cringgg...
Tanda pembeli datang. Gue selesaikan segera dan berlalu menuju kasir.
" ada tambahan lain?". Tanya gue sopan dan masih berfokus mengscene barcode.
" lama ga ketemu" suara itu...
Mendonggakkan kepala dan terlihat Jovan yang tersenyum. Entah apa arti senyuman itu. Yang jelas ga baik lama lama berhadapan sama dia.
" Totalnya 250 ribu".
Blackcard tersuguh dihadapan.
" Gimana tangan lo?" Tanyanya. Mungkin sekedar basa basi tapi ga gue hiraukan.
" Ini belanjaannya. Terimakasih".
"Cih... oke gapapa. Gue minta waktu lo sebentar buat ngobrol bisa?".
Apa maunya ni anak. Curiga gue."Bentar doang, gue janji. Dan mungkin... ini penting"
Duduklah kami dikursi dan diantara kami terhalang meja bundar. Yang ada di halaman mini market.
"Lo kenal Bara kan?"
Gue kaget tapi ngapain harus bahas dia si
"Ga"" Hahah gue tahu lo mungkin sakit hati, Bara yang gue kenal emang brengsek dari du....."
" Kalo lo ngomongin itu waktu kerja gue lebih berharga" sebelum Jovan menyelesaikannya udah gue potong dan sebelum terlalu jauh gue bangkit.
" Bara nikah sama Ketrine minggu depan".
Rasanya seperti terhempas keras kedasar bumi. Apakah perasaan sialan itu masih ada. Dan rasanya kenapa terlalu cepat sampai sini.
Antagonis dan Protagonis bersatu?. Bagaimana ceritanya?. Bagaiman bisa?. Terus Protagonis depan gue jadi... sadboy?.
Novelnya udah ancur. Gausa peduliin tolong gausa peduliin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran (END)
Teen FictionIni cerita pertamaku Jadi kalo gaje, ga paham dan acak adul mohon kritik saran yaaa MAKASI Gabisa bikin deskripsi, so...