25. Haeri dan Senyum Kemenangannya

1.2K 207 96
                                    

aris 250 votes, jadi gapapa, aku up aja sekarang, hehe

.

.

"Kau pasti bercanda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kau pasti bercanda."

Taehyung benar-benar mengerjaiku. Demi menjawab tiga pertanyaan, dia tega menyuruhku berpakaian sebagai pencari kodok; boots kekanak-kanakan berwarna kuning, topi jerami, juga apron senada bergambar wajah *Kero Keroppi yang besar di bagian depannya. Padahal, setelah kupikir-pikir dan kuingat-ingat lagi, harusnya aku tak perlu memenuhi syarat apa pun lagi. Bukankah aku berhasil mengalahkannya ketika berenang menuju bukit di seberang danau tempo hari? Tapi aku lupa dan Taehyung terlanjur mengunci rapat mulutnya kecuali aku bersedia memenuhi persyaratan konyolnya.

"Tidak ada makan siang gratis di dunia ini, Nona," katanya, baru kali ini idiom itu terdengar tajam di kupingku. Dia melirikku dari atas kepala hingga ujung kaki, lalu sengaja memperlihatkan padaku bagaimana susahnya ia menahan tawa.

"Tertawa saja sepuasmu, biar di ujian statistik nanti ganti aku yang menertawaimu," balasku.

Merasa terancam, Taehyung langsung berdeham untuk mencegat tawanya yang masih ingin keluar. Dia mengatur wajahnya agar terlihat lebih berwibawa dan tenang, lalu berujar, "Aku tidak bohong, baju itu bagus untukmu."

"Aku mengenakan apron berwarna kuning dengan motif Kero Keroppi, Taehyung, demi Tuhan, dan kau berani menyebutnya bagus? Kadang aku tak bisa menebak kapan kau ini waras kapan tidak."

"Hei, aku memilihnya dengan bersungguh-sungguh. Hanya itu yang mereka punya. Lagipula kalau mau ke toko yang lebih besar terlalu jauh. Nanti keburu malam," balas Taehyung tanpa rasa bersalah. Kalau saja aku lupa mengapa mau-mau saja mengikuti keinginan konyolnya sepeti ini, aku pasti lebih memilih bersantai di kolam renang dengan sebotol limun di tangan. Minggu soreku mendadak suram.

"Ini, pegang satu," Taehyung memberiku satu jaring bertangkai untuk menangkap mahluk amfibi kecil itu, berikut sebuah kotak plastik persegi lengkap dengan tali selempang dan lubang-lubang udara.

"Baiklah," Aku menghela pasrah sambil meraih peralatan tempur kami. Kusarungkan tali selempang kotak plastik itu pada bahuku sementara jaring bertangkai kugenggam erat, "Dari mana aku harus memulainya?"

Taehyung menjelaskan padaku bagian danau sebelah mana yang potensial sebagai tempat berburu kami. Dia menunjuk satu sisi yang jauh, di balik rerimbunan pohon yang membentuk semenanjung mini, dan walau dari jauh begini, aku tahu, jika ingin ke sana, kami harus melalui semak belukar yang tumbuh subur. Aku bergidik membayangkan mahluk-mahluk kecil seperti apa yang mungkin saja menempeli kulit kakiku kelak.

Kami mulai berjalan. Taehyung penuh semangat, sedangkan aku mengekor seperti anak kecil yang dipaksa mengikuti kebaktian di hari Minggu alih-alih bermain sepuasnya. Ilalang menyabet betisku, terasa gatal, tapi aku tak sempat menggaruknya karena sibuk menghalau serangga kecil yang terbang mondar-mandir di depan wajahku. Di atas kami, matahari mulai menarik diri, awan-awan semakin menebal. Aku bisa mengendus bau udara menjelang hujan yang terbawa angin.

When The Stars Go Blue | KSJ x KJS x KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang