🪐57 - Zidan Berubah, Menemani Melody, Apakah Ini Mimpi?

359 26 5
                                    

Pagi-pagi yang cerah seperti biasa Aksa melambaikan tangannya ke arah Melody ketika setiap kali kekasihnya itu masuk ke kelas bersama Ghina, teman sekelasnya atau sahabatnya sendiri. Berdiri di pintu parkiran bersama Gavin di sebelahnya yang juga ikut memerhatikan Ghina, mereka berdua sama-sama menunggu kekasih mereka masing-masing menghilang dari pandangannya.

"Ya Tuhan, kapan engkau sudahi nasibku yang harus selalu mengiri melihat sahabat-sahabatku yang bucin seperti ini?" Pian meratapi nasibnya ke atas langit.

"Hahaha, ngenes banget sih lo, Yan!" Keanu tak tahan untuk tidak menertawai sahabatnya yang satu itu.

"Lo baru ngeh hidup dia sengenes itu, Nu?" celetuk Sean ikut menertawai Pian.

Pian mendelik tajam, "sialan lo!" balasnya lalu kembali menatap ke atas langit.

"Makanya punya pacar, Yan!" sahut Gavin yang baru saja kembali dan duduk di atas motornya.

Aksa menggeleng heran dengan nasib Pian. "Katanya playboy tapi gak ada satu pun cewek yang deket sama lo."

"HAHAHAHA!" Semuanya terbahak mendengar perkataan ketuanya.

"Sok tau banget lo, Bos!" Pian melirik tajam ketuanya itu, "cewek gue mah banyak-"

"Banyak doang tapi yang serius gak ada, ini mah namanya lo yang dimainin cewek, Yan!" Sean ngakak melihat raut wajah kembarannya itu langsung kusut.

"Liat aja gak lama lagi gue jalan sama Syifa!" balas Pian emosi.

"Oke!" balas sahabat Pian sangat kompak.

"Lima puluh juta kalo lo bisa bawa Syifa ke markas?" tawar Aksa.

Semua yang ada disini reflek membelalakan mata mendengar tawaran ketua mereka, terutama Pian, mulut laki-laki itu paling menganga dibanding yang lain.

"HAH?!" Pian mengerjapkan mata, "lo yang bener aja, Sa-"

"Lo takut?" Aksa menaikkan sebelah alisnya. Pian mendengus kesal, "SIAPA TAKUT?!" tantangnya.

Tangan Pian terulur di hadapan Aksa, ketuanya itu membalasnya. "DEAL!" ucap Pian sangat mantap.

Selanjutnya kelima inti Xelanor itu menghabiskan waktu sebelum bel berbunyi di parkiran ini. Selain menunggu koridor kelas lumayan sepi, mereka juga menunggu salah satu sahabatnya yang sampai sekarang belum juga tiba di sekolah. Motor yang biasa terparkir di samping motor Pian itu belum menampakkan wujudnya, ujung winglet karbon ciri khas salah satu sahabat mereka itu belum juga terlihat.

"Ngomong-ngomong ini Zidan kok belum sampe ya?" Di antara mereka berlima, Pian lah yang paling mengkhawatirkan teman sebangkunya itu.

Aksa, Gavin, Keanu dan Sean reflek beradu pandang, sebenarnya mereka juga penasaran dengan apa yang terjadi pada laki-laki itu tapi sampai sekarang mereka berempat belum menanyakan apapun kepada Zidan, berbeda dengan Pian yang sejak kemarin terus mengirimkan pesan kepada laki-laki es batu itu.

Pian mengarahkan handphonenya ke depan mulut, "WOI, ZID! LO DIMANA, ANJIR?! LO GAK BERANGKAT SEKOLAH?!" ujarnya lalu dikirimkannya pesan suara kepada Zidan.

Pian semakin kelimpungan ketika pesan suaranya tadi bernasib sama seperti 999 pesan sebelumnya. Mungkin ini sudah genap seribu pesan yang dikirimkan Pian kepada Zidan, tapi tetap saja tidak ada satupun pesan yang terbalas bahkan terbaca pun tidak.

"Lo takut gak ada contekan ulangan Ekonomi Akuntansi kalo Zidan gak berangkat?" tebak Sean tiba-tiba ikut mengkhawatirkan masalah itu.

"ENAK AJA!" Pian mendelik tajam namun sedetik kemudian ia berubah cengengesan, "itu juga yang bikin gue khawatir, tapi-"

XELANOR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang