15. a real nightmare

416 46 2
                                    

"hoamm" suara khas bangun tidur itu mengundang tempat sempit ini menjadi sedikit bergerak, Jiendra merenggangkan tangannya merasakan energi tubuhnya yang telah membaik.

Grep

"Hahh?"

Jiendra menatap kearah sampingnya yang terdapat Jenvin tidur disebelahnya, apa? Bukannya Jenvin harusnya berada di tendanya sendiri? Kenapa dia berada di tenda milik Jiendra.

"Kak Jenvin, kenapa kau —"

Ucapan Jiendra terhenti saat Jenvin membekap mulutnya, dia tidak tidur. Jenvin perlahan berdiri dengan wajah sayu, tapi dia mengungkung Jiendra membuat Jiendra merasa aneh dengan Jenvin.

Jiendra menatap Jenvin dengan wajah polosnya, perlahan tangan yang membekap di mulut Jiendra juga di lepaskan begitu saja.

"Apa kau tidur nyenyak?"

"Kak Jenvin ngapain disini?" Tanya Jiendra dengan nada kagetnya.

"Tentu tidur denganmu, aku tidak bisa tidur sendiri" Jenvin menindih Jiendra membuat Jiendra merasa makin aneh dengan Jenvin.

"Eunghh apa yang kau lakukan!!" Sarkas Jiendra saat merasa Jenvin sedang melakukan sesuatu di lehernya.

Jenvin kembali berdiri, dia membuat Jiendra tidak bisa berfikir lagi. Tatapan Jenvin terlihat aneh tidak seperti biasanya, apakah ini benar benar Jenvin.

Chup

Jiendra terkejut pupil matanya membulat sempurna, Jenvin menciumnya? Dia berusaha mendorong Jenvin namun malah Jenvin menggigit bibir bawahnya hingga melumat bibir Jiendra begitu saja.

Jiendra masih berusaha memberontak tidak suka dengan perlakuan Jenvin terhadap dirinya, mereka sama sama lekaki, mereka ini tidak gila. Apakah Jenvin mabuk, tapi mereka tidak membawa minuman beralkohol.

Jiendra merasa dia kehabisan nafasnya, dia memukul mukul dada Jenvin dengan keras, rasanya dia ingin menangis saat ini. Jenvin melepaskan lumatannya menatap Jiendra sangat dalam, lalu dia mengusap usap bibir Jiendra yang terdapat bekas saliva.

"Kau gila?!" Sentak Jiendra tak habis fikir.

"Aku mencintaimu"

Brugh

Jiendra terbangun dari tidurnya saat mendengar suara yang terdengar keras, dengan nafas memburu dia menoleh kesana kemari. Dia berada di tenda, sendiri, dia menoleh kearah samping, tidak ada Jenvin.

"Mimpi?" Gumam Jiendra, nafasnya memburu hebat sangking terkejutnya dia dengan hal yang baru saja ia mimpikan.

Mengapa dia bermimpi hal seperti itu, mengapa di mimpinya yang datang adalah Jenvin. Ini mengerikan, mimpi Jiendra terlalu jauh sampai dia berciuman dengan Jenvin di dalam mimpi.

Jiendra menutupi wajahnya dan menekuk lututnya terduduk, pikiran dia masih kemana mana, mimpi itu juga seperti nyata.

Bagaimana dia akan bertemu dengan jenvin setelah ini, lagian apa apaan mimpinya itu tidak masuk akal, mana mungkin dia akan berciuman dengan Jenvin.

Jiendra perlahan membuka tendanya dan terkejut bahwa hari masih gelap, tapi dia tidak bisa tidur lagi. Lalu tadi, tadi itu suara apa yang berhasil membangunkannya.

Jiendra keluar dari tendanya, dia melihat api yang padam sudah lama, hawa sekitarnya pun terasa sangat dingin.

"Huft, aku butuh ketenangan sesaat"

Jiendra meninggalkan tempat peristirahatan mereka untuk menuju sungai mencuci muka, tentu dia sendiri karena yang lain masih tertidur pulas.

Ia masih berfikir, mimpi dia terasa begitu nyata, dia bahkan bisa merasakan lumatan aneh itu dan diingat olehnya.

Reincarnation || Nosung || End √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang