Bab 7. Tsundere

159 31 6
                                    

"Perutku panas." Rengek Shinka tepat jam 12 malam. Gadis itu membangunkan Kakashi sambil memegangi perutnya yang sakit.

"Aku sudah bilang sama kamu tadi." Jangan pesan Ramen dengan level sebanyak itu dan jangan merengek kalau perutnya panas.

Shinka pengen menangis, tapi dengan menangis pun rasa panas di perutnya tidak akan mereda, dia juga tidak akan merengek lagi pada Kakashi dan tidak membutuhkan bantuannya juga, Shinka menyesal sudah merengek pada Suaminya yang tidak PEKA.

Dengan hati-hati Shinka turun dari ranjang, Kakashi menatap heran, "Mau kemana?"

"Bikin susu." Shinka seorang Dokter, dia tahu harus melakukan apa untuk meredakan sakit perutnya.

Salah satunya adalah minum susu dan bahan olahannya. Karena Susu memiliki kandungan Protein Kasien sehingga mampu mengikat serta melarutkan Capsaicin yang menjadi penyebab perut panas setelah makan pedas.

Tidak ada niatan untuk Kakashi membantu Shinka, dia hanya memperhatikan gerak gerik Shinka yang kesulitan berjalan sambil memegangi perut.

Sesampainya Shinka didepan pintu kamar, gadis itu sudah tidak bisa melanjutkan langkahnya, hanya dari tempat tidur sampai pintu kamar saja dia sudah tidak kuat. Tapi dia harus memaksanya jika tidak perutnya akan semakin panas.

"Akan aku buatkan susunya. Kembalilah ke tempat tidur." Setidak pedulinya Kakashi dia tidak tega melihat Shinka melakukannya sendiri.

Jujur Shinka tidak paham dengan perlakukan Kakashi, tadi dia bilang tidak peduli namun saat Shinka yang ingin melakukannya justru Kakashi melarang. Agak aneh emang.

"Lain kali jangan makan terlalu pedas." Kakashi tidak mau Shinka sakit itu sangat merepotkan. Buktinya tengah malam Kakashi terbangun dan membuatkan susu putih untuk Shinka padahal besok dia harus bekerja.

Shinka tersenyum mendapat perlakukan random suaminya, "Tapi enak."

"Kalau dibilangin itu nurut!" Kalau Kakashi sampai emosi dibuatnya, jangan salahkan kalau besok Shinka hamil anak kembar. Wah emang boleh sebruntal itu.

"Arigato, Kakashi-San." Asli, adem banget suara Shinka. Kakashi tidak jadi emosi kan jadinya, malah tangannya mengacak-acak rambut Shinka saking gemesnya.

.
.

Keesokan harinya, Shinka terbangun lebih dulu, dia langsung menuju dapur lalu membuatkan suaminya jus tomat.

Shinka meletakan jus itu di nakas samping tempat tidur Kakashi. Dia geleng-geleng dengan tidur Kakashi yang seperti orang mati, tidak bergerak sama sekali.

Perlahan dia menggoyangkan tumbuh Kakashi, "Hatake-San. Bangun sudah pagi."

"Hatake-San." Panggil sekali Shinka.

Kakashi menarik tangan Shinka lalu menggunakannya sebagai bantal, "5 menit lagi, Ibu."

Entah apa yang Kakashi igaukan tapi membuat Shinka tersenyum. Cowok dingin dan pemaksa ini sangat menyayangi Ibunya sampai mengigau dan lupa kalau dia sudah memiliki istri.

"Tangan Ibu wangi sekali, aku suka." Kakashi masih belum sadar kalau tangan itu milik istrinya. Shinka tersenyum malu.

"Bangun atau jus tomat ini aku minum." Mendengar jus tomat, mata Kakashi terbuka sepenuhnya lalu terduduk. Dia terkejut dengan tangannya yang memegang tangan Shinka.

"Kenapa kamu memegang tanganku?!" Kakashi sendiri yang memegangnya tapi dia sendiri yang marah. Shinka tidak mau memperdebatkan masalah kecil itu, dia menyodorkan segelas jus tomat.

Kakashi mengambil jus, ingin meminumnnya namun tertahan, "Gimana keadaanmu?"

Shinka sudah jauh lebih baik pagi ini, susu yang dibuatkan Kakashi sangat manjur untuk mengatasi panas di perutnya. Sebagai tanda terimakasih, Shinka membuatkan jus tomat yang berbeda dari sebelumnya, tapi rasanya tetap enak.

ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang