Tejo dan Rukmini duduk berdua di teras rumahnya, sambil melihat lalu lalang kendaraan yang lewat di depan rumahnya. Mereka berdua ingin melihat sampai jam berapa jalanan disitu masih ramai, untuk menentukan rencananya akan membuka jualan mie ayam atau berganti yang lainnya.
Saat itu masih jam 19.00 malam, dan rumah Tejo yang sekarang sudah tidak suram dan gelap lagi. Lampu neon panjang berada di depan teras rumah, cukup menerangi halaman rumahnya.
Ada juga orang berjualan keliling sedang mendorong gerobaknya sambil teriak, “ nasi goreng!!”
“ tuh bu, masih ada penjual yang lewat. Aku jadi ingin berjualan kopi juga deh bu. Biar jalanan ini menjadi ramai kalau ada yang nongkrong disini,” kata Tejo.
“ terserah bapak saja, biar aku nanti yang berjualan mie ayamnya,” ucap Rukmini.
Tejo dan Rukmini duduk diluar hingga jam 22.00 malam, dan jalanan sudah mulai berkurang yang lewat.
“ sekarang sudah berkurang bu, dan sudah semakin sepi. Paling tidak kita tutupnya sekitar jam sepuluh malam,” kata Tejo.
“ iya pak,” jawab Rukmini.
“ ayo pak tidur, sudah malam nih. Kita sudah lama berada diluar sini,” kata Rukmini.
“ ayo bu, aku juga sudah ngantuk,” kata Tejo.
Tejo dan Rukmini masuk kedalam kamar dengan perabotan barunya. Kamar itu sudah jauh lebih bagus dan layak dari tempat tidur yang ada di desa. Spring bed dengan doble bed, sangat empuk. Tejo lebih dulu tidur sambil terlentang, matanya menatap langit kamarnya. Rukmini berganti baju tidur dengan mengenakan daster yang terawang. Entah beli dimana, yang pasti Tejo tidak mengetahuinya. Rukmini masuk kedalam kamar menghampiri Tejo yang sudah berada diatas kasur empuknya. Tejo menatap Rukmini dengan mata terbelalak. Kornea matanya menatap setiap lekuk tubuh istrinya yang dari desa itu. Dengan segera Tejo menarik tangan Rukmini untuk naik keatas tempat tidur. Tejo menelungkupkan kedua tangannya di pipi Rukmini.
“ kamu cantik sekali bu, selama ini mataku tidak menatap detail setiap inci tubuhmu,” kata Tejo, lalu mengecup bibir istrinya yang coklat tanpa pewarna lipstik.
Rukmini meladeni ciuman Tejo, hingga mereka bercumbu di malam yang indah itu. Tejo dan Rukmini telanjang tanpa busana, mereka bercumbu layaknya pasangan suami istri yang baru melangsungkan pernikahannya. Tejo lupa lagi dengan ucapan Nyai Asih, bahwa dia tidak boleh bersetubuh dengan istrinya. Rukmini juga tahu itu. Namun niat Rukmini ingin mempunyai seorang anak, terus menggoda Tejo untuk bisa menghamilinya. Mereka berdua meremehkan syarat yang sudah diajukan oleh Nyai Asih. Mereka tidak tahu apa jadinya jika Nyai Asih mengetahui ulah Tejo dan istrinya. Namun saat ini Nyai Asih sedang sibuk dengan bayi mungilnya, kebahagiaan yang tak terkira membuatnya tidak peduli dengan segala hal. Ia hanya ingin menikmati kebahagiaannya dengan sang bayi perempuan yang baru lahir.
Tejo dan Rukimi puas dengan cumbuannya di malam ini, peluh mereka membasahi tubuh di malam yang gelap itu. Rukmini tersenyum bahagia saat menerima cairan hangat dari suaminya, dan berharap benih itu akan menjadi janin di perutnya. Tejo juga mengembangkan senyumnya, dan mengecup bibir Rukmini berulang kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Siluman Ular
УжасыTejo dan Rukmini bosan hidup miskin. Ia mencari cara agar dapat kaya dengan cepat. Akhirnya Tejo membuat perjanjian dengan Siluman Ular untuk bisa kaya. Tejo rela menikahi Siluman Ular sebagai persyaratan untuk mendapatkan kekayaan. Tejo dan Ratu Si...