Bab 23. Stupid

121 14 13
                                    

Keesokan harinya, Shinka terbangun dengan rasa sakit dikepalanya, dia pusing. Shinka menatap ke arah samping, Kakashi tidak ada ditempatnya bahkan ranjangnya pun begitu rapi seperti tidak di tiduri malam ini.

Apa kakashi semalam tidak tidur dirumah? Lalu tidur dimana dia?

Memikirkan itu membuat Shinka mual, bergegas dia menuju kamar mandi dan memutahkan semua isi perutnya. Shinka hanya ingat bahwa dia pergi dari rumah untuk minum Sake setelah itu Shinka tidak dapat mengingat apa saja yang sudah terjadi pada dirinya.

"Apa kamu tidak ingat apa saja yang kamu lakukan saat mabok?" Hajime tidak habis pikir dengan Shinka.

Semalam dia kewelahan menghadapi Shinka yang hilang kendali dan dengan mudahnya Shinka tidak mengingat apa pun bahkan dia tidak ingat kalau Hajime yang yang mengantarnya pulang dan melindungi Shinka dari laki-laki kurang belaian. Wah parah.

"Sungguh aku tidak mengingat apapun." Shinka meminum air putih untuk membasahi tenggorokannya yang kering.

"Sudahlah." Lupakan saja kejadian kemaren, yang penting Shinka tidak melakukannya lagi, itu sangat berbahaya.

Kerjaan Shinka hari ini begitu banyak, padahal dia masih pusing tapi sumpah dokternya tidak boleh dia langgar begitu saja. Dia tetap profesional melayani pasiennya.

Setelah sekian lama bekerja, akhirnya jam pulang Shinka datang juga. Dia bergegas mengemasi tasnya dan pulang ke Maison. Sungguh dia begitu capek. Sesampainya di Maison, Shinka tidak mendapati suaminya, kemana dia pergi? Bahkan Kakashi tidak menyentuh jus tomat yang tadi pagi sengaja Shinka buatkan untuknya.

Dia mengambil gelas itu lalu membersihkannya, jika terus disana takutnya didatangi semut, Shinka tidak suka ada banyak semut dikamarnya.

"Kamu pasti kesepian dikamar." Tegur Haromi saat Shinka mencuci gelas bekas jus tomat, dia menoleh, apa ibu mertuanya tahu dimana Kakashi berada?

"Kakashi sedang ada pekerjaan diluar kota untuk beberapa hari." Jelas Haromi membuat Shinka tersenyum kecut.

Kenapa Kakashi tidak memberitahu kalau dia sedang dinas ke luar kota? Dan sampai beberapa hari? Sekarang bukan hanya tindakan Shinka yang tidak dianggap namun kehadirannya pun sudah tidak dilihat lagi olehnya. Wanita itu menangis di taman belakang dengan menatap malam yang gelap tanpa bintang, sunyi.

"Ternyata Nee-Chan ada disini, aku cari dimana-mana tadi." Eiji menyusul Shinka ke taman belakang. Dengan cepat Shinka mengahapus air matanya, dia tidak boleh bersedih didepan Eiji lagi, dia harus kuat.

Shinka menoleh, "Ada apa Eiji-Kun?"

Eiji memperlihatkan sebuah kotak kecil yang di dalamnya sebuah jam tangan mahal. Kotak itu  tiba-tiba ada dikamar Eiji.

"Nee-Chan tahu dari siapa hadiah ini? Kakashi-Nii." Jelas Eiji begitu senang mendapatkan hadiah dari kakaknya.

Shinka menatap jam tangan itu, "Benarkah? Kamu sudah berterimakasih dengannya?"

"Belum." Ingin berterimakasih tapi Kakashi keburu pergi ke luar kota.

Shinka tersenyum, dia mengelus kepala Eiji sayang. Dugaannya salah, Kakashi begitu sayang dengan Eiji,  ternyata dia diam-diam sudah menyiapkan hadiah untuk Eiji. Kenapa Kakashi tidak berterus terang saja? Itu membuat Shinka konyol karena sudah memarahinya kemaren.

"Nee-Chan menangis lagi?" Ada apa lagi sekarang kenapa hidup kakak iparnya penuh dengan kesedihan. Mengingat Kakashi yang pergi mendadak seketika Eiji mengerti.

"Apakah Nii-San tidak memberitahumu soal pekerjannya?" Shinka menggeleng. Bahkan dari kemaren bahkan Kakashi tidak menganggapnya ada, seakan Shinka hanya angin lalu baginya.

ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang