Sudah tiga hari semenjak Jiendra berada di sini, tidak ada yang berubah dan hanya dia yang mendapatkan kasih sayang dari para anak asrama.
Dia benar benar di anggap sebagai adik, dia sangat senang saat di sayangi bahkan di perdulikan oleh member asrama.
Dan hari ini sudah saatnya mereka memasuki kelas, meski sering hampirnya Jiendra terkena masalah karena sihirnya begitu kuat.
Tapi Jiendra merasa ada seseorang yang selalu membantunya, kekuatan gelap penuh ketakutan dan dingin itu sering muncul.
"Kak Renja?" Panggil Jiendra.
"Iya Andy, ada apa?" Tanya Renjana.
"Kak Jenvin sama kak Charlie pergi kemana?" Tanya Jiendra.
"Tidak tau, mereka mengatakan ingin keluar sebentar tapi dari tadi mereka belum pulang" jawab Renjana.
"Benar, padahal mereka pergi dari jam 5 lalu" ucap Enver.
"Aku khawatir" ucap Joel.
Asrama memang ada yang lain, tapi Charlie dan Jenvin tidak terlihat batang hidungnya dari saat Jiendra bangun dari tidurnya.
"Mereka kemana yaa" ucap Jiendra dengan berfikir.
"Aku hanya berharap mereka tidak tersesat, sudahlah kita sarapan terlebih dahulu" ucap Joel.
Mereka akhirnya sarapan bersama, bahkan sampai mereka selesai sarapan Jenvin dan Charlie sama sekali belum kembali.
Lalu mereka mulai memasuki kelas, Charlie dan Jenvin juga belum kembali membuat Jiendra jadi sangat khawatir.
"Baik anak anak, hari ini kita ada sebuah kelas berlatih dimana anak dengan berkemampuan dan anak yang memiliki sihir akan dipisah" ucap sang professor.
Jadi yang di maksud adalah latihan atau terbilang praktek, yang kita lawan adalah teman sendiri sebagai latihannya.
Mereka akhirnya di ajak ke halaman dimana tempatnya untuk berlatih, disana Jiendra di pisah dengan yang lain dan hanya bersama Renjana.
Jiendra menggunakan pedang kayu untuk berlatih kali ini, karena jika memakai mananya takut akan melukai sesama murid.
Murid yang memiliki kemampuan khusus berpedang mulai dipanggil satu persatu, Jiendra mengamati semua itu dengan fokus.
Dia bahkan bisa membaca skill lawannya, menurut Jiendra masih banyak anak yang kurang saat mereka mengayunkan pedangnya.
"Kecepatan 0% kalo kaya gini dia gk akan menang" ucap Jiendra lirih.
"Skill nya terbilang mudah di baca, dia bahkan sangat lambat" ucap Jiendra kembali.
Selama giliran orang lain dia bahkan bisa menebaknya mana yang kalah dan mana yang berhasil lulus, lalu saat ini dia berhadapan dengan seorang anak.
Anak dari kelas A dan dia cukup berbakat, karena di ujian skill dia ini mendapatkan skor hampir seperti milik Jenvin dan itu 92
Namun jiendra tidak gentar sama sekali, dia langsung berdiri dengan menyiapkan pedangnya tersebut.
"Andyvon Archelis, setahuku kamu memiliki skor 91 jadi itu masih di bawahku, sebaiknya kamu menyerah terlebih dahulu sebelum akhirnya kalah dan mempermalukan skor mu yang rendah" ucapnya.
"Aku tau" ucap Jiendra, dia sedang menahan dirinya agar tidak mengumpati orang sombong yang berada di hadapannya ini.
"Mulai!!"
Jiendra langsung melawan orang tersebut, dia terlihat begitu santai karena dapat membaca pergerakan orang tersebut.
Renjana yang melihat itu saja terkagum kagum, dia langsung bertepuk tangan dan sangat antusias meneriaki nama Jiendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reincarnation || Nosung || End √
Fantasy"Tidak masalah aku menyimpan memori ini sendiri, karena dunia ini tidak adil dan tidak menginginkan kita untuk bersama" Jiendra Arfond Eciest adalah seseorang murid akademik sihir khusus pahlawan. tapi dia memiliki kekuatan sihir yang di luar nalar...