12

31 15 0
                                    

Terpilihlah kandidat yang akan berpartisipasi dalam perayaan Ulang Tahun sekolah.
Dan tersisa beberapa anak saja yang tak kebagian. Eits tak kebagian bukan berarti bisa berleha leha. Kami diberi tugas sebagai seksi pembantu.
Mempersiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan. Dimanapun gue berada, gue tetep jadi babu, udah nasip emang.

Hari H pun dimulai.
Semua peelombaan terselenggara dengan baik. Dan ya memang support dari Wali kelas itu penting, tentunya dengan kerja sama yang kompak.
Kelas gue mendapat juara dalam beberapa perlombaan. Dan perlombaan terakhir sekarang sedang berlangsung.
Lomba basket.

Setelah semua perjuangan seharian ini ngangkatin barang barang properti, gue dan Upit isrirahat di koridor bangunan belakang.
Rasanya seluruh tubuh lemas.
Rutinitas part time yang gue jalani kembali, ga begitu pengaruh sama kekuatan otot gue.

Terlihat seorang siswa sedang berlari menuju kesini. Dia yang mengkoordinir seksi pembantu, kakak kelas yang cukup populer, namanya Tian.

"Gue cariin dari tadi, taunya kalian disini".

" Ada apa kak?". Tanya Upit.

" uhmm uhmm... gue boleh minta tolong ga?".
Gue merasa dalam beberapa waktu kedepan tubuh gue akan dipaksa rodi lagi.

Dan benar. Gue sama Upit disuruh ngangkatin belasan kerdus air mineral dari parkiran ke lapangan tempat perlombaan basket berlangsung.
Dia beralasan kalo dia ada urusan memdesak sama ketua osis, dan semua siswa seksi pembantu lagi asyik nikmatin perlombaan basket. Muka doan ganteng hatinya tegaan.

" Maaf ya rin, baru masuk aja kamu udah kelelahan kayak gini".

" Udah nasip, eh jangan bilang setiap ada event kayak gini lo selalu jadi seksi pembantu?".

Upit hanya meringis. Fiks dimana mana manusia sama aja, gaada yang bisa diharepin.

Semakin dekat dengan lapangan suara riuh semakin nyaring terdengar.
Dan sampailah gue disini. Gue letakkanlah dua kardus berat itu disisi lapangan di tempat bangku pemain.

Priiitttttttttt

Permainan babak pertama selesai.
Para pemain pun menyerbu air mineral kemasan yang udah gue buka sebelumnya. Menyingkir supaya ga menghalangi. Dan tanpa sengaja gue lihat seseorang mendekat. Dia seperti tidak asing.

Kenapa gue akhir akhir ini sering lupaan si.

" el... elo...!!!".
Jarinya menunjuk gue dengan kaku dengan raut muka kaget yang ga bisa ditutupi.

Alis gue menukik tajam, berusaha mengingat siapa gerangan sosok tinggi ini.

" siapa yon?" Tanya seseorang disebelahnya yang sama sama memakai kaos basket. Sepertinya mereka se tim.

Matanya lalu melirik tangan kiri gue.
Ah gue paham sekarang. Dia cowok yang waktu itu mau nyerang pake pisau yang apesnya kena tangan gue.

" B.... bukan buka siapa siapa" kenapa nada dia gugup, kayak berusaha sembunyiin sesuatu.

" LO KAN PACARNYA JOVAN". Teriak cowok yang ada dibelakang dengan menggelegar.
Dan semuanya terpusat pada gue dengan pandangan yang sulit dijabarkan.

Gue tatap dia tajam, ga lihat apa di tangan gue masih nyantel gunting yang gue paket buat buka kerdus.
" pacar pantatmu...." sambil mecicil.

" terus kalo bukan pacar ngapain lo selamatin dia waktu itu cantik.."
Nadanya mengejek ni orang bener bener.

" ga penting lo tau".

Dan mereka semua terdiam saat salah satu cowok yang terlihat dominan dengan wajah diatas rata rata tengah membanting botol air mineral.
Membuatnya pecah hinga airnya meluber kemana mana.

" apa yang gue gatau?". Ucapnya sangat dingin.

" itu.. anu.. ka.. itu..."

Pritttttttt

Pertanda jeda permainan habis.
Permainan berlanjut dan gue kembali ke aktifitas ngangkatin kerdus yang lumayan berat itu.
Setelah selesai duduklah gue disini selonjoran dibawah pohon mangga belakang sekolah. Setelah ditarik Upit.

" Bagaimana bisa lo kenal sama mereka rin..?. Kayaknya setelah ini idup lo ga teman dehh..." ucapnya mendramatisir.

" gue ga kenal mereka dan idup gue tetep tenang"

"Kak Raka itu kalo udah ngamuk bisa ancur satu gedung ditangan dia"

" tapi dia gaakan bisa ancurin gue"

" HERIN"

" udahlah pit, gue gapapa jangan khawatir. Khawatirin aja luka tangan lo itu jangan sampe kotor nanti tambah infeksi jadi makin parah". Ya tadi tangannya terluka karna ngangkatin barang yang ga tanggung banyaknya.

Akhirnya semua acara selesai, selepas ini gue bebas goleran dikos.
" ni Upit lama amat ditoilet ngapain aja coba? Mandi?"

Notifikasi hp bunyi menampilkan pesan dari Upit yang ga bisa pulang bareng karna ada tugas mendadak dari ekskul PMR yang dia ikuti.
Gue putusin langsung pulang aja.

Dan besoknya gue sekolah seperti biasa.
Upit udah ngajak buat makan dikantin bersama kemarin malem sebagai ganti gabisa nepatin janji pulang bareng.
Jadinya gue ga bawa bekal seperti biasa.

Saat sampai dikantin kita memilih meja paling pojok yang terlihat cukup sepi.
Terpampanglah dua mangkuk mi ayam panas dengan dua gelas es teh yang menyegarkan. Tanpa nunggu lama kami makan dengan hikmat.

Suara grusa grusu riuh dan pekikan mulai terdengar, gue ga peduli dan mi ayam lebih menarik dimata saat ini.

Seseorang tiba tiba duduk dihadapan kami.
Raka seorang diri. Kemana antek anteknya?.
Raka ini diceritakan di novel sebagai musuh bebuyutan Protagonis utama yang tak lain Jovan. Ketua Geng Motor BLACKJACK.

" Jadi lo mata mata Jovan?".

Gue terlalu lelah dengan semua tokoh novel termasuk tokoh sampingan macam dia.
Novel itu benar benar seperti mimpi buruk. Semua hal yang terlibat sama gue bener bener gaada yang bener
Mulai dari Bara, udahlah gaperlu dibahas bagian dia, terlalu nyakitin hati. Jovan yang sok narsis.
Taada yang istimewa.

Dan begonya gue gatau kalo musuh bebuyutan Jovan itu sekolah disini. Tau gitu dari awal gue pilih sekolah yang lain.

" bisu..?".

Gue masih anteng makan mi.

Gubrakkkkkkkkk

Dia memukul meja sangat keras.

" bukan. Dan lo gausa khawatir, gue gaada hubungan apapun sama dia, gausa repot juga ngurusin gue, gaada yang menarik". Jawab gue santai.

" tapi elo tetep pindahan dari GALAXY!" ucapnya yang terdengar gabisa diganggu gugat.

" Beasiswa gue dicabut karena gue bego" sambil menyeriput teh yang segar.

" mana ada jovan ngirim mata mata yang nilai pelajarannya jelek semua". Tambah gue.

Dia memandang seperti berfikir.
Gue harap jawaban ini berhasil bikin gue bebas dari kecurigaan Raka.

" Raka ......."
Seorang cewek dengan pakaian ketat nan pendek mulai bergelayut manja dilengan Raka.

Gue memandang mereka dengan jijik. Teringat adegan tak senonoh ditaman kota saat jadi Linda dulu. Rasanya mual.

" kamu ngapain ngobrol sama cupu kayak dia?......
Bla bla bla

Dia bicara dengan nada manja yang bikin sakit telinga. Dan gue tetep ngabisin mi ayam sampai habis tandas dan setelahnya ngajak Upit buat balik kelas.

Dan posisi Raka ga berpindah sama sekali dari seberang bangku yang gue duduki. Dia ga memperdulilan cewek seksi yang sedang bergelayut manja dilengannya. Pandangannya tak lepas dari setiap pergerakan gue dari bangkit sampe keluar kantin.

Apa bener kata Upit kalo setelah ini idup gue ga lagi tenang.


Vote vote vote







Bukan Pemeran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang