24

34 20 0
                                    

Risang selalu merespon orang asing secara berbeda. Muka lempeng Bara kuakui cukup mampu membuat Risang ketakutan.

"Ehmmmm maaf pak, saya minta ijin bawa dia kesini".
Evan yang melihat itu langsung berlari dan menggandeng tangan Evan erat erat.

" Pah ini temenku".

Setelahnya Bara berlalu tapi sebelum itu dia menyuruhku untuk mengikutinya keruangannya sekarang juga.

Beberapa saat hanya ada suara denting jarum jam dia akhirnya bicara.

" Semiskin apa suamimu sampai kamu harus bekerja keras seperti ini?".
Tanyanya sangat datar.

Aku hanya bisa melongo mendengar perkataannya. Otakku bahkan masih berusaha keras mencerna apa maksud darj perkataannya itu.

" Cihhhh.... Kamu bahkan memalsukan identitasmu seperti ini. Keahlianmu dari dulu selalu membuatku tidak bisa berkata kata".

Otakku masih belum paham juga. Dia ngomong apa?.

" Aku punya penawaran yang cukup menarik". Tawarnya dengan nada sombong.

Apa yang dia bicarakan sebenarnya.

" Keluar dari rumah ini sekarang atau siap siap masuk penjara".
Ucapnya teramat dingin. Matanya menusuk tajam.

" M.. ma.. maksudnya apa ya pak?".
Aku sama sekali tidak mengerti. Apa dia pulang kerja karna kelelahan dan pikirannya sedau kacau. Dan akhirnya aku yang kena imbasnya?.

"Bapak pecat.... saya?". Tanyaku penasaran. Bagaimana bisa dia memecatku tanpa alasan yang jelas seperti ini.

" Dan bawa anak kamu pergi secepatnya dari sini!" Perintahnya tegas.

Anak? anak? anak yang mana?

" Risang atau Evan pak?"

" EVAN ITU ANAK SAYA! KAMU JANGAN MAIN MAIN YA!"

Aku sudah kebal menghadapi mood swing para customer selama bertahun tahun bekerja part time. Dan tipe seperti Bara ini tipe yang penanganannya tidak boleh grusa grusu. Emosiku tidak boleh terpancing.

" Oh.. Risang?"

" CEPAT!" Bentakmya keras. Aku bahkan terlonjak kaget.

" Tapi Risang bukan anak saya pak" ucapku lirih.

" Cih.. KAMU MENCOBA BOHONGI SAYA? kalau kamu memang butuh uang tidak begini caranya!".

" Tapi saya ga bohong pak..." Sifat keras kepalanya benar benar tidak berubah.

" Saya terima kalau saya dipecat, tapi sebelum itu saya butuh alasan pak kenapa bapak pecat saya. Memangnya kalau saya sudah bersuami itu kesalahan, saya sudah memiliki anak juga kesalahan?". Belaku.

" Intinya kamu udah bohongi saya". Jawabnya tetap kekeuh.

Aku mengangguk mengerti.

" Terimakasih bapak sudah menerima saya bekerja disini dengan baik.
Kalau begitu saya permisi".

Ada apa dengan perangainya itu. Semakin berumur semakin manjadi.
Apa karna istinya akan balik ya? Jadi dia tidak butuh pengasuh lagi.
Kalau memang berniat memecat ya pecat aja langsung gausa pake drama marah marah segala.

" Evan?"

" Iyah?"
Ucapnya lembut. Aku akan sangat merindukan bocqh ini nanti.

" Evan tetep kayak gini ya? Jangan berubah. Tetep sayang sama mama papa Evan, tetep sayang sama Mbok Ipah, tetep bermain, tetep ceria gaboleh nahan nangis lagi. Ini nomor Mbak disimpen ya nanti kalau ada apa apa bisa telfon Mbak oke?".

Bukan Pemeran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang