Dua Empat

7.2K 511 27
                                    

Kejadian kemarin masih terlintas di kepala Chika. Kalau diingat-ingat, perlakuan Zee padanya sungguh luar biasa. Chika ngambek dan tidak ingin naik motor bersama Zee tapi Zee masih setia mengawal Chika. Zee rela berkorban luka-luka melawan 2 orang jahat demi menolong Chika. Zee yang lebih mengutamakan Chika dulu sebelum dirinya sendiri. Zee yang sudah lelah tapi masih mau menggendong Chika karena kaki Chika terluka. Zee yang sama sekali tidak memojokkan Chika karena kesalahannya. Astaga kalau Chika perempuan normal harusnya dia merasa beruntung kan?

Tapi Chika mah beda, di satu sisi memang merasa beruntung tapi disisi lain Chika banyak overthinking. Nanti jika Chika membalas perasaan Zee, apa iya Zee masih akan semanis itu?. Apa iya Zee tidak akan berubah jahat?. Apa iya Zee akan terus menyayangi Chika?. Ah ini adalah pemikiran yang selalu muncul. Dan pada akhirnya Chika tetap sok cuek pada Zee karena sebenarnya ada rasa takut kalau suatu saat Zee akan berubah. Tapi bukannya sama saja ya, jika Chika terus begini bukan tak mungkin kan Zee memilih pergi karena lelah. Huh entahlah Chika harus bagaimana.

"Ya elah Chik bengong mulu, mikirin apa?", tanya Ashel menyadarkan lamunan Chika

"apasih lo ganggu aja", ketus Chika

"Buset galak banget mbanya, Chik jamkos gini mending nonton basket yuk di lapangan"

"Kalo guru tiba-tiba masuk kelas gue gak ada gimana"

"Heh bambang bengong mulu sih lo, tadi gak denger ada pengumuman?"

"Ha pengumuman apa?", tanya Chika bingung

"Tuh kan. Nih ya sekarang semua guru lagi pada rapat buat persiapan ujian kelas 12 yang tinggal 1 bulan lagi ini. Nah semua murid diminta untuk tetap kondusif. Boleh meramaikan tim yang lagi latihan basket juga di lapangan. Yang penting jangan ada yang keluar dari area sekolah"

"Memangnya lagi ada yang latihan basket Cel?"

"Iya anak kelas 11,ada Zee juga. Gimana sih masa tiap hari pulang pergi bareng Zee gak pernah cerita kalo bakal ada turnamen basket dalam waktu dekat"

Chika terdiam, selintas percakapan ia dan Zee muncul di otaknya

"Gimana hari ini cantik, cape gak?", tanya Zee

"Apa sih lo sok asik", ketus Chika

"Bukan sok asik tapi pengen deh jadi pendengar yang baik. Kita udah nikah tapi rasanya jauh banget ya, gak pernah cerita-cerita gitu. Kegiatan hari ini apa aja, kegiatan besok bakal ngapain. Huft kayaknya seru ya kalo tiap hari kita tuker cerita gitu"

"Gak seru, lo aja kali yang ngerasa seru. Jangan  nanya-nanya ah, gue gak suka cowok banyak tanya"

"Kalo aku yang cerita boleh gak?. Aku mau ceritain kegiatan-kegiatan aku yang akan datang"

"Enggak usah, gue gak mau tahu"

"Ya elah Chika bengong mulu kenapa sih lo?. Mau ikut gak, kalo enggak gue mau ke lapangan sendiri nih"

"Iya-iya ikut"

Sampai di lapangan ternyata sangat ramai penonton. Pandangan Chika bertemu dengan pandangan Zee yang kini berada di tengah lapangan

"Tumben", gumam Zee dalam hati melihat Chika berada di sini. Zee tahu betul seperti apa Chika, jika bukan kegiatan osis mana mau dia berada di tempat ramai seperti lapangan basket ini. Apalagi sekarang Chika bukanlah bagian osis lagi, tambah mager aja dia.

"Tuh langsung disenyumin cogan kan", ucap Ashel melihat Zee tersenyum pada Chika

"Bukan cogan diamah cogil, cowok gila!"

Tsundere [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang