Di dalam presepsiku, manusia