18

29 14 0
                                    

Selama hidup aku selalu kehilangan sesuatu setiap hari. Yaitu waktu.
Tidak terasa sudah 6 tahun berlalu. Dan sekarang umurku 23 tahun.

Setelah lulus aku ga kuliah. Keputusan ini paling tepat. Aku memikirkan banyak hal untuk memilih jalan ini. Termasuk memikirkan Risang putra Upit yang sekarang berumur 5 tahun. Alasan yang membuat Upit bertahan sampai detik ini. Dan ya mereka berdua menjadi satu satunya keluarga yang
ku punya.

Aku memutuskan memulai bisnis online kembali setelah lulus 6 tahun yang lalu.
Meminta bantuan Upit untuk menghandle semuanya dirumah.
Kami memutuskan mengontrak disebuah rumah kecil. Bertiga  menjalani hari hari bersama.

Dan aku mulai mencari pekerjaan tetap.
Kebutuhan yang semakin banyak, menuntutku melakukannya. Karena gaji part time tidak mampu mencukupi semuanya.
Dan berkali kali juga Upit memaksa ikut bekerja. Tapi aku melarangnya dengan keras. Dia udah  kuanggap adik  sendiri. Dan artinya aku yang bertanggung jawab untuk semuanya.

Jadi setelah lulus, aku melamar di sebuah tempat penitipan anak.
Ijazah yang hanya SMA bikin aku hanya mampu mendapatkan pekerjaan sederhana. Tapi untungnya gajinya lumayan.

Dan sebagai tambahan aku tetap part time di tempat lama yaitu minimarket dan kedai ayam. Dan sekarang bertambah. Yaitu dengan membuka jasa supir pengganti. Memang otakku ga pintar tapi untuk urusan begini aku cukup multitalent :).

Dan semuanya tidak terasa berjalan cukup lama hampir 6 tahun.
Risang juga tumbuh menjadi anak tampan yang sehat dan ceria. Dia seperti obat rasa lelah setelah seharian penuh bekerja.

" Herin mandi dulu terus makan, udah aku siapin didapur"

" Iya makasi, mana Risang?".

" Risang udah tidur, sore tadi dia baru pulang main dari rumah mbak Yuli".

Mba Yuli adalah tetangga kita yang memiliki anak seumuran dengan Risang. Seorang janda muda yang udah kami anggap keluarga.

" uhmm rinn...?".

" Apa pit?".

" tadi aku lagi totalan terus pendapatan kita minggu ini naik 40%, rasanya seneng banget deh" ucapnya gembira. Dan senyum itu nular ke gue.
Gue seneng kalau Upit yang sekarang jauh lebih dewasa. Masih teringat lekat bagaimana masa lalu itu berusaha membunuh jiwa rapuh didalam sana.

" Alhamdulillah kalo gitu, yang 30% masukin simpen buat tambahan modal yang 10% kamu ambil buat Risang".

" loh rin kemarin kan udah, uang aku masih ada ko".

" gapapa anggap aja rejekinya Risang".

" kenapa ga kamu ambil aja? Huft.... jangan kerja terus rin... uang Risang dari gaji yang kamu kasih udah cukup ko, jangan nyiksa tubuh kamu kayak gini... kadang aku berpikir apa kalau waktu itu aku hati hati ini semua pasti ga terjadi.. kamu gaakan.."

" syutttt... udah pit apaan sii.
Aku udah pernah bilang kalo lakuin ini karna emang karena mau. Bukan karena kalian. Berenti nyeselin apapun. Kita ga hidup dimasa lalu. Udah lupain. Kayaknya kamu kecapean, istirahat aja pit susulin Risang kasian udah malem".

Tanpa bisa dibantah dia menurutinya.

Ya panggilan aku kamu jadi pilihan terbaik. Aku bukan ABG lagi dan situasinya berbeda, dan kupikir tidak baik untuk perkembangan anak anak.

Pagi ini aku berangkat menuju tempat kerja sedikit kesiangan. Jalanan cukup macet hari ini. Aku berharap tidak terlalu terlambat.

Setelah sampai yang kudapati hanya kumpulan teman seperjuangan yang berkumpul didepan gedung. Kenapa mereka disana, inikan hampir pukul 8 pagi. Apa mereka ga takut omelan Bu Rensi.

Bukan Pemeran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang