🪐7 - Olimpiade, Kandidat Garuda, Aslan

769 72 60
                                    

Tepat seminggu Melody berada di sekolah barunya. Semua terasa begitu tenang, Melody senang karena selama seminggu tidak ada hal yang mengganggu hidupnya. Hukuman Aksa hanya berlaku jika laki-laki itu yang menyuruh. Jadi Melody merasa sangat lega akan hal itu.

Pagi hari ini Melody berangkat agak siang karena harus membantu Asri menyiapkan pesanan untuk acara hajatan di dekat rumahnya. Tetapi hal itu tidak membuat Melody terlambat, seperti sekarang ini ia sudah sampai sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Melody memarkirkan sepedanya di dekat pos satpam lalu berjalan menghampiri Hendro yang sedang berjaga di depan gerbang.

"Pak ini buat anak bapak." Melody memberikan seplastik berisikan beberapa donat kepada Pak Hendro, "maaf ya pak sedikit."

Hendro tersenyum senang menerimanya, "Alhamdulillah, terimakasih banyak ya, neng. Ada acara apa neng?"

"Gak ada pak, nenek buat donat pesanan dan itu ada lebihnya." Jawab Melody, "wah kalo gitu kapan-kapan saya bisa pesen ya?" Ucap Hendro.

"InsyaAllah bisa, pak." Melody tersenyum.

"Sip!" Balas Hendro.

"Mel!" Ghina turun dari motor ketika ia menyuruh Gavin berhenti di dekat pos satpam, "Kamu duluan aja, aku bareng Melody." Ucap Ghina.

"Semangat belajarnya, cantik." Gavin mencubit pipi Ghina lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Mel, ayo ke kelas." Ghina merangkul Melody.

Melody mengangguk, "Yaudah pak, kami ke kelas dulu ya pak." Melody berpamitan kepada Hendro.

"Siap, neng-neng cantik. Semangat belajarnya ya!" Hendro mengepalkan tangannya ke udara memberi semangat mereka berdua.

"Siap pak!" Ucap Melody dan Ghina barengan.

Melody dan Ghina pun berjalan beriringan menuju kelasnya. Mata mereka berdua menyipit ketika melihat ada banyak murid berkerumun di mading sekolah.

"Ada apa ya itu?" Tanya Melody.

Ghina menarik tangan Melody, "ayo liat!" Mereka berdua berlari menghampiri kerumunan itu.

"Ih gak keliatan." Ghina menyipitkan matanya untuk memperjelas tulisan pada pengumuman itu.

"Olimpiade apa itu? Ketutupan." Melody jinjit agar bisa membaca pengumumannya.

"Olimpiade Nasional, Mel!" Ghina tersenyum ketika berhasil membaca pengumumannya.

Melody mengangguk mengerti, "Olimpiade Nasional bidang apa?"

Ghina menggedikan bahunya, "mungkin akademik sih."

"Ayok ke kelas." Ghina kembali menarik tangan Melody.

"Kalo ikut itu ada seleksi gak?" Tanya Melody.

Ghina berpikir, "layaknya enggak deh, itu dipilih sama guru biasanya. Beruntung banget yang bisa ikut itu."

"Kamu mau ikut, Ghin?" Tanya Melody lagi.

Ghina menggeleng, "pengen sih sebenernya, tapi gue juga sadar diri. Ilmu yang gue punya gak sebanyak yang Kak Zidan punya."

"Kak Zidan?" Melody terheran mendengar nama itu.

Ghina mengangguk, "iya Kak Zidan, anggota Xelanor yang otaknya paling encer."

Melody terkekeh, "kamu bisa aja Ghina."

"Ih beneran, setiap tahun kalo ada lomba pasti dia ikut. Olimpiade Nasional ini kayaknya ikut lagi dia." Ghina menjelaskan.

"Dia kan udah kelas dua belas?" Tanya Melody.

Ghina mengangguk, "iya juga sih, tapi kalo bukan dia siapa lagi?" Melody terdiam, ia belum sepenuhnya paham tentang kemampuan murid SMA Garuda.

XELANOR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang