Hari yang Jiendra nantikan, dimana dia benar benar menunggu Jenvin sesuai apa yang dia dengar dari Jenvin kemarin.
"Aku akan tetap tegar" Jiendra menghela nafasnya panjang panjang.
Cuaca mulai berubah, langit mulai berubah menjadi gelap semua orang telah bersiap menyambut kedatangan raja iblis yang katanya akan perang mati matian.
Jiendra tidak tau dirinya akan kalah disini atau bahkan Jenvin, tapi dia akan tetap menyerang Jenvin meski dirinya bisa tiada.
Jiendra mengadah keatas menatap langit yang perlahan Jenvin muncul dengan sosok keagungannya raja iblis. Disamping kirinya ada Marko, Leane, dan di samping kanan ada Charlie James dan Erland. Lalu dibelakangnya para iblis bawahan dia, Jiendra menatap Jenvin yang saat ini dengan tatapan yang sangat menyakitkan.
Jiendra mengeluarkan pedang sucinya, dia juga mengeluarkan sayap malaikatnya itu terbang keatas kearah Jenvin.
"Kau nampak sehat" ucap Jenvin basa basi.
"Semuanya akan berakhir disini kan?" Tanya Jiendra.
"Benar, setelah ini kita lihat siapa yang bisa menguasai dunia manusia ini" ujar Jenvin, dia mengeluarkan pedang iblisnya tersebut.
"Kau yakin kau akan menang?" Tanya Jiendra mulai bersiap.
"Aku yakin karena kamu sebenernya lemah, aku lebih kuat darimu jadi aku tidak akan kalah. Aku akan membuat dunia ini tunduk padaku, memperlakukan manusia seperti budak"
Jiendra tersenyum tipis, ucapan yang Jenvin lontarkan hanyalah sebuah kebohongan, karena dia tau mana Jenvin yang berbohong padanya atau tidak.
"Bersiaplah Prince Grifanda Jenvin, aku akan membuatmu kehilangan semua akal busukmu disini"
Peperangan mulai terjadi, Renjana melawan Charlie, Enver melawan Leanee. Sedangkan Joel, dia melawan marko. Euphy melawan dua familiar dari Jenvin. Jamesh dan Erland, para murid akademi hanya melawan bawahan iblis.
Jiendra sangat serius bertarung dengan Jenvin diudara, dia bahkan mengerahkan seluruh kekuatannya bersamaan dengan Jenvin.
Melesat kesana dan kemari, mereka benar benar serius membuat beberapa orang bergidik ngeri melihat pertarungan jiendra kali ini.
"Aku pasti akan membunuhmu!!" Teriak Jiendra.
"Kupastikan kau yang terbunuh" ujar Jenvin.
Mereka kembali berperang, Jiendra memang sangat emosional sehingga menyerang Jenvin secara membabi buta. Keduanya sama sama sengit, hanya saja mana Jiendra sudah hampir terkuras karena kelelahan.
Pikiran Jiendra masih selalu buruk menyebabkan dia sudah lemah tiba tiba, harusnya jika dia berpegang teguh dia bisa kuat seperti pahlawan pada umumnya yang bahkan Jiendra memiliki sihir mereka tidak.
Tring
Jiendra melesatkan sihir cahayanya kearah Jenvin membuat Jenvin terpental jauh, itu karena pedang Jenvin berhasil dia jatuhkan.
Jiendra mengikuti Jenvin, dia melihat Jenvin yang mengeluarkan darah dari sudut bibirnya, sekarang siapa yang tersudut.
"Sudah, aku malas bertarung dengan seseorang yang bahkan tidak mengerahkan seluruh tenaganya"
Benar, Jiendra merasa bahwa Jenvin perlahan mengurangi daya perangnya, dia sengaja, dia menahan dirinya agar tidak menyerang Jiendra.
"Kau kasihan padaku?" Tanya Jenvin berusaha berdiri.
"Bukan aku yang kasihan padamu, tapi kamu yang kasihan padaku bukan? Kau tidak berniat membunuhku sama sekali. Tadi sangat serius, lalu kau pura pura lemah, padahal semakin banyak manusia yang kalah maka kau akan bertambah kuat beda dariku. Jangan menahan diri, kita bertarung dihidup dan mati" jelas Jiendra panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation || Nosung || End √
Fantasy"Tidak masalah aku menyimpan memori ini sendiri, karena dunia ini tidak adil dan tidak menginginkan kita untuk bersama" Jiendra Arfond Eciest adalah seseorang murid akademik sihir khusus pahlawan. tapi dia memiliki kekuatan sihir yang di luar nalar...