Bab 25. Talk

63 4 0
                                    

"Aku ingin bicara." Kata Kakashi menghalangi langkah Shinka yang sedari tadi dia cari setelah oprasi.

"Apa ada sesuatu yang terjadi pada Haori-Chan?" Pikiran Shinka tidak bisa lepas dari Haori. Sudah dibilang Haori lebih penting dari apa pun.

Kakashi menggeleng. Shinka menatap luka Kakashi di pelipis, luka itu sudah di bersihkan namun Shinka melihat darah masih keluar dari perekat luka, kalau sedikit tidak masalah namun ini sampai membuat warna perekat yang awalnya putih menjadi merah darah semua.

"Kita obati dulu lukanya." Ajak Shinka mendahului Kakashi ke suatu tempat dan Kakashi mengikuti Shinka.

Shinka mempersiapkan alat-alat yang tentu saja Kakashi tidak mengerti, dia hanya diam dan menurut saja, dia pasrah toh juga Shinka lebih tahu tentang kondisinya . Shinka berdiri didepan Kakashi yang terduduk diatas bad, perlahan Shinka membuka perekat luka dan dia terkejut meliat luka Kakashi kembali terbuka. 

Luka tersayat benda asing namun tidak di jahit membuat luka tersebut kembali terbuka dan mengeluarkan darah, "Luka kamu perlu hecting."

Hecting dilakukan agar luka Kakashi cepat sembuh, kulit yang tersayat bisa kembali menyatu dan yang paling penting luka tersebut tidak perdarahan lagi.

"AHW!" Rintih Kakashi saat Shinka menyuntikkan obat penghilang rasa sakit pada pelipis suaminya.

"Jika tidak aku suntik, kamu akan lebih kesakitan nanti saat aku hecting." Edukasi Shinka menatap wajah Kakashi. Mata teduh Shinka membuat Kakashi bisa menahan rasa sakit ditusuk jarum suntik.

"Masih sakit?" Tanya Shinka saat dia menjepit luka Kakashi dengan pinset anatomis. Kakashi menggeleng, dia tidak merasakan apa-apa, obat itu sudah bekerja, saatnya hecting.

"Jangan lihat." Cegah Shinka saat Kakashi menatap Shinka mempersiapkan benang bedah dengan jarum yang melengkung serta sangat tajam pastinya.

"Tidak dengan kamu yang melakuknnya." Sungguh Shinka begitu cantik dengan baju OK serta jas dokter apalagi saat sedang melakukan tindakan. Cantik sekali!!

"Bagaimana keadaan Hanare-San?" Disela-sela hecting Shinka bertanya.

"Kenapa kamu bertanya tentang Hanare?" Seperti biasa Kakashi tidak menjawab dan justru bertanya.

Shinka menatap, "Kenapa kamu selalu tidak bisa menjawab pertanyaanku? Aku rasa tidak begitu sulit."

Kakashi terdiam, Shinka mengoleskan obat lalu menutup luka Kakashi, sudah tidak ada darah lagi yang keluar dan pengobatan sudah selesai.

"Istirahatlah, kamu bisa istirahat diruanganku dan ajaklah Hanare-San." Lagi-lagi Shinka mengatakan nama Hanare, itu membuat Kakashi merasa sedih. Shinka membereskan peralatannya dan ingin beranjak pergi.

"Aku ingin bicara denganmu." Suara Kakashi menghentikan langkah Shinka, dia menoleh.

"Ini sudah malam, waktunya istrirahat." Shinka juga butuh istirahat, dia sangat lelah untuk kejutan besar hari ini.

Tidak bisa, Kakashi tidak bisa menahannya lagi. Dia berlari kecil menyusul Shinka, menarik tangan serta tekuk wanita itu, saat Shinka berbalik dan...

CUP!

Kakashi mencium bibir Shinka dengan paksa, perlahan melumat bibir tersebut. Wanita itu memberontak namun dengan mudahnya Kakashi mengunci pergerakannya dan Shinka ikut dalam ciumannya. Kakashi tidak bisa menahan rasa rindu yang ada di hatinya, dia merindukan Shinka selama dia pergi.

Setelah lama melumat, Kakashi menariknya bibirnya, menatap wajah manis Shinka dengan rona merah dipipi seperti tomat. Kemudian Shinka mendorong dada Kakashi dan menampar laki-laki itu yang sudah lancang mencium bibirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang