10. Sebuah Kebenaran di Waktu yang Salah

1K 208 207
                                    

Titip pesan: Kalo vote nyampe 75, aku lanjut dan langsung update, okehh :D

.

.

Kupikir, rasa takut itu terlalu mudah datang karena ekspektasi yang terlalu tinggi. Jadi ketika pagi ini Seokjin tidak ada lagi di kamarku, anggapan-anggapan seperti dia membawa rasa nyaman itu turut pergi bersamanya dan aku akan gampang ditaklukkan tanpanya, lekas kupendam dalam-dalam.

Terlena oleh keberadaan Seokjin tadi malam membuatku jadi lupa bersyukur bahwa aku selama ini berhasil melalui semuanya sendirian. Sudah bertahun-tahun, sejak kejadian laknat itu, aku menjadi penolong bagi diriku sendiri. Aku sekuat itu, tapi hampir saja tidak mengingatnya seperti itu. Seokjin rupanya berhasil memanjakanku hanya dalam satu malam dan hanya dengan sebuah pelukan.

Pagi ini, ketika turun ke bawah, aku menemukan Taehyung yang tengah mengunyah sarapannya sambil bermain gawai. Dia tidak menyadari kehadiranku sampai langkahku tiba percis di hadapannya, di sisi meja makan yang berseberangan dengannya. Namun yang sedikit membuat nyaliku ciut adalah keberadaan Haeri di counter yang bersisian dengan bak cuci piring, tak jauh dari meja makan.

Haeri sedang memotong-motong sesuatu. Dia memunggungi kami. Bahkan melihatnya dari belakang seperti ini pun, keangkuhannya terpancar jelas.

Bunyi ketukan pisau dengan talenan kayu terdengar selaras dengan situasi dapur yang tenang pagi itu. Di atas gaun mahalnya, Haeri mengenakan celemek katun berwarna putih. Sejujurnya aku merindukan suasana seperti ini. Nyaman, mirip rumah yang sesungguhnya. Tapi tetap saja keberadaan Haeri membuat segalanya jadi menegangkan.

"Wah, pengantin baru!" Taehyung berseru, "sini, makan dulu sarapanmu. Hyung baru saja berangkat ke kampus. Dia berpesan supaya aku menjagamu dengan benar kalau dia tak di rumah, makanya kubuatkan kau grilled cheese ini."

Taehyung menyodorkan sepiring makanan yang bagiku terlihat seperti roti panggang pada umumnya, tapi dia terlalu berlagak, menghidangkannya padaku dengan bahasa tubuh seolah makanan di dalam piring itu baru saja dimasak oleh Chef berbintang Michelin. Aku menatapnya tanpa minat.

"Kau ikut kelas Manajemen Pemasaran hari ini kan?" Taehyung berkata sambil memasukkan satu gigitan roti panggang keju lagi ke mulutnya.

"Ya. Tapi masih tiga jam lagi. Aku masih ingin tidur," jawabku sambil memijit pelipis dan duduk di kursi. Tidur terlalu dalam dan lebih lama dari biasanya membuat tubuhku bekerja keras untuk beradaptasi. Kepalaku masih berat.

Tahu-tahu Taehyung bersiul. Siulannya usil. Aku terganggu melihat matanya yang menatapku dengan jahil.

"Malam pertamamu pasti melelahkan, ya?" godanya sambil menaik-turunkan alisnya. Dia benar-benar tahu bagaimana caranya menjadi menyebalkan dalam waktu singkat. "Bagaimana? Melakukannya dengan pria tampan seperti Hyung pasti rasanya berkali-kali lipat lebih menyenangkan, ya kan?"

Aku tidak sempat melontarkan balasan sengit pada kalimatnya yang lumayan kurang ajar itu. Kami berdua langsung teralih oleh bunyi hentakan keras yang mengagetkan, dan bunyi itu berasal dari arah Haeri.

Di sebelah bak cuci piring, pisau yang tadinya Haeri gunakan untuk memotong sudah menancap secara vertikal pada papan talenan kayu yang tebal. Benda tajam itu pasti dientakkan dengan kuat sampai bisa seperti itu. Haeri lalu membalikkan badannya ke arah kami dengan senyuman kaku dan semangkuk persik yang sudah dikupas dan dipotong kecil-kecil. Dia berjalan, ke arahku, lalu meletakkan mangkuk berisi persik itu percis di sebelahku.

"Matahari terbenam?" Haeri bertanya padaku, tapi aku kesusahan memahaminya. Dia masih menunggu jawabanku. Kami masih saling bertatapan. Haeri membungkuk dengan wajah menghadapku dan dua tangan yang masih menyentuh mangkuk, aku duduk menengadah padanya dengan wajah yang pasti terlihat bodoh. Memangnya ada apa dengan matahari terbenam?

When The Stars Go Blue | KSJ x KJS x KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang