Bab 6 Tidak Bisa Menahan Godaan

11.5K 615 0
                                    

Ketika waktu makan malam tiba, Emilia memanggil Esme untuk turun ke bawah. Dia sudah membuat sup tonik untuk kesehatan Esme dan itu masih mengepulkan asap. Aroma harumnya membuat Esme tidak tahan untuk menyisakan.

Setelah makan dua mangkuk penuh, dia berkeringat dan pergi ke kamar untuk mandi.
Berendam dalam air hangat, pikiran Esme melayang ke kehidupan sebelumnya.

Sejak ditinggalkan di istana, dia tidak pernah lagi menikmati mandi yang nyaman dan hangat seperti ini. Meskipun tinggal di istana, tapi statusnya sebagai tahanan.

Ini adalah kelahiran kembali yang sangat indah. Di masa depan, terlepas dari apa yang mungkin terjadi, dia harus mencintai dirinya sendiri dengan baik dan hidup nyaman.

Pada saat Jason kembali ke vila, seluruh lampu di lantai pertama telah padam. Bukan hanya lantai pertama, tapi hampir seluruh ruangan sudah gelap.

Mata Jason tajam seperti burung hantu di malam hari. Meskipun semua lampu padam, tapi vila ini memiliki dinding dengan banyak kaca tebal. Masih ada cahaya bulan dan lampu taman yang memantul ke dalam, memberikan cahaya samar-samar. Dengan mudah Jason bermanuver melewati sudut dengan penerangan minim.

Satu-satunya cahaya yang dia lihat hanya lampu di kamar mandi kamarnya masih menyala. Jason berpikir jika dia lupa mematikannya pagi tadi. Tidak pernah terlintas di benaknya jika Esme telah kembali.

Di kamar tidurnya, dia menanggalkan jas dan dengan santai melempar ke sofa. Lalu, dia berjalan menuju lemari sambil melonggarkan dasi.

Tiba-tiba langkahnya terhenti dan penglihatannya menyempit tajam dan berbahaya.

Ya, kamar mandi itu bukan hanya kosong, tapi ada seseorang di dalamnya. Pupil gelap Jason semakin meruncing.

Memiliki tingkat waspada yang tinggi, dia mencium aroma yang bukan miliknya keluar dari kamar mandi.

Jason mendekat perlahan. Pintunya sedikit terbuka sebelum dia membukanya penuh tanpa menimbulkan suara.

Aroma ini … ini sama sekali tidak mengganggunya. Justru aroma ini sangat menyenangkan seolah dia sedang menghirup
ribuan bunga.

Esme Andreas?

Ketika dia melihat Esme yang tertidur di bak kamar mandi, seluruh syaraf di tubuhnya berkontraksi.

Air di bak mandi sangat jernih, dan Esme tertidur nyenyak di sana. Ketika air di bak begitu tenang, setiap inci dari tubuhnya terlihat jelas.

Sosok telan jang yang terekspos di depan mata ini terlihat begitu seksi dan berisi. Seolah-olah setiap bagian dari tubuhnya telah diciptakan tanpa celah.

Cantik, mulus, dan … seperti ada rasa misteri yang membungkus tubuh kecil itu.

Sesaat di mana Jason menjadi linglung, dia bisa merasakan aura ini. Dan itu hanya berlangsung sepeserkian detik. Detik selanjutnya, Esme tiba-tiba bangun dan membuka mata. Dalam tidurnya tadi, dia merasa seseorang sedang mengawasinya.
Melihat seorang pria berdiri di depannya, Esme sangat terkejut dan refleks langsung bangkit berdiri.

Karena tindakannya yang terburu-buru, dia kehilangan pijakan, terpeleset lalu jatuh kembali.

Ketika manusia merasa mereka dalam bahaya, gerakan refleks sebagai pertahanan diri akan muncul secara alami. Tangan Esme mengayun, mencoba meraih sesuatu untuk dia gapai. Jadi secara sah dia berhasil menangkap lengan Jason.

Tindakan Esme membuatnya kehilangan keseimbangan. Jika dalam keadaan normal, Jason pasti masih bisa bertahan. Namun menit-menit sebelumnya, dia menjadi linglung melihat tubuh Esme yang telan jang bulat. Akhirnya, dia tidak bisa menopang dua tubuh dalam waktu singkat. Kakinya naik, dan mereka jatuh bersama.

Air dalam bak meluber keluar karena tekanan yang mereka berikan.

“Ah ….” Esme menjerit kesakitan karena kepalanya terbentur tepi bak mandi.
Bahkan Esme tidak punya waktu untuk menarik napas. Tubuhnya secara berlahan tenggelam karena berat badan Jason yang menekannya.

