Tejo mengajak Rukmini masuk kedalam rumahnya. Agar pembicaraan nya tidak didengar oleh warga sekitar.
" lihatlah ini," ucap Tejo memperlihatkan tumpukan uang berwarna merah dan biru.
" uang siapa pak?" tanya Rukmini.
" uang kita bu, dari Nyai," ucap Tejo.
" uang ini cukup untuk membeli rumah di kota pak," kata Rukmini.
Tejo berpikir kalau pindah ke kota, Ia kerepotan kalau saatnya memberi tumbal ke Nyai Asih. Orang akan lebih curiga, melihatnya masuk ke hutan.
" kita tidak bisa pindah ke kota bu," kata Tejo.
" kenapa pak, namamu sudah jadi perbincangan di desa-desa. Kalau tidak segera pindah, mereka akan lebih tahu kalau kita punya pesugihan," kata Rukmini pelan.
Matanya masih terbelalak melihat uang begitu banyaknya.
" orang juga akan curiga melihat kita tiba-tiba kaya, pak, " kata Rukmini.
" makanya, aku masih jualan mie ayam ini. Agar orang tidak terlalu curiga, "ucap Tejo.
" tapi tetap saja pak, meskipun kita berjualan mie ayam, orang akan tetap curiga," kata Rukmini.
" kita nanti cari rumah di kota bu, tapi kita tetap jualan mie ayam. Nanti setiap hari sabtu dan minggu kita bisa pulang ke kota. Perlahan-lahan kita tinggalkan desa ini," ucap Tejo.
" tapi di desa ini nama kita sudah menjadi perbincangan pak," seru Rukmini.
Tejo menghentikan aktifitasnya, Ia meletakkan bahan yang sudah disiapkan untuk membuat mie ayam. Tejo berpikir sambil mengernyitkan jidatnya.
" bagaimana pak? " tanya Rukmini.
" begini saja bu, kita tidak usah berjualan lagi disini. Rumah ini kita jual, besok kita mencari rumah di kota. Aku makin tidak suka dengan penduduk desa ini," kata Tejo.
" selama kamu pergi, telingaku panas mendengar gumaman para tetangga, hampir aku tidak pernah keluar rumah. Sampai akhirnya aku tinggal di rumah orang tuaku," jawab Rukmini.
" ya sudah, aku tidak jadi berjualan. Kita besok pagi ke kota bu, melihat-lihat rumah. Mencari yang dipinggir jalan saja bu, biar kita bisa jualan mie ayam lagi," kata Tejo.
" iya pak," jawab Rukmini.
" ayo bu, kita ke pasar, gak usah beli di sini, nanti malah jadi bahan pembicaraan," kata Tejo.
Tejo mengambil motor bututnya dan membonceng Rukmini, pergi ke pasar.******
Sesampainya di pasar, Rukmini membeli ayam satu ekor, dan juga bumbu-bumbu serta sayuran. Tak lupa Rukmini mengajak suaminya membeli sembako.
" jangan terlalu banyak membelinya, nanti terlihat menyolok di mata orang-orang," kata Tejo.
" iya pak, hanya beras 5 kg, gula pasir dan minyak goreng, serta telor," ucap Rukmini.
Setelah selesai belanja, Tejo mengajak istrinya kembali pulang ke rumah.
" pak, apa gak sekalian melihat-lihat rumah di sekitar sini?" tanya Rukmini.
" ini kan belum masuk kota bu?" tanya Tejo.
" tapi sudah jauh dari desa kita, satu kilometer lagi juga sudah kota. Sekalian pak, mumpung lagi keluar," kata Rukmini.
"ayo bu, kita cari-cari rumah," kata Tejo.Tejo dan Rukmini keluar dari pasar, dan menyusuri jalan raya menuju ke kota yang tidak terlalu jauh dari pasar. Namun ternyata di sekitar pasar tidak ada ada rumah yang di jual.
" kenapa kita memilih yang di pinggir jalan pak?" tanya Rukmini.
" agar bisa untuk jualan sekalian bu," jawab Tejo.
Tejo dan Rukmini sudah memasuki perbatasan desa dan kota, namun pusat kota masih sangat jauh. Wilayah ini setingkat kabupaten, namun sudah lumayan banyak hilir mudik melewati jalan raya ini, dan sudah ada beberapa toko yang menjual material bangunan, ada juga depot makanan, ada bengkel, meskipun masih belum banyak.
Tejo terus melajukan motornya. Lalu Ia melihat ada rumah model kuno, yang di depan nya ada tulisan di jual. Rumah yang tampak lama tidak dihuni. Disebelah kanan kirinya juga tanah lapang yang kosong. Baru berjarak 500 meter lagi ada sebuah toko sembako.
" bu, itu ada rumah, halamannya cukup luas juga. Ada tulisannya di jual." kata Tejo.
" berhenti dulu pak, kita lihat-lihat dulu," kata Rukmini.
" iya pak, rumah ini seperti sudah lama tak berpenghuni," ucap Rukmini.
" tapi rumahnya terlihat adem ya, bu. Ada pohon besar dihalaman rumah. Disini bu cocok untuk membuka warung mie ayam." kata Tejo.
" iya pak, dipinggir jalan lagi, banyak yang melihat. Halaman luasnya bisa untuk tempat parkir,"ujar Rukmini.
" tapi kok gak ada tulisan nomor telepon yang dihubungi ya, bu? " tanya Tejo masih celingukan di depan pagar rumah yang setinggi satu meter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Siluman Ular
TerrorTejo dan Rukmini bosan hidup miskin. Ia mencari cara agar dapat kaya dengan cepat. Akhirnya Tejo membuat perjanjian dengan Siluman Ular untuk bisa kaya. Tejo rela menikahi Siluman Ular sebagai persyaratan untuk mendapatkan kekayaan. Tejo dan Ratu Si...