11. Pria yang Sedang Melarikan Diri

1K 206 186
                                    

Haiii makasiih untuk votenyaa.. maaf aku baru nyadar dua hari lalu dan baru sempat nulis tadi pagi. Alasannya ada di author's note di bawah yaa.. next aku masih minta sama, 75 dan aku akan lanjut. Makaciii...

.

.

"Apa ini?" Kim Sangyoon terkejut ketika Taehyung menghampirinya di ruang makan. Pasalnya, di hunian milik Lim Jinwook ini, tempat pribadinya itu berada jauh dari rumah utama, di paviliun halaman belakang yang butuh lima menit berjalan kaki bahkan dari pintu rumah paling akhir sekali pun.

"Buka saja," jawab Taehyung.

Sangyoon mengeluarkan isi dari kantung kertas dengan logo perusahaan herbal yang baru saja Taehyung beri padanya.

"Ya Tuhan, ini barang mahal. Aku tidak bisa menerimanya," ucap Sangyoon. Dia menyodorkan kembali kantung kertas beserta isinya pada Taehyung, namun pemuda itu malah balik mendorongnya pada Sangyoon.

"Coba ingat-ingat, kapan aku pernah memberi barang mahal seperti ini? Tidak ingat, kan? Ya, karena memang belum pernah. Jadi terima saja. Aku ingin menyenangkan Kakek sekali-kali dengan uangku sendiri," balas Taehyung. Setelah yakin Sangyoon benar-benar menerima oleh-oleh dadakan darinya itu, dia duduk berhadapan pada kursi meja makan yang sama.

"Karir modelingmu cukup sukses rupanya." Meja makan kayu berbentuk bundar itu cukup kecil, Sangyoon bisa menepuk-nepuk pelan pipi Taehyung di seberangnya dengan mudah.

"Tidak juga," Taehyung menggeleng santai, "Dari sebelas casting, hanya satu yang bisa kudapatkan. Itu juga baru mulai syuting awal musim gugur nanti."

Wajah Sangyoon yang tadinya sumringah berubah pelik seketika. Dia menempeleng kepala Taehyung walau tak bersungguh-sungguh melakukannya. "Ginseng Akar Dewa seperti ini mahal. Dapat uang dari mana kau?"

"Kakek memperlakukanku seperti aku ini pencuri saja. Memangnya ada pencuri setampan aku? Aeugh ... Uang jajanku dari Ketua Lim banyak, tau," balas Taehyung sambil meringis mengusap-usap puncak kepalanya.

"Taehyung, jangan kurang ajar. Panggil dia dengan sebutan Ayah walau kau sedang bersamaku."

Taehyung seketika menjaga sikapnya. Dia kembali duduk dengan tenang.

"Ketua Lim sudah membantu kita banyak sekali. Hormati dia kapan pun, juga di mana pun. Kita tidak hanya berutang budi padanya, tapi juga nyawa, kau ingat?"

Taehyung mengangguk patuh meski dangkal. "Maaf. Aku masih belum terbiasa."

Sangyoon menggeleng beberpa kali, "Bahkan sudah hampir dua puluh tahun pun, kau masih mengharapkan orang tuamu kembali?"

Dada Taehyung menjadi sesak. Pembahasan mengenai orang tua adalah sesuatu yang paling dihindarinya, bahkan jika yang membahasnya itu adalah Kim Sangyoon, kakek kandungnya sendiri. Dia lantas berdiri dan membungkuk sopan pada pria berusia senja yang masih duduk di kursinya tersebut, lalu mengucap kalimat berpamitan yang singkat, "Aku sudah ada janji sore ini. Aku pergi dulu."

Ada rasa sesal yang sedikit timbul ketika Sangyoon hanya bisa menyaksikan Taehyung pergi menjauh meninggalkannya. Selama ini, Sangyoon susah payah menutupi sebuah kebohongan besar. Kebohongan yang membuat cucu satu-satunya itu menaruh harapan pada tempat yang tidak semestinya. Sayangnya, kebohongan itu terlanjur mengakar kelewat dalam. Dia hanya akan tumbuh semakin besar tanpa Sangyoon tahu bagaimana cara membubutnya hingga habis dari sejarah kelam masa lalu mereka.

***

Sejak kejadian di meja makan tadi pagi, aku jadi mengerti bahwa semua orang membawa luka mereka masing-masing, lalu dipaksa bertahan menjalani kehidupan selagi membiarkan luka-luka itu terus mengiris, menimbulkan goresan tipis yang baru, lalu mengering dengan sendirinya.

When The Stars Go Blue | KSJ x KJS x KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang