Pagi hari yang cerah, Jenvin masih menatap Jiendra yang belum terbangun juga dari tidurnya, sepertinya orang seperti Jiendra ini sangat pemalas dan susah bangun awal.
Jenvin memakluminya karena dia adalah anak dari seorang raja, lagian jika Jiendra mengaku dia adalah anak bungsu atau putra mahkota pasti dia akan di tetapkan di bangsawan elit.
Hanya khusus para petinggi kerajaan saja, tapi Jenvin tidak tau mengapa Jiendra ini memilih untuk menyembunyikan identitas aslinya.
Bahkan sikapnya juga berbeda, Lena dulu orangnya lebih bar bar dari Jiendra dan itu membuat Jenvin merasa Jiendra yang bereinkarnasi sudah sepenuhnya berubah.
Mengubah hidupnya, bahkan Jiendra juga lupa wajahnya. Itu sebabnya Jenvin merasa aneh saat Jiendra melihatnya itu biasa saja.
"Para dewa sialan itu sepenuhnya merubahmu ya, kau dijadikan boneka demi melindungi negeri dan dunia dengan menanggung dosa umat manusia" ucap Jenvin.
Dia mendekat kearah Jiendra yang masih tertidur, dia langsung menepuk nepuk pipi Jiendra secara pelan dan sedikit menggunakan sihir.
"Jiendra Arfond Eciest"
Jiendra yang masih sibuk bermimpi indah langsung tersentak, hingga dengan cepat dia membuka matanya dan terduduk begitu saja.
"Andy, ada apa?" Tanya Jenvin.
"Ah enggak" ucap Jiendra, dia sedikit merasa pusing karena bangun secara tiba tiba.
"Apaan tadi, kenapa seakan ada yang manggil Jiendra" batin Jiendra.
"Mandi Andy, kita hampir berangkat" ucap Jenvin.
"Sekarang jam berapa?" Tanya Jiendra.
"Mungkin jam 7 kamu terlalu nyenyak tidur ya" ucap Jenvin dengan sedikit terkekeh meledek Jiendra.
"Aaaaaa bagaimana bisa!!" Ucap Jiendra, dia langsung pergi meninggalkan Jenvin menuju kamar mandi.
"Tau seperti ini aku semalam tidak perlu menggunakan sihir penyegelan dan menyuruh James juga Erland kemari" ucap Jenvin.
Setelah Jiendra selesai mandi dia langsung memakai seragamnya dengan sarapan terburu buru, bahkan dia belum sempat membeberkan dasinya.
"Andy, dasi mu belum benar" ucap Charlie.
"Akwu makan duwu" ucap Jiendra, dia menjawab ucapan Charlie dengan memakan roti.
"Sini aku benarkan" ucap Jenvin, Jiendra yang mengunyah roti sembari berdiri dan menyiapkan peralatan itu berhadapan dengan Jenvin.
Disana Jenvin merapikan dasi milik Jiendra, sedangkan Jiendra yang sibuk tidak menyadari tatapan Jenvin kepadanya.
"Kamu terlalu mencolok Jenvin" batin Charlie, dia hanya bisa menghela nafas panjang melihat tingkah Jenvin.
"Kak Jen, apa udah selesai?" Tanya Jiendra, dia dari tadi heran mengapa Jenvin merapikan dasinya sangat lama.
"Ah em sudah, ayo segera berangkat" ucap Jenvin, dia melepaskan Jiendra lalu pergi di susul dengan Charlie.
Jiendra menatap dasinya yang tertata sangat rapi, Jiendra merasa senang karena ada yang membantunya. Lalu dia pergi menyusul Jenvin di depan sana, dia juga hanya membawa buku.
Jiendra saat ini berjalan di tengah tengah Charlie dan Jenvin, dia juga sangat malu saat berpapasan dengan beberapa murid akademi hingga dia terus menunduk.
"Aku lapar"
Jiendra mengalihkan pandangannya menoleh kesamping, dimana Charlie mengatakan sesuatu padanya dengan berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation || Nosung || End √
Fantasía"Tidak masalah aku menyimpan memori ini sendiri, karena dunia ini tidak adil dan tidak menginginkan kita untuk bersama" Jiendra Arfond Eciest adalah seseorang murid akademik sihir khusus pahlawan. tapi dia memiliki kekuatan sihir yang di luar nalar...