🪐25 - Selamat Tinggal, Urusan Aksa, Fakta Mengejutkan

565 35 2
                                    

"Apa rencana lo, Sa?"

Ruangan yang gelap dan udaranya yang lembab di tambah kondisi markas yang sudah lama terbengkalai. Semuanya hancur berantakan. Bahkan lampu yang dulunya selalu menerangi setiap sudut ruangan itu sekarang hanya bisa berkelap-kelip tidak berguna.

Di ruangan sempit itu ada beberapa orang yang terlihat sangat menyeramkan dengan pakaiannya yang serba hitam. Antariksa menghembuskan asap rokoknya ke udara lalu menatap kedua orang yang sedang menunggu rencana darinya.

"Selesaikan semuanya yang belum sempat kita dapatkan kala itu." Antariksa kembali menghisap rokok, "lo serius?" Jeffrey sedikit ragu dengan perkataan laki-laki itu.

Antariksa menaikkan sebelah alisnya, "gue benci anak itu, apapun kondisinya dia harus hancur di tangan gue."

"Tapi kita udah kehilangan pasukan dan mereka juga pasti lebih kuat dari sebelumnya."

BRAK!

Antariksa menggebrak meja kayu itu, "lo takut kalah, Jeff?" Jeffrey terdiam lalu menggeleng, "gue cuma ragu."

Antariksa menjatuhkan rokok yang masih menyala dan menginjaknya, "lo gak perlu khawatir, seiring berjalannya waktu kita bakalan terus mempersiapkan semuanya."

Jeffrey mengerutkan dahinya, "lo punya rencana lain, Sa?"

"Sa?" Jeffrey semakin penasaran sebab Antariksa hanya menunjukkan senyuman ambigunya.

"Sebelum gue hancurin anak itu, setidaknya kebahagiaannya juga harus dihancurkan lebih dulu." ucap Antariksa sambil melempar beberapa lembar foto ke atas meja.

Jeffrey melihat foto itu satu persatu, "hah?!"

"Gadis dengan jepit buah ceri ini harus kita incar terlebih dahulu." Antariksa menyandarkan punggungnya pada kursi yang sudah lusuh dan kotor.

"Selain Ivory gue juga suruh Chico buat terus pantau gadis itu dari jauh." ucap Antariksa lagi.

"Chico?" tanya Jeffrey, Antariksa mengangguk sebagai jawaban, "sesuai rencana kemarin."

"Gue ikut mereka." Jeffrey dengan ragu mengajukan dirinya bergabung dengan Ivory dan Chico. Antariksa tersenyum, "gue selalu percaya sama lo, Jeff. Tolong jaga kepercayaan ini."

Jeffrey terdiam sebentar, "iya, Sa."

Selanjutnya tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka untuk beberapa waktu.

"Hari ini lo gak cari adik lo, Jeff?" tanya Antariksa membuyarkan lamunan Jeffrey, "ini baru mau izin sama lo." Jeffrey terkekeh.

Antariksa tersenyum, ia berjalan menghampiri Jeffrey dan menepuk bahu cowok itu, "segera temukan adek lo, jangan sampe jadi salah sasaran kita."

Tanpa sepengetahuan Antariksa cowok itu mampu membuat jantung Jeffrey berdetak kencang, Jeffrey yang baru saja ia angkat menjadi tangan kanannya itu mendadak menjadi takut dengan banyak hal yang akan terjadi ke depannya.

"Kok pucet gitu muka lo? Sakit?" tanya Antariksa, "udah sana pergi."

Jeffrey tersenyum kepada laki-laki itu, "gue pinjem motor, Sa."

"Pake." Antariksa melemparkan kunci motornya kepada Jeffrey.

"Kita ngapain sih disini?"

"Mancing."

"Gila, lo."

"Ya lo pikir aja sendiri tujuan kita apa." Gishella terus mengedarkan pandangannya.

Chico melepaskan kacamata hitamnya. Ia menyandarkan tubuh lelahnya pada tiang penunjuk jalan sebab sudah hampir dua jam mereka berdua hanya berdiam diri memantau situasi.

XELANOR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang