13

31 13 0
                                    

Bakat itu hal tidak berguna. Uang dan kekuasaan mengalahkan semuanya.
Berita tentang kemenangan GALAXY kembali mencuat hari ini. Kali ini tentang Perlombaan Seni Nasional.

Sekeras apapun berusaha, sekolah biasa seperti CAKRAWALA mustahil bisa menandinginya.

Begitulah GALAXY menjadi sangat berbeda dari kebanyakan sekolah.
Dan begitulah manusia disaat ada yang berbeda mereka langsung berfikir itu aneh.

Pagi yang cerah ini diliputi dengan berbagai gosip yang beredar tentang GALAXY, mungkin wujud kekecewaan kalo perwakilan sekolah gagal menang.

Sekaya apa mereka?
Seglamour apa lifestyle mereka?
Seluar biasa apa koneksi mereka?
Benarkah seluar biasa itu.

Itu pertanyaan yang menguar di pagi buta begini.
Kebiasaan berangkat lebih awal sudah melekat dan terbawa sampai sekarang.

Selangkah menuju pintu kelas, mereka yang memang rajin berangkat pagi  membombardir segala macam pertanyaan tentang GALAXY.

Mereka bahkan curiga kalo gue emang masuk sini sebagai mata mata.
Semua rasa ingin tahu itu tidak menghasilkan apapun karna gue diam seribu bahasa.

Perkiraan bahwa semua akan berakhir sini pupus sudah. Raka masuk kelas merobek tas dan buku yang ada di bangku gue dengan paksa.

" LO KAN PELAKUNYA!!
mungkin kemarin gue masih bisa lo tipu  tapi sekarang GA LAGI!!!".

Gue ga bisa nebak apapun tapi yang jelas pasti ada hubungannya sama GALAXY.

Raka narik kerah baju gue dan menyeretnya menuju gudang sekolah. Sekuat apapun gue berusaha, tenaga gue gaada apa apanya.

Brak

Tersungkurlah gue kelantai yang dingin. Dengan menguatkan hati berpikir kalau semua akan baik baik saja, kubalas tatapan tajam itu dengan sengit.

Sakit tentu saja, tapi gue udah pernah merasakan sakit yang lebih dari ini.
Dicekik dan hanya mengharapkan kematian saat itu.

" Gue ga pernah sekalipun biarin tikus kotor berkeliaran disekitar gue idup. Sekalipun dia cewek". Peringatannya dingin.

" Mau lo apa?". Tanya gue santai.

" Mau gue..? Mau gue lo mati."

" Yauda bunuh gue sekarang".

Alisnya menukik kaget. Tapi dengan cepat dia berhasil mengembalikan mukanya seperti semula.
"Hah... ga semudah itu. Gue udah nyiapin pertunjukan menarik supaya kematian lo ga membosankan". Tersenyum sinis.

" kenapa?".
Tanya gue modus. Entahlah dimatanya terlihat sedikit kebimbangan saat berucap kata tajam itu.

" Lo ga perlu tau, jalang!".

Dan setelahnya tidak terjadi apapun. Gue jadi bingung ini pasti ada yang ga beres.
Dia ninggalin gue sendirian begitu aja disini. Begitupun sampai dikelas,gue masih nunggu. Sampai jam istirahatpun gue masih berfikir positif kalo setelah ini dia bakal Bully gue.
Bel pulang bunyi gue tetap pulang dengan tenang. Apa yang sebenarnya ada diotak Raka kutu kupret itu.
Pikiran gue jadi ga tenang.


Kedai ayam mulai sepi. Mungkin karna memang waktu telah menunjuk tengah malam. Tengah sibuk menggoreng ayam, notifikasi handphone menyita perhatian.
Sulli menelfon.

" Rin gawat!, supplier barang ngasih tau kalo stok semua pesenan abis. Aku coba hubungin supllier lain tapi pada bilang kosong. Gimana ini.......???  mana orderan toko lagi rame ramenya".

" kenapa bisa ...? Orderan kita kemarin tapi masih dalam perjalanan kan?"

" justru itu yang bikin pusing. Orderan minggu kemarin katanya tercancle padahal kita gaada main cancle mendadak. Gue udah tanyai yang lain juga mereka ngaku gaada yang cancle. Jadi paketnya tertahan diekspedisi terus setelah gue tanyain udah ada yang ngeklaim tuh paket".

Bukan Pemeran (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang