Aku menemukan kekurangan dari pernikahanku.
Tadi pagi, lama aku merenungi wajah kecewa yang Seokjin beri. Pipiku tak lepas dari bantal selagi mataku terus memandang langit biru yang hampa tanpa awan di luar jendela. Wajah kecewa itu hanya semakin menyadarkanku, pernikahan kami tidak seperti pernikahan pada umumnya. Aku membawa noktah ke dalamnya. Aku merusaknya dengan setitik nila. Dari seluruh kesialan yang terjadi dalam sebuah hubungan suami istri, mungkin apa yang terjadi tadi malam adalah yang paling sial dari semuanya. Bisa kupahami mengapa Seokjin begitu kecewa padaku. Tapi kalau memang aku yang salah, mengapa justru hatiku sesakit ini?
Kami pergi ke kampus secara terpisah, walaupun biasanya aku juga akan minta diturunkan beberapa meter dari gerbang, tapi hari ini kami benar-benar berangkat terpisah. Seokjin menggunakan mobilnya, aku menggunakan taksi daring. Kami bahkan tidak berpapasan di rumah. Entah bagaimana, aku dan Seokjin berhasil mengaturnya sedemikian rupa. Dia menghindariku, aku menghindarinya. Kami tak bertemu sejak dia meningalkanku tadi malam.
Di kampus pun, aku masih berupaya semaksimal mungkin menghindarinya. Ketika dia muncul di ujung hall, aku lekas memutar balik langkahku sebelum kami saling berselisih. Ketika aku melewati kelas di mana dia baru saja selesai mengajar, aku berpaling agar tak bersitatap dengannya selagi dia keluar dari pintu. Ketika kami bertemu di kantin, aku pindah duduk lebih jauh walau harus mengorbankan Bitna yang ingin menikmati Choi Effect sembari makan siang.
Di satu momen, di saat aku sedang melewati selasar kampus, mau tak mau aku terjebak karena Dosen Pemasaran memanggilku sewaktu dia tengah berbincang-bincang dengan Seokjin. Anehnya, dari sekian banyak pertanyaan untuk menarik seseorang ke dalam percakapan, dosen ini malah memilih berkata, apa kau tahu, istri Pak Choi juga berasal dari daerah Suncheon, sama sepertimu? Dan aku bersumpah, Seokjin mengulum senyumnya walau aku melihatnya sebagai sebuah ejekan. Aku tetap buang muka.
Yang paling ekstrim dari semuanya adalah ketika aku terburu-buru akan memasuki kelasku yang sudah berlangsung, Seokjin nekat memanggilku dari ujung lorong. Untung saja saat itu aku datang terlambat, lorong sudah sunyi, dan tidak ada yang mendengar maupun melihatnya begitu. Aku aman. Sekali lagi aku berhasil menghindarinya dan masuk ke kelas tanpa ada yang mencurigai kami.
"Kenapa kau datang terlambat?" Bitna berbisik setelah mengangkat tasnya dari tempat duduk di sebelahnya yang sengaja dia sisihkan untukku. Saat itu, beberapa pasang mata yang terganggu akibat keterlambatanku masih menatap penuh penghakiman.
"Sorry, kupikir kelas ini mulai lebih lama. Aku lupa ada perubahan jadwal."
Mulanya Bitna menelisikku dari atas sampai bawah, lalu dia menyambar tanganku dan mengendus jemariku.
"Kau merokok," tuduhnya seraya melontarkan kembali tanganku, dan aku hanya tersenyum kecut, "Tanpaku?" Bitna memojokkanku lagi.
"Sedang pusing," jawabku singkat.
Aku menoleh ke belakang, kebiasaanku sejak dua minggu ini jika tahu Taehyung juga mengambil mata kuliah yang sama, dan kutemukan anak itu duduk beberapa bangku di belakangku. Dia memamerkan cengiran kotaknya, lalu membuat kode dengan gerakan tangannya, berenang, nanti, pukul lima sore. Kujawab dengan acungan jempol.
Aah, membayangkan danau di belakang rumah saja sudah membuatku ingin cepat-cepat pulang.
Namun sebelumnya, aku harus memutar otak untuk memikirkan cara bermain kucing-kucingan lainnya. Aku masih ingin menghindari Seokjin jika pulang ke rumah nanti. Selama beberapa detik, urat kepalaku tegang, lalu tiba-tiba aku sadar betapa konyolnya semua ini.
Desahan putus asa menyurutkan niatku untuk berpikir lebih jauh. Kalau sikapku ini semakin kelewatan dan membuatku terpaksa terus menghindar, bagaimana nasib rumah tangga kami nanti? Pernikahan seperti apa yang istrinya nonstop main kucing-kucingan seperti ini? Ya Tuhan, ada tidak, sih, satu hal saja dari hidupku yang berjalan normal?
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Stars Go Blue | KSJ x KJS x KTH
Fanfiction🔞🚩 TW: YANG PUNYA TRAUMA KEKERASAN SEKSUAL KETIKA KECIL (CHILD ABUSE) MOHON YAKINKAN DIRI SEKALI LAGI UNTUK MEMBACA CERITA INI. Setiap luka punya ceritanya sendiri. Sejak kejadian terkutuk di musim panas tiga belas tahun yang lalu merenggut kenai...