Bab 51 Aku Ingin Membunuhnya!

6.3K 442 11
                                    

Di Istana lama, seorang Kasim memegang sutra tiga kaki di hadapannya. Sutra putih panjang terlipat rapi di tangan Kasim, sementara Kasim Chu membacakan Dekrit Imperial.

Ketika itu berakhir, hanya ada ekspresi dingin di matanya. Kasim berkata jika Kaisar mengirim itu sendiri secara pribadi, menilai kejahatannya.

Pada saat itu, hatinya sudah mati rasa dari rasa sakit. Tidak ada perlawanan yang tersisa di dalam dirinya. Oleh karena itu, dia tidak takut mati.

Apa yang tersisa? Hanya keputusasaan, rasa sakit, dan kesedihan.

Dia tidak bersalah, mengapa Kaisar harus membuatnya mengakhiri nyawanya sendiri? Bahkan sembilan koneksi keluarganya tidak terhindar.

Hanya menyesalkan, kenapa Kaisar begitu kejam padanya? Padahal, dia adalah orang yang membantunya membangun Negara.

Tiba-tiba, kebencian yang kuat muncul di dalam diri Esme. Dia membenci kekejaman Kaisar, kekurangan perasaan pria itu dan benar-benar ingin membunuh Kaisar. Menusukkan panah tepat ke jantung pria itu.

Perlahan-lahan, tubuhnya bergerak dengan sendirinya, dan kepala panah bergerak bersamanya.

Melihat ini, Layla panik, “Esme, apakah kau sudah gila?”

Clara berjalan dengan berani, ingin merebut anak panah Esme.

“Enyahlah!” Esme membentak dengan dingin. Tatapannya seperti es, tidak tersisa kehangatan lagi di dalamnya. Itu sangat menakuti Clara, sehingga langkahnya terhenti di tengah jalan, tidak berani melangkah maju.

Kepala anak panah itu tepat membidik Jason yang sedang berjalan menuju mereka dengan Seth di sisinya.

Pada saat ini, pikiran Esme hanya, ‘Mengapa? Kenapa kaisar memperlakukannya seperti itu? dia menjalani kehidupan yang jujur dan tak pernah berkhianat. Kenapa Kaisar menyuruhnya untuk bunuh diri? Kenapa pria itu menebas semua keluarganya?

Layla khawatir akan menyakiti Jason dan hendak menghentikan Esme. Tetapi, pada saat berikutnya dia berhenti.

Jason berpengalaman dalam seni bela diri dan gesit. Sedangkan keterampilan panahan Esme luar biasa buruk. Esme mungkin tidak akan menyakitinya. Mungkin dia bisa membiarkan Esme menggali kuburnya sendiri, membiarkan Jason membencinya lagi.

Layla benar-benar berharap Esme bisa menyakiti Jason … hanya sedikit saja. Tidak perlu terluka parah, cukup beberapa goresan saja sudah cukup untuk membangkitkan kebencian Jason pada Esme.

Apakah wanita ini sudah gila?

Mengapa dia membidik anak panah ke Jason?

Menyadari Esme sedang membidik kepala panah pada dirinya, mulut Jason melengkung dan tersenyum. Dia ingin tahu, apa yang sedang ada di dalam pikiran istrinya itu.

Seth tertawa melihat mereka berdua dan berkata, “Istrimu ingin menembakmu.”

Jason tetap tersenyum.

“Menurutmu, apakah dia akan menembak?” Seth bertanya.

Langkah kaki Jason berhenti, karena ketika dia mendekat, dia melihat keputusasaan, kebencian, dan rasa sakit yang menusuk matanya.

Jarak antara mereka kira-kira dua puluh meter.

Jason memandangnya dengan bingung, seolah-olah tidak ada perasaan apa pun dalam tatapan mata Esme selain kebencian dan keinginan dia untuk merenggut nyawanya dengan satu tembakan panah.

Apakah itu karena dia tidak pernah peduli padanya? Memaksa dia menggugurkan bayi itu karena beresiko tinggi mengalami deformasi. Karena sikap bandelnya terus membuat masalah dan keributan, dia menghindari komunikasi dengannya.

Apakah karena dia begitu membencinya sampai menatap dengan tatapan seperti ini?

Mata tajam Jason menjadi tidak jelas. Suram, dan serius. Terlepas dari apakah Esme akan menembak atau tidak, dengan kepala panah itu dan tatapan mata wanita itu, sudah cukup membuatnya merasa seperti orang yang berdosa seribu tahun.

Menyadari ketidakpedulian Jason atas sikap Esme, Layla tidak tahan. “Esme, letakkan anak panah ke bawah! Kau bisa menyakiti Direktur Hall.”

Senyuman dingin yang menakutkan muncul di wajah Esme setelah mendengar Layla menegurnya. “Aku tidak hanya ingin menyakitinya, aku ingin membunuhnya.”

Seth, Layla dan Clara tercengang, tidak dapat mempercayai apa yang mereka dengar.

Saat semua ingatan masa lalunya muncul, yang berdiri di depannya bukan lagi Jason Hall, melainkan Kaisar kejam dari kehidupannya dulu.

Esme menarik tali busur, melesatkan anak panah, dan anak panah itu melayang ke udara.

Layla menyaksikan dengan jelas semua itu, menembak keluar seperti macan tutul menerkam mangsa menuju Jason. Dia secara refleks berteriak nyaring, “Direktur Hall!”

Jason dan Seth sedikit mengernyit saat mereka menyaksikan panah bersiul ke arah mereka. Tidak bergerak satu inci pun.

Menghadapi panah ini, tidak ada kepanikan dan tidak ada rasa takut pada kedua orang itu. Hanya ketenangan dan tidak terpengaruh, seolah anak panah ini tidak ditunjukkan pada mereka, tetapi pada musuh.

Melihat panah melesat mendekat ke Jason, Layla dan Clara merasa jantung mereka melompat ke tenggorokan.

Saat panah terbang lebih dekat ke Jason, mereka tidak dapat secara akurat menentukan arah yang dituju Esme. Sepertinya itu akan menyerang Jason, tapi pada saat yang sama, itu juga tampak hendak menusuk Seth.

Tangan Layla mengepal kuat, merasa lebih cemburu daripada ‘korban’.

Jason dan Seth merasakan ledakan angin kencang melewati mereka, merobek beberapa helai rambut mereka.

Panah itu tidak menusuk salah satu dari mereka!

Itu terbang melewati celah di antara telinga mereka, meluncur ke dalam kawanan burung layang-layang yang mengais-ngais di belakang mereka.

Itu tidak mengenai? Layla dengan cepat berbalik dan melihat Esme dengan heran.

Tepat saat dia hendak melepaskan anak panah tadi, Esme terbangun dari pikirannya. Dia menunduk untuk menenangkan emosinya. Dan ketika dia mengangkat kepala lagi, dia kembali menjadi Esme yang arogan.

Seolah tidak terjadi apa-apa, Esme mengotak-atik busur di tangannya, “Aku ingin menembak seekor domba, kenapa lari?”

Garis pandang Clara dan Layla jatuh pada ruang di belakang Jason. Di belakang pria itu, seekor domba sedang merumput dan terpisah dari kawanan. Meskipun berada di belakang Jason, itu terlalu jauh dari sasaran!
Bahkan jika itu adalah seseorang yang tidak tahu tentang panahan, mereka tidak akan melepaskan panah seperti itu.

“Esme, penglihatan macam apa itu?” Layla menghadapinya, memuntahkan kemarahan.

Seth menoleh ke belakang, pandangannya jatuh pada domba yang ditinggalkan.

Bertanya pada Jason, “Katakan, ‘domba’ mana yang dia tuju?”

“Aku.”

Jason mengangkat kakinya yang panjang dan berjalan mendekat. Saat itu, mata Layla bersinar karena obsesinya. Sayangnya, Jason tidak melirik dia sedikit pun. Fokusnya hanya pada Esme, dan melewatinya seolah dia segumpal uap di udara.

“Aku pergi belum lama. Keahlian memanahmu benar-benar meningkat pesat.” Nada Jason seperti menggoda.

Dia tahu Esme benar-benar ingin menembaknya. Hanya saja, pada titik penguncian, dia sedikit mengubah arah panah. Bahkan jika itu dia, Jason mungkin tidak berani membiarkan anak panah terbang begitu percaya diri dengan perubahan menit terakhir.

Hanya sedikit kesalahan, dia atau Seth akan memiliki anak panah yang menembus dahi mereka. Sudah jelas Esme membidiknya, menembak panah ke arahnya. Tapi untuk alasan apa pun, Esme menyerah pada saat akhir. Menggesernya sedikit untuk membuat panah itu terbang di antara mereka.

Berdiri di depan wanita ini, Jason bertanya-tanya, ‘Apakah dia masih istrinya, Esme Andreas?’

***

Dikejar Suami JahatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang