10. a sad story about fate

592 70 4
                                    

"berakhir"

Jiendra bisa melihat bagaimana Jenvin hampir menghabisi para murid itu jika tidak dia tahan, Jiendra tidak tahu mengapa Jenvin seemosional ini.

"Cukup kak, jangan" pinta Jiendra.

Dia bahkan berusaha memeluk Jenvin agar Jenvin tidak gegabah membunuh mereka, terdengar juga suara nafas memburu dari Jenvin sedari tadi.

Perlahan Jenvin menyimpan pedang mananya, dia bisa merasakan bahwa Jenvin mulai tenang secara perlahan lahan.

"Kamu tidak apa andy?" Tanya Jenvin.

"Tidak, aku baik baik" jawab Jiendra.

Gila jika tadi tidak ada Jenvin, bahkan Risa mengeluarkan pisau yang hampir saja menikam perutnya.

Mereka terdengar mengerikan, seperti seorang psyco. Jiendra benar benar ketakutan tadi saat melihat pisau belati itu, dia pikir dia akan mati disana.

Namun tangan Jiendra tergores, akan tetapi dia menyembuhkan itu dengan skill heal miliknya, jadi tidak terasa sakit saat ini.

"Kenapa kau pergi dari asrama?!"

"Maafkan aku kak"

"Kau tau, kita semua panik saat kau tidak di asrama. Aku tau kau pasti akan baik baik saja karena kondisimu seperti ini, tapi pergi hingga petang seperti ini itu membuatku dan yang lainnya sangat khawatir" ucap Jenvin.

"Sekali lagi aku minta maaf, aku hanya ingin menghirup udara luar tapi Leo membawaku kesini" ucap Jiendra dengan suara lirih dan gemetar.

"Pasti kau takut kan? Jangan pergi lagi"

Jiendra sedikit terkejut saat Jenvin memeluknya seperti ini, dia hanya punya fikiran jika Jenvin sangat khawatir padanya.

"Aku hampir kehilanganmu" batin Jenvin.

"Terima kasih kak Jenvin sudah menolongku, mencariku. Maaf aku merepotkan kalian, aku benar benar terlalu bodoh" ucap Jiendra.

"Tidak, aku yang minta maaf karena memarahimu" ucap Jenvin.

"Marahi aku jika salah, aku menyusahkan kalian" jawab Jiendra.

"Tidak, jangan berkata seperti itu aku tidak menyukainya" ucap Jenvin.

Ntah mengapa ucapan dari Jenvin membuat Jiendra ingin menangis, apalagi saat di dekap Jenvin, dia merasakan ada sesuatu yang aneh dari dirinya.

"Syo kita mencari tempat duduk terlebih dahulu"

.  .  .  .  .  ✧  .  .  .  .  .

  
Hari semakin larut, kini hanya ada Jenvin dan Jiendra yang sedang duduk di dekat danau di batasi oleh pohon.

Jiendra di sebelah kanan, Jenvin di sebelah kiri, mereka tidak saling berhadapan dan fokus pada fikiran masing masing.

Jiendra sendiri menatap danau yang disinari cahaya bulan dan indahnya malam, sedangkan Jenvin terdiam dengan menekuk lututnya.

"Kak jenvin?" Panggil Jiendra.

"Ada apa?" Jawab Jenvin.

Jiendra berdiri dari duduknya, dia melihat Jenvin yang mendongakkan kepalanya kearahnya, dia langsung duduk membelakangi Jenvin dengan punggung mereka yang saling bersentuhan.

Jiendra menyenderkan punggungnya di punggung Jenvin, mereka berada di bawah pohon, ada malam juga bulan yang menemani keheningan mereka.

"Kak Jenvin percaya sama reinkarnasi gk?" Tanya Jiendra.

Reincarnation || Nosung || End √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang