Empat Puluh (Last Chapter)

5.9K 554 36
                                    

Sambil duduk di sofa Chika terdiam melamun. Dirinya masih yakin ada yang tidak beres, mengapa Zee harus sampai membentaknya? Selama ini semarah-marahnya Zee rasanya tidak sampai hati memarahi balik Chika.

Di lain tempat Zee sudah sangat dekat dengan lokasi yang dikirim nomor tak dikenal itu. Zee sengaja memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari lokasi. Dia masih perlu memantau situasi.

"Rumah tua?" Gumam Zee berpikir tentang kira-kira mengapa ada orang yang berbuat jahat pada ayah mertuanya ini. Apa motifnya?

"Sebagai seorang pembisnis memang banyak banget orang yang punya niat jahat ke ayah dan keluarga" Tiba-tiba terbesit kalimat ini. Kalimat yang pernah Jinan ucapkan dulu saat Tian diculik dulu.

"Apa ini yang dimaksud ayah dulu? Ini juga alesan ayah jodohin aku sama kak Chika?. Astaga ternyata separah ini ya?" Zee melihat kembali foto Jinan yang sedang diikat

"Kayaknya bakal bahaya banget deh. Tapi kenapa mereka harus nyekap ayah? Kenapa mereka nyuruh gue kesini? Ini jebakan? Tapi fotonya rill kok. Gue udah telpon dan chat ayah juga gak ada respon. Ya Tuhan gue harus gimana?" Ada banyak sekali pertanyaan di otak Zee saat ini.

"Assalamu'alaikum" Suara salam yang berasal dari Tian membuat Shani, Cindy dan Chika menengok

"Mukanya pada kenapa, tegang amat" Ucap Tian polos sambil mencium tangan ketiga wanita ini

"Di jalan aman-aman aja kan Tian?" Tanya Chika dengan mimik khawatir

"Iya, baik-baik aja. Emangnya kenapa kak?" Tanya balik Tian

"Gapapa" Jawab Chika

"Ganti baju Tian, bunda udah bawain kamu salin" Titah Cindy

Tian mengangguk tapi kemudian, "oh ya abang Zee mana?" Tanya Tian

Tak ada yang menjawab membuat kening Tian berkerut, "abang gak ada di rumah ya? Tapi kok itu temen-temennya ada di depan sih ngapain coba" Ucap Tian bingung

"Temen-temen abang? Ada di luar?" Tanya Chika

"Iya, ada bang Aldo, bang Gitan sama bang Ollan. Aku tanya mereka cuma senyum gak jawab. Semua orang pada aneh deh"

Chika beranjak hendak keluar

"Chika jangan kemana-mana!" Cegah Cindy

"Iya Chik, Zee kan udah larang kamu sayang" Ucap Shani kemudian

"Chika cuma ke depan kok, mau liat temennya Zee. Gapapa ya" Mohon Chika

"Ya udah tapi jangan lama-lama terus langsung masuk lagi"

"Iya bunda"

Chika keluar rumah dan hendak menegur teman-teman Zee tapi handphone miliknya terlebih dahulu berbunyi

"Kenapa?" Tanya Chika ketus

"Aku minta maaf ya soal tadi" Ucap Zee lembut

"Maaf tuh gak penting aku cuma butuh tau kamu dimana sekarang!" Balas Chika

Air mata Zee menetes, "aku minta maaf"

"Apa sih kok minta maaf mulu"

"Aku gak bisa kasih tau aku dimana sekarang. Aku cuma minta doa supaya aku baik-baik aja"

"sayang apa sih, kamu dimana jangan bikin khawatir" Suara Chika bergetar

"Aku gak bisa ngomong banyak sekarang. Intinya kamu jangan kemana-mana di rumah aja sampe aku balik. Jangan overthinking cukup doain aku sama ayah. Maafin aku. Apapun yang terjadi kamu harus tau kalo aku sayang banget sama kamu. Dan selamanya akan terus begitu" Zee menghela nafas di sela-sela tangisnya. Jelas Chika bisa mendengar dengan isak tangis Zee. Pikiran Chika jangan ditanya. Dia sudah overthinking kemana-mana. Zee memintanya untuk tidak overthinking tapi dia menangis begini. Bagaimana Chika bisa berpikir positif kalau begini.

Tsundere [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang