28

43 20 5
                                    

Pikiranku begitu berisik sejak tadi.
Kenyataan cinta ini yang tak lagi memiliki tujuan, dan harus kandas ditengah jalan membuatku hancur.

Apa aku masih bisa memandangnya setelah ini. Dia sudah milik orang lain.
Apa aku resign saja.

" Herin!". Aku mendongak tapi bola mataku tak berani menatap matamya.

" Kamu kenapa? Saya panggil dari tadi ga nyaut".

" Kenapa pak?".

" Ada yang kamu pikirin?" Aku menggeleng.

" Tolong buatkan saya kopi" jawabnya sambil berlalu. Loh!.

" T.. tapi saya mau pulang pak"
Belaku, aku harus menghindarinya kalau tak mau perasaan ini terasa makin menyakitkan.

" Antar keruangan saya" perintahnya tanpa peduli pembelaanku yang ingin segera pulang.

" Saya ijin pamit pak, permisi". Setelah meletakkan secangkir kopi dihadapannya.

" Duduk". Aku bergeming.

" Herin Maheswari!" Kontrol hatimu herin, aku paling lemah jika Bara sudah menyebut namaku.
Aku lemah dan akhirnya duduk diujung sofa.

" Sini". Menepuk sisi sofa yang telah dia duduki.

Aku menganut, biar cepat selesai.
Aku dan Bara duduk bersisihan. Dan dia mulai memandangku dalam.

" Ada sesuatu yang akan aku bicarakan dan cukup serius". Aku mendengarkan. Eh tunggu... aku?.

" Ijinkan aku lebih mengenalmu".
Apa katanya? Aku tak mengerti.
Bahasanya kenapa..... , bukan saya tapi aku? Hmm....

" Bukan sebagai majikan tapi sebagai Bara seorang laki laki".
Aku menahan nafas seketika.
Apa kesalahpahaman akan selalu ada antara aku dan Bara.

" Bapak sudah punya pacar, saya juga tidak ada pikiran untuk jadi seorang pelakor". Entah kenapa nadaku jadi sinis.

" Memang, pacarku kan kamu".

Tunggu hah?

" Pada waktu Interview itu aku mengatakan bahwa aku bukan single lagi, dan aku pikir memang sudah waktunya aku melindungimu. Mungkin kalau aku tahu penyakit kamu dari dulu pasti semuanya tidak akan seterlambat ini".

Aku melongo mencerna setiap kata yang diucapkan.

" Sejak kapan saya jadi pacar bapak?"
Bara kenapa si? Aneh kali.

" Sejak dulu. Aku sudah tertarik saat kamu mungut ayam goreng dirumah. Dan sejak itu perasaan ini tak bisa dihentikan".

" Tapi perasaan Bapak ga pernah nembak saya". Emang ga pernah kan.

" Kita sama sama dewasa Rin. Aku bukan bocah yang akan mengumbar kata manis penuh harapan untuk membuat lawan jenis melayang.
Lagipula aku juga sudah pernah melamarmu dulu, apa hal itu belum cukup membuatmu percaya?".

Aku kehilangan kata. Dia sat set sekali.

" Bapak tidak khawatir dengan perasaan bapak yang suatu saat akan memudar?".

Kali ini pertanyaan ini kulontarkan kembali bukan untuk sebuah penolakan, tapi untuk sebuah kepastian.

Mata elangnya memandang lurus bola mataku. Terlihat wajahnya begitu serius. Kedua sikunya bertumpu pada lutut. Jari jemari yang tegas saling bertaut.

" Niat tulus ini aku sendiri yang memberikannya padamu. Aku bertanggung jawab atas perasaan dan hatiku. Sebuah hubungan bukan hanya tentang perasaan dan cinta Rin, tapi sebuah tanggung jawab. Tidak selamanya sebuah hubungan akan selalu diwarnai perasaan yang menggebu gebu. Ada masanya perasaan itu akan luntur, ternoda bahkan hilang. Yang bisa kujanjikan hanya sebuah tanggung jawabku terhadap dirimu sepenuhnya".

Air mataku berlomba lomba keluar dari tadi. Aku memang cengeng, tapi semua yang berhubungan dengan Bara mambuatku makin cengeng.

" Kamu nangis bukan karena merasa terhina kan Rin?". Paniknya saat air mataku tidak berhenti mengalir.

Aku menggeleng dan mengusap mukaku kasar. Tapi sebelum berhasil tangan Bara menahannya. Dia mengusap lembut kedua mataku yang terasa begitu perih. Membuat air matanya makin deras.

" Aku memang tidak bisa menjanjikan apapun sama kamu, aku juga bukan tipe yang akan mengabari kamu 24 jam,  bukan juga yang akan memberikan coklat, bunga serta barang berharga lainnya, tidak romantis, tidak peka dan bukan orang yang akan memahami kode kode tidak jelas. Apa kamu mau menjalankan hubungan ini bersama?".

Aku langsung menggeleng.
Dia mengangguk.

" Aku ngerti, gapapa jangan dipaksa".

" Saya ga bisa terima pak!".

" Iya aku ngerti gapapa, udah nangisnya!"
Sambil terus mengusapi kedua pipiku.

" Bapak kenapa si!" Bentakku marah.

" Iya maaf udah buat kamu jadi seperti ini" sayangnya muka memelasnya jadi semakin mempesona.

" Bukan itu! Bapak kenapa kayak gini!. Kenapa bapak selalu egois gini! Kenapa bapak milih saya, kekurangan saya jauh lebih banyak pak! Kenapa bapak ga melihatnya!.
Saya ga pernah merasa pantas buat bapak dari dulu. Perasaan saya yang semakin dalam ini bahkan makin kurang ajar. Saya selalu berusaha memantaskan diri selama ini tapi saya sadar saya bukan apa apa.
Saya ga pernah menginginkan atau menuntut apapun. Saya cuma ga pantes untuk bapak".

Ucapku sesenggukan. Hati ini begitu lega saat semuanya telah tersampaikan. Alasan sebenarnya yang tak pernah keluar atas penolakanku pada Bara dulu.

Dia memandangku dalam, merengkuh tubuhku erat.
Tawanya sedikit terdengar.

" Lucu ya... Dari dulu kita berdua sama sama tahu kalau saling mencintai, tapi juga saling menahannya satu sama lain". Ucap Bara lembut sambil mengusap kepala dan bahuku.

Aku mengijinkan perasaan ini untuk bebas sekarang. Tidak akan lagi menahannya.
Aku akan menjalaninya dengan penuh tanggung jawab. Seperti kata Bara, sebuah hubungan bukan hanya soal cinta tetapi sebuah tanggung jawab.

Hidup ini cukup singkat. Banyak hal yang datang dan pergi. Semuanya bagian dari takdir yang tak pernah kusesali. Segala emosi yang menyertai membantuku untuk lebih memahami.
Ingatkan diri belum tentu ada esok hari.
Kesempatan ini mungkin bisa menjadi yang terakhir kali.

Dari awal memang takdir telah memilih.
Sosok abu abu yang samar juga telah memiliki jalannya sendiri.
Untuk apa dan siapakah dia tumbuh dan menjadi dewasa.
Takdir bukan hanya dimiliki oleh mereka yang  punya peran.
Bisa jadi takdir memang memilih mereka yang sesungguhnya BUKAN PEMERAN.

END




wilujeng_j
Thank you

11 oktober 2023








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan Pemeran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang