22. magic from different

350 45 5
                                    

Keesokan harinya seperti biasa, mereka akan pergi untuk menuju kelas mereka dan memulai praktek dengan berlatih ilmu pedang meski tanpa mana.

Setidaknya hanya akan ada 2-3 murid yang lolos seperti memakai ilmu sihir tapi pedangnya bukan asli dari mereka. Bahkan Marko, dia sangat hebat, dia hanya memiliki sihir tapi dia juga bisa berlatih dengan pedangnya.

Dan kali ini praktek yang dilakukan adalah diajarkan oleh kakak tingkat sekelas Marko, Jiendra sedikit kesal kenapa harus kakaknya yang menjadi pembimbing dia untuk saat ini.

"Baiklah apa kalian sudah paham?" Tanya Marko pada semua murid, mereka hanya mengiyakan dengan teriak kata paham pangeran Marko.

"Sangat disegani" cicit lirih Jiendra.

"Oke baik, aku akan mengetes daya kemampuan kalian saat bermain dan mengayunkan pedang, ambilah bilah kayu itu satu persatu, lalu kalian memilih diantara kami sebagai lawan kalian. Hanya untuk melihat kemampuan saja, jadi tidak perlu menggunakan seluruh tenaga kalian ya?" Ucap Marko, lagi lagi mereka mengiyakan.

"Baik pangeran Marko!!"

"Heiss aku sangat jengah" cicit lirih Jiendra, padahal sedari tadi teman yang berada di samping Jiendra mendengar ucapan Jiendra itu.

"Oke, mari kita mulai dari siapa terlebih dahulu" usul Marko, ada seseorang anak yang kemudian mengajukan dirinya.

Jiendra yang memilih bagian akhir nanti hanya duduk diam menopang dagu, itu karena dia dipisahkan oleh Jenvin dan lainnya, jadi dia merasa sedikit tidak bertenaga.

Namun saat itu ada beberapa gadis yang memandang Jiendra dari jarak yang tidak cukup jauh, Jiendra kembali menatap gadis itu.

"Ada yang salah denganku?" Tanya Jiendra, ketiga gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Lalu?" Tanya Jiendra, dia menatap kearah dirinya yang mungkin terdapat sesuatu membuat tiga gadis itu memandangi dirinya.

"Hanya saja kau sangat tampan" pujinya.

Jiendra mendongakkan kepalanya, dia tersenyum manis sekali membuat ketiga gadis disana gelagapan.

"Terima kasih" jawab Jiendra, wajah ketiga gadis itu memerah membuat Jiendra merasa bahwa ketiga gadis itu menyukainya.

Jenvin menatap Jiendra yang sedang berinteraksi dengan seorang gadis itu dia tidak suka, dia malas sekali, apalagi saat mereka mengatakan Jiendra tampan?

"Apaan, Jiendra itu manis dan cantik" batin jenvin.

Charlie yang tau perasaan Jenvin hanya bisa menghela nafasnya panjang, bagaimana bisa Jenvin cemburu disaat Jiendra ingin dekat dengan seseorang.

"Boleh aku tau namamu, kamu berada dikelas mana?" Tanya dia.

"Ah aku berada di kelas rangkuman sihir, tapi aku juga terkadang bisa masuk ke kelas C, namaku Ji em maksudku, Andyvon Arshelis" jawab Jiendra.

"Namamu indah, aku berada di kelas B dan namaku Nina, dia Anne dan dia Miya" dia memperkenalkan diri dengan menunjuk kedua gadis di sampingnya.

"Ah hai, apa kalian bersahabat?" Tanya Jiendra, ketiganya mengangguk.

"Bagaimana ketiga orang bersahabat bisa menyukai satu orang secara bersamaan, ah aku harusnya tidak boleh berbangga diri terlebih dahulu" batin Jiendra.

Namun dia merasa aneh pada dirinya sendiri, apakah hatinya sudah tertutup dan memilih untuk mencari orang baru? Ataukah karena naluri Jiendra sekarang adalah seorang laki laki, itu mengapa dia bahkan tidak merasa bersalah sedikitpun pada Leno.

Reincarnation || Nosung || End √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang