halo...!
jangan lupa tap vote sebelum membaca yaa^^, jangan lupa juga tinggalkan jejak seperti komentar di part ini, karena notifikasi kalian menjadi salah satu penyemangat bagi author.♡
happy reading...!
--
Masih di hari yang sama, bel pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu. Seluruh murid dan beberapa guru SMA Garuda juga sudah langsung pergi ke tempat tujuan mereka masing-masing. Jadi, sekarang sekolah ini nampak sepi menyisakan satu, dua orang yang memang masih memiliki urusan di sini, seperti halnya beberapa murid sedang berkumpul di rooftop sekolah entah untuk apa. Ya, di rooftop ini ada sekitar 7 murid laki-laki SMA Garuda, 4 orang sedang duduk berlutut di hadapan 3 orang yang menatap mereka penuh permusuhan. Beberapa menit telah berlalu tapi tidak ada satu pun kata yang mereka bicarakan, hanya ada tatapan tajam ketiga laki-laki itu semakin menusuk mata mereka berempat.
"Kalian tau kenapa kalian bisa kita bawa ke sini?" tanya Keanu memecah keheningan.
Kepala keempat murid yang mengenakan bet angkatan kelas sepuluh itu masih pada menundukkan kepala. Tidak ada yang berani menjawab pertanyaan kakak kelasnya, bahkan hanya untuk menatapnya pun mereka tidak berani.
"Udah bener cuma cari masalah sama Aksa tapi kalian malah nambah masalah sama kita semua," ujar Sean menimpali perkataan Keanu.
Pian berpindah di hadapan mereka dengan kedua tangan di pinggang sambil menatap remeh keempat adik kelasnya itu.
"Lo semua itu masih kelas sepuluh--udah berani nantangin kita?" Pertanyaan Pian membuat mereka berempat semakin menunduk takut.
"Sebelumnya gue mau nanya sama kalian." Keanu berjalan pelan ke belakang mereka. "Apa salah satu dari anggota Xelanor, seperti gue, Aksa, Sean, Zidan, Gavin, terutama Pian yang jadi kakak kelas kalian di sekolah ini pernah cari masalah sama kalian atau bahkan usik kehidupan kalian?" tanyanya.
Murid laki-laki yang bernama Fabio Alfarrez, Alvian Erlando, Sauqi Firgian, dan Januar Alexander yang tertera pada nametag seragam mereka itu sempat terdiam beberapa detik sebelum mereka saling menyenggol lengan satu sama lain.
"E...enggak pernah, Kak." Fabio membuka suaranya ragu-ragu.
"Tapi, kenapa kalian berani buat hujat si Pian? Padahal gue percaya banget sama sahabat gue ini kalau dia gak bakal nyenggol orang kalau bukan orang itu yang nyenggol dia duluan." Ia beranjak dan merangkul Pian.
Keempat murid kelas sepuluh itu saling beradu pandang dengan isyarat mata yang memiliki banyak makna yang tersirat. Mereka berempat juga masih senggol menyenggol lengan satu sama lain yang entah memiliki tujuan apa.
Sauqi membuka mulutnya ingin bersuara. "Ki...kita gak hujat siapa-siapa kok, Kak, apalagi hujat Kak Pian--"
"Terus--" Keanu memberikan Sean kode untuk menunjukkan sesuatu dari handphonenya kepada keempat adik kelasnya ini.
"Ini apa?" Sean menekan play pada sebuah rekaman video yang ada di file handphonenya.
Suasana menjadi hening beberapa saat ketika mereka fokus menyaksikan video berupa rekam layar dari story WhatsApp seseorang yang berdurasi tiga puluh detik tersebut. Video itu menampilkan suasana gaduh yang tadi sempat terjadi di kantin karena mereka kompak tertawa dan menyoraki Pian ketika laki-laki itu lebih dulu diejek oleh para sahabatnya sendiri sampain dirinya yang memutuskan pergi dari salah satu fasilitas milih sekolah ini, kantin.
"Alay banget lo, Yan!"
"Sumpah kasihan banget jadi lo, Curut!"
"Sakit banget perut gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
XELANOR [ON GOING]
Ficção AdolescenteDENGAN HORMAT PENULIS, SAYA MOHON UNTUK TIDAK MENJADI SILENT READERS! -- Cerita ini menceritakan tentang Dunia Angkasa yang menginginkan seorang gadis itu abadi di kehidupannya. Singkat aja deskripsinya ya soalnya suka duka, rahasia, misteri, teka...