🪐13 - Ujian, Air Mata Dera, Malam Indah Angkasa

650 34 1
                                    

Pagi ini Aksa berangkat sedikit lebih awal dari biasanya. Ia memasukkan buku mata pelajaran hari ini ke dalam tas, hanya buku tulis yang ia bawa dan satu buku paket sebagai pemberat tasnya. Aksa menyambar jaket kulit hitam kebanggaannya yang tergantung di belakang pintu dan kunci mobil, hari ini ia memutuskan untuk membawa mobil.

Aksa keluar kamar lalu menuruni tangga, ia melihat ke bawah, nampak sepi tidak ada siapa-siapa disana. Bisa cowok itu pastikan jika Andre dan Venna masih terlelap. Langkah Aksa pergi menuju dapur, ia mengambil bungkus roti dan selai kacang. Ia mengoles beberapa lembar roti dan ia letakkan di tempat makan.

Setelah selesai menyiapkan sarapannya, Aksa langsung pergi meninggalkan dapur bersamaan dengan Andre yang baru saja keluar dari kamar.

"Angkasa." Suara berat itu mampu membuat si pemilik nama berhenti melangkah.

Aksa memutar badannya dan menaikkan sebelah alisnya ketika Andre tidak berkata apa-apa.

"Kalo gak penting, Aksa berangkat dulu." Ucapnya singkat lalu pergi meninggalkan Andre yang masih terdiam di tempatnya.

Tanpa Aksa sadari, dada Andre terasa begitu sesak. Ada secuil rasa penyesalan karena sudah mengubah sifat anak laki-lakinya itu menjadi lebih dingin tak tersentuh. Semakin hari jarak di antara mereka semakin jauh. Bahkan sekarang anak itu tidak pernah mengajaknya bicara walau hanya sekedar menyapa.

Langkah Aksa berhenti ketika dirinya berada di garasi. Ia bingung harus memakai mobilnya yang mana, bahkan cowok itu harus mengecek ulang kunci mobil yang tadi ia bawa. Aksa menghampiri mobilnya yang terparkir paling pojok di dalam garasi, BMW M4 CS berwarna hitam metallic, mobil kesayangannya. Aksa memanasi mobilnya sebentar, sekitar lima menit dirasa cukup ia langsung melajukan mobilnya meninggalkan rumah itu.

Aksa berdecak ketika jalan yang biasa ia lewati itu sudah padat dengan orang-orang yang mulai mengais rezekinya di pagi hari. Aksa membuka bekal sarapan yang tadi ia buat, untuk sarapan cowok itu hanya menghabiskan dua roti saja. Pandangan Aksa jatuh pada dua orang anak yang sudah menyumbangkan lagu-lagunya di lampu merah.

"Dek sini!" Aksa membuka kaca mobilnya lalu memanggil anak-anak itu.

Kedua anak itu langsung berlari menghampiri Aksa, cowok itu melihat roti yang tadi ia bawa, masih sisa tiga.

"Nih buat kalian, ambil ya." Ucap Aksa.

Binar mata dua pengamen itu terlihat sangat jelas, "makasih ya bang!"

Aksa tersenyum lalu kembali melajukan mobilnya karena lampu sudah berubah menjadi hijau. Untung saja kondisi jalan tidak begitu ramai jadi ia bisa dengan cepat sampai ke sekolah. Kehadirannya mampu membuat para siswi heboh melihatnya bahkan ada yang sampai tersedak karena meneriakinya. Apalagi ketika Aksa turun dari mobil menggunakan kacamata hitam ia meraih tas dan mengaitkannya di bahu kanan.

Aksa mengedarkan pandangannya, ia melihat teman-temannya sudah bertengger di atas motornya masing-masing sambil sesekali menggoda para adik kelas.

"Lo tumben bawa mobil." Tanya Keanu.

"Daripada rusak gak pernah dipake." Jawab Aksa.

Keanu terkekeh, "iya dah sultan mah beda." Aksa tersenyum tipis ia pun ikut duduk di atas motor, entah milik siapa.

"Ke pasar pagi beli pemantik, selamat pagi, cantik." Pian menggoda para siswi yang lewat di hadapannya. Bukannya senang siswi itu malah bergidik pada Pian. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang langsung lari menjauhinya.

"Eh, Yan. Lo gak lihat apa adek kelas pada cabut noh gara-gara lo gombalin." Celetuk Keanu.

"Ih mereka itu pada kesemsem gue gombalin." Pian tidak terima.

XELANOR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang