Sesuai kesepakatan keluarga, pemakaman Astri akan dilakukan siang hari jam satu siang. Pihak keluarga, kerabat dekat, tetangga mengantarkan Astri menuju ke tempat peristirahatan terakhirnya. Hanya suara tangisan yang terdengar ketika sedikit demi sedikit jenazah Astri tertimbun tanah. Proses pemakaman berjalan dengan lancar, setelah dilakukan penguburan para keluarga menabur bunga dan mengucapkan doa-doa untuk Astri.
Aksa melepaskan seragam putihnya yang terkena tanah. Pada proses penguburan tadi ia diberikan kesempatan oleh pihak keluarga dan tetangga yang hadir untuk ikut membantu menimbun jenazah Astri dengan tanah. Aksa berjalan menuju ke sebuah rumah kecil yang dijadikan sebagai tempat berteduh. Laki-laki itu menyalakan keran dan membersihkan tanah merah yang menempel ditangannya.
"Mas Aksa, ya?"
Merasa ada yang mengajaknya bicara, Aksa menoleh dan tersenyum ketika melihat ada pria mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung serta menggunakan dasi hitam yang terikat rapi di lehernya.
"Iya saya Aksa, gimana pak?"
Laki-laki itu tersenyum dan mengulurkan tangannya kepada Aksa, "saya Arkana, saya adik dari ayahnya sekaligus menjadi pamannya Melody."
Aksa tersenyum dan membalas salaman itu, "senang bertemu dengan anda, pak."
Arkana terkekeh, "panggil om saja, karena saya yakin umur saya tidak beda jauh dengan paman kamu."
Aksa mengangguk paham, "baik, om."
"Kamu pacarnya Melody, ya?"
Pertanyaan Arkana membuat Aksa terdiam, padahal pertanyaan itu sudah seringkali ia dapatkan dari banyak orang dan Aksa mampu menjawabnya lancar dengan jawaban "iya", tetapi di saat seperti ini Aksa tidak tahu harus mengatakan apa.
Arkana terkekeh lagi, tangannya bergerak menepuk bahu Aksa pelan, "maaf jika pertanyaan saya terlalu lancang, sebab mendengar banyak pembicaraan tentang kamu membuat saya yakin kalau kamu dekat dengan keponakan saya."
Aksa masih terdiam di posisinya.
"Jika kamu ada waktu luang saat ini, bisa bicara sebentar?" tanya Arkana.
"Bisa, om."
Akhirnya mereka berdua berjalan beriringan pada jalan setapak yang menjadi jalur menuju satu petak makam dengan petak makam lainnya. Langkah Arkana mengantarkan Aksa pada sebuah petak kecil yang Aksa yakini kalau ini adalah sebuah makam keluarga sebab ada dua buah nisan berdiri rapi bersebelahan di petak itu.
"Awalnya saya hanya tau kamu dari televisi, saya melihat berita tentang tindakan kriminalitas di ibukota bisa dituntaskan dengan cepat sama pihak kepolisian dibantu dengan geng perkumpulan kamu kan?"
Aksa mengangguk, "sudah menjadi tugas wajib saya dan teman-teman untuk selalu membantu memberantas kejahatan di ibukota, om."
Arkana tersenyum, "kalian hebat."
"Terimakasih, om."
Arkana mengangguk dan tersenyum lalu merangkul laki-laki itu, "saya juga mau mengucapkan terimakasih karena tadi kamu sudah ikut membantu melakukan proses pemakaman nenek."
Aksa tersenyum, ia mengangguk. Sesungguhnya Aksa tidak tahu pasti apa yang menyebabkan dirinya bisa membantu keluarga Melody untuk melakukan proses pemakaman Astri. Pertemuan singkat dirinya bersama nenek Melody waktu itu, terasa sangat berarti baginya. Tidak ada yang namanya kebetulan ketika ada suatu hal baik saling dipertemukan oleh Tuhan.
"Nek Astri adalah ibu dari Rianti, kakak ipar saya sekaligus bundanya Melody. Nenek, Kak Rianti, Melody adalah wanita kembar yang terlahir dari generasi yang berbeda, sifat mereka; paras mereka; kebaikan mereka, terlahir secara turun menurun."
KAMU SEDANG MEMBACA
XELANOR [ON GOING]
Novela JuvenilDENGAN HORMAT PENULIS, SAYA MOHON UNTUK TIDAK MENJADI SILENT READERS! -- Cerita ini menceritakan tentang Dunia Angkasa yang menginginkan seorang gadis itu abadi di kehidupannya. Singkat aja deskripsinya ya soalnya suka duka, rahasia, misteri, teka...