Esme tertegun pada awalnya, tapi dalam waktu berikutnya dia pulih dengan cepat, mencoba mendorong tubuh Jason. “Jason Hall, turun!”

“Untuk apa kau masih memelihara keangukahnmu? Apakah aku harus berpura-pura ini tidak di sengaja?” Kedua tangan dan kaki Jason mengunci tubuh Esme di tengah-tengahnya.

Beberapa saat yang lalu, tubuh kerasnya telah menghadapi sebuah kelembutan. Napasnya terhenti sejenak. Suatu perasaan yang menakutkan menusuk ke arahnya.

Untuk mencegah Esme menyadari kekejiannya, dia mendukung tubuhnya jatuh. Dengan kedua lengannya, dia mempertahankan jarak tertentu darinya.

“Ini kecelakaan!” Esme menekannya dengan kesal. Tubuhnya menolak keras, sementara detak jantungnya semakin menggila.

“Apakah kau bersalah atau tidak, hasilnya tetap sama. Kau telah berhasil membuatku menekanmu.” Tatapan Jason jatuh pada tubuhnya sendiri seolah mengisyaratkan jika posisinya saat ini atas kesalahan Esme.

Warna merah merona naik dari leher lalu mendominasi wajah Esme. Dua kepalan kecil melayang di dada Jason dengan sedikit membentak. “Kau berdirilah dulu!”

“Esme Andreas, kemampuan aktingmu semakin meningkat.” Pujian itu sepenuhnya diwarnai dengan ejekan.

Kesal karena Jason terus menekannya, Esme menarik napas dan berkata tegas. “Karena kau sudah tau aku berakting, kenapa kau tidak cepat berdiri? Apakah kesanku di matamu berubah menjadi lebih baik?”

Esme melirik ke tubuhnya sendiri, lalu tatapannya yang menawan mempertegas fitur cantiknya. “Atau … kau tidak bisa menahan godaan tubuhku?”

“Bagaimana menurutmu?”

“Perlawananmu hanya sebanyak ini?” Esme tersenyum miring. Jika Jason adalah seorang pria yang menjunjung kehormatannya, maka untuk menjatuhkan dia juga dengan cara yang sama.

Menangkap pemahaman sekilas di mata Esme, Jason tertawa hambar. Dia menyentuh dagu Esme. Matanya yang berkilau dingin saat dia berkata, “Esme Andreas, jangan bermain lidah denganku. Aku tau setiap menit kau selalu memikirkan metode untuk naik ke atas ranjangku. Sekarang, kesempatan itu tepat berada di depan matamu. Apakah kau tidak mau menikmatinya?”

Menjijikkan!

Esme mengumpat dalam hati, tapi di depan Jason, dia tersenyum manis. “Aku juga akan menikmatinya, tapi sayangnya tubuhku baru pulih. Aku tidak memiliki nafsu dan tubuhku tidak mengizinkan.”

Senyuman Esme semanis madu, tapi nadanya dingin. Dia mengangkat pandangannya, lalu jemari lentiknya menyusuri dada Jason dengan gerakan erotis. “Jason Hall, apakah kau menginginkannya?”

Tindakannya ini brutal dan memikat.
Jason melihat tangan ramping itu menggambar lingkaran kecil di dadanya.

Tangannya lembut, meruncing dengan indah.
Intensitas yang digunakan di jari-jarinya tepat, memperparah pikirannya yang berkabut.

Tatapannya beralih ke tubuh telan jang yang berkilauan di air. Sangat mulus, lembut, dan kurva bulat itu begitu memikat. Mata Jason menggelap karena gairahnya. Sesuatu yang panas seperti membakar perut bagian bawahnya.

“Jason Hall, aku merasakan dadamu yang bergetar. Apa kau menginginkannya?” Nada menggodanya semakin meningkat dengan suara manja.

Jika dia ingin menyingkirkan Jason, maka hal yang harus dia lakukan tentu saja menekan harga diri pria itu sampai serendah-rendahnya. Tapi Esme lupa jika mempermainkan gariah lelaki, orang itu tidak akan selamat.

Bulu matanya bergerak-gerak seperti sayap kupu-kupu. Esme tidak bisa melewatkan setiap hal yang dia lakukan untuk tidak menggoda Jason. Semakin dia mendorong Jason, semakin Jason akan mempertahankan kehormatannya.

“Jason, jika kau menginginkannya, mungkin aku bisa melakukan penawaran dengan tubuhku.”

***

Dikejar Suami JahatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang