30. Benang Merah

866 184 47
                                    


Biasanya sabtu pagi jarang ada yang nyadar sama notfikasi, tapi gapapa, aku up sekarang aja. Semoga tar malem rame.

.

.

Hampir lima bulan aku menjadi menantu Ketua Lim, tapi tidak pernah sekali pun patriark keluarga itu berani menatap mataku lebih dari tiga detik. Semua pertemuan kami adalah pertemuan yang canggung, jauh dari kata luwes, dan kaku. Dan aku tidak tertarik untuk memperbaikinya.

Tadi pagi, di luar semua kebiasaannya berkunjung, Ketua Lim datang, tanpa pemberitahuan, tanpa pengawal pribadinya, maupun Paman Sangyoon. Dia seolah-olah bangkit dari tidurnya setelah teringat sesuatu, lalu tergesa menuju kemari untuk menyampaikannya pada Seokjin dan Haeri sebelum apa yang ada di benaknya hilang akibat sirkuit memorinya yang aus. Dia bahkan mengendarai mobilnya sendiri. Dan seperti biasa, ketika kami berpapasan, dia hanya menatapku kurang dari tiga detik sebelum berlalu dari hadapanku setelah aku membungkuk hormat padanya.

PLAK!

"Bangsat!"

Bunyi tepukan keras dan umpatan Taehyung membuatku menoleh padanya. Aku menurunkan kacamata hitamku hingga separuh hidung. Di sampingku, Taehyung sedang menggaruk-garuk dada kirinya yang baru saja dia tepuk demi membunuh serangga yang menggigitnya. Dia lantas membenarkan kacamata hitamnya yang sedikit melorot, lalu kembali berbaring santai di bawah bayangan payung besar yang menaungi kami.

"Bisa mati bosan aku lama-lama," gumamnya.

Aku ikut-ikutan membaringkan kepalaku lagi dan memandang langit biru cerah di atas kami yang tidak terhalang payung. Sudah setengah jam kami berdua hanya celentang di kursi malas pinggir kolam renang seperti ini. Kami sama-sama mengenakan pakaian renang, sudah siap untuk menjelajahi danau lagi dengan kayuhan tangan dan kaki kami, tapi keberadaan beberapa pengawal pribadi Tuan Lim yang menyusul belakangan dan asik bergerombol di ujung dermaga membuat kami jengah.

"Kau tahu apa yang membuatku mati bosan?" tanyaku selagi sekumpulan burung walet melintas di antara awan, lalu kujawab sendiri pertanyaanku, "Duduk satu jam di dalam gereja selama ekaristi."

Taehyung langsung menoleh padaku, "Kau sedang menyindirku, ya?"

Mendengar itu sontak membuatku merasa bersalah pada "anak Tuhan" di sebelahku ini. "Karena aku menemukan ketidakkonsistenan," jelasku, "di kampus kau terkenal sebagai playboy, bahkan dulu ada gosip kau menghamili Bae Suah dan menyuruhnya menggugurkan kandungan. Tahu-tahu hari ini aku melihatmu pulang dari gereja. Mana pakaianmu rapi seperti baru saja dinner date."

"Jadi menurut logikamu, pendosa tidak boleh beribadah? Tapi tunggu? Aku menyuruh Bae Suah menggugurkan kandungan? Gosip macam apa itu?"

Aku hanya mengangkat bahu dan memberinya raut tak peduli, namun Taehyung tetap ingin mengadvokasi dirinya sendiri. Dia berbicara lagi, "Pertama, aku belum pernah sekali pun berhubungan sejauh itu dengan perempuan," sebutnya.

Aku kembali menoleh padanya dan menurunkan kacamataku sedikit. Kuberi dia tatapan skeptis, "Yakin?"

Taehyung menempelkan telunjuk di bibirnya, memberiku isyarat agar diam dan tak menyelanya, "Aku terlahir seorang misionaris, melanggar aturan di alkitab adalah hal terakhir yang akan kulakukan di dunia. Kedua, tidak mungkin aku akan menyuruh siapa pun untuk menggugurkan kandungan. Gila, apa?! Begini-begini, aku suka bayi."

"Kau?" tudingku, "suka bayi?"

Taehyung mengangguk mantap.

"Kenapa kau ini aneh sekali?"

"Kenapa aku karet dan kau lem keras?" Taehyung membalas dengan analogi yang bagiku melenceng dan tak masuk akal. "Ngomong-ngomong, mau sampai kapan kau merahasiakan kehamilanmu?"

When The Stars Go Blue | KSJ x KJS x KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang