Bab 9. Jealous

172 27 7
                                    

Akibat dari keputusan yang Kakashi ambil, hari ini pekerjannya sangat banyak. Padahal hanya 2 hari dia dan istrinya menginap dirumah mertua, kenapa pekerjaannya bisa sebanyak ini?

Dokumen-dokumen yang harus Kakashi baca menumpuk dimeja kantor membuatnya pusing. Belum lagi dimarahi Yamato karena panggilannya tidak dijawab karena kemaren kakashi seharusnya menghadiri meeting dengan klien.

"Ini proposal dari tim pemasaran, produk kita banyak digemari oleh kaula muda." Kata Yamato memberikan proposal, dokumen yang dimeja saja belum Kakashi baca sudah ditambah lagi?!

"Ah itu? Tinggal saja nanti aku periksa." Ucap kakashi sibuk dengan dokumen ditangannya.

Yamato meletakkan proposal diatas meja, "Nanti jam 3 ada pertemuan dengan CEO Nara Corp untuk membahas perkembangan projek yang berada diluar kota."

"Baiklah. Kamu boleh pergi." Usir Kakashi karena dia tidak mau dirinya diganggu lagi. Dia ingin fokus dan sesegera mungkin menyelesaikan tumpukan dokumen terkutuk ini.

"AKRHH!" Kakashi frustasi dengan ini semua. Dia butuh sesuatu untuk menenangkan pikirannya yang stress.

Pintu kantor Kakashi terbuka tanpa mengetuk terlebih dulu, itu membuat Kakashi emosi, dia tidak suka perilaku tidak sopan seperti itu.

"SUDAH SAYA BILANG! KETUK PINTU TERLEBIH DULU!" Tegas Kakashi membuat Shinka terkejut, belum juga masuk sudah dimarahi aja.

"Aku tadi sudah mengetuknya." Mungkin karena Kakashi sedang banyak pekerjaan sampai tidak mendengar ketukan pintu dari istrinya.

Shinka datang membawakan makan siang untuk Kakashi, ucap terima kasihnya untuk 2 hari ini.

"Bawa pulang saja." Kenapa? Shinka sudah capek-capek masak untuk makan siang buat suaminya sampai diantar ke kantor dan tampa perasaan langsung menolaknya? Jahat.

"Aku tidak bisa." Beneran Kakashi tidak bohong, dokumen ini harus segera dia periksa dan tidak ada waktu untuk sekedar makan siang.

Shinka tidak menuruti perkataan Kakashi, dia nekat membuka lunch box, gadis itu membawa makanan kesukaan suaminya lengkap dengan jus tomat, "Yakin tidak mau?"

"Tidak ada waktu Shinka-chan. Pekerjaanku sangat banyak." Keluh Kakashi mengusap wajah frustasi.

"Em. Bisa sih." Kakashi bisa bekerja sambil makan, kalau mau Shinka akan menyupainya. Dengan begitu tidak ada waktu yang terbuang untuk makan siang.

Kakashi tidak bisa menolak, dia juga ingin makan, dia juga butuh nutrisi untuk otaknya yang terus dipaksa untuk berfikir. Dengan perlahan Shinka menyuapi suaminya dengan Kakashi yang hanya membuka mulut tanpa menatap makanannya.

"Banyak sekali ya." Melihat itu membuat Shinka pusing. Apa Kakashi tidak uring-uringan dengan semua pekerjaan ini?

"Aku sudah bilang tadi." Suka gemes sama Shinka, tidak percaya kalau dibilangin dan baru percaya kalau dia lihat sendiri. Itu pasti membuatnya stress, Shinka tahu bagaimana cara untuk menghilangkan stress.

"Apa?" Kakashi penasaran, karena Kakashi hanya tahu obat stress itu adalah tidur.

"Tunggu sebentar." Pamit Shinka mengambil tas.

"Mau kemana?" Bukannya Shinka tidak tahu jalanan Tokyo, kenapa dia malah pergi sendirian? Kalau tersesat bagaimana?

"Aku cuma ke depan." Lagian Shinka juga tidak akan pergi jauh, dia juga takut kalau tersesat di kota besar ini.

Shinka ke depan itu membelikan Kakashi ice cream dan beberapa cemilan. Kenapa ice cream? Karena kandungan coklat yang ada didalam ice cream bisa untuk membantu tubuh mengeluarkan hormon serotonin dan endorfin. Kedua hormon tersebut bisa mengurangi stres dan kecemasan serta membantu menaikkan suasana hati supaya jauh lebih baik.

ContractTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang