Gue bangkit dengan cepat melesat kedalam kos. Menarik laptop didalam laci. Jika ini sesuai perkiraan, artinya alasan gue bertahan udah ketemu.
Disaat memikirkan semuanya entah kenapa otak gue kembali ke masa Linda baca novel. Saat itu gue berfikir cerita mainstream ini hanya untuk menarik para pembaca yang masih puber. Remaja pubertas sangat awam dengan dunia orang dewasa. Mereka tidak tau menahu tentang kejamnya dunia kerja dan lingkungan untuk bertahan hidup.
Novel yang hanya menyuguhkan kemewahan, dan kehidupan menyenangkan sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang begitu kejam.
Gue curiga kalo novel itu bergenre romansa. Saat pertama kali membaca di Rumah Sakit, alur yang klise gue anggap sebagai daya tarik yang dilakukan penulis dan penerbit supaya bisa Best Seller.
Tapi setelah semua ini terjadi ada banyak kejanggalan yang mungkin jadi celah gue membongkar misteri itu.
Raka, dia tidak terlalu berpengaruh dalam cerita. Sebagai musuh seorang Protagonis, dia tidak mungkin memiliki kekuasaan.
Melihat bisnis yang dalam semalam hancur, otak gue berpikir keras tentang kejadian satu hari kemarin. Dan ucapan Raka benar benar mengganggu.Gue memutuskan mencari info tentang dia. Otak gue harus berfungsi kali ini, dan setelah tiga jam mencari akhirnya dapat juga. Gue mematung. Rasanya diri ini mulai gila.
Ini alasannya. Alasan gue bisa ada disini.
Misteri ini terungkap perlahan.Gue ga boleh gila duluan sebelum semuanya usai.
Raka Smith Peter. Sepupu Aldebara John Peter. Kakak beda ayah dari Ketrine Zeline Bimanyu.
" semuanya makin masuk akal. Raka mungkin emang punya dendam pribadi ama Jovan dan nganggap gue sebagai pengganggu. Sedangkan di pihak Bara, mereka keluarga yang dekat mungkin terkait Bara yang dendam sama gue karna persoalan chip hingga dia minta bantuan Raka sebagai perantara".
Gue harus mengetahuinya perlahan. Jangan gegabah, mereka semua lebih mengerikan dibanding yang dikatakan novel.
Hari minggu ini penuh kejutan. Dimulai dari mengetahui identitas Raka, meminta ijin Bi Ema untuk pindah dan mendapatkan kosan penuh dengan tikus disore hari.
Sesekali terlintas keinginan kembali kepelukan Bi Ema, tapi mengingat kondisi saat ini yang ga bisa dikendalikan membuatnya tak jadi.
Dengan semangat gue membersihkan tempat kumuh ini sebelum menempatinya malam nanti.Kosan bawah tanah yang minim cahaya dan lembab ini terpilih karna lokasinya ga terlalu jauh dari sekolah dan tempat part time. Selain itu gue pilih karna emang sewanya murah.
Merapikan barang bawaan yang tak banyak. Hanya beberapa pakaian termasuk seragam serta buku.Setelah membereskan kos baru, waktunya kerja di kedai ayam.
Layanan pesan antar di malam hari ini tengah banyak. Porsi yang dipesanpun tak sedikit, jadi cukup kewalahan.Setelah mengantarkan beberapa pesanan. Ini alamat terakhir untuk malam ini. Dan daerahnya cukup sepi.
Membuat teringat waktu pertama kali bertemu Bara. Stop stop fokus, lo harus cepet move on.Gerbang megah ini terbuka. Tak ada satpam penjaga, memutuskan langsung memasuki halaman rumah mewah ini.
Terlihat halaman yang penuh dengan motor dan mobil sport terparkir rapi.Di pelataran rumah banyak cowok ngerokok dan ngumpul. Sepertinya mereka tak menyadari adanya sosok asing ini.
" permisi, pesanan ayamnya ditaruh mana ya...?".
Mereka semua menoleh.
Dan saat itu gue terpaku sama satu sosok yang menganbil penuh atensi gue, sedang menikmati rokoknya.
Cowok penodong pisau yang gue tau akhir akhir ini kalo nama dia Dion.Kalo Dion ada disini berarti ini.....
" Bawa kedalem" suara dingin dibelakang yang otomaris membuat kepala ini menoleh.
Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran (END)
Teen FictionIni cerita pertamaku Jadi kalo gaje, ga paham dan acak adul mohon kritik saran yaaa MAKASI Gabisa bikin deskripsi, so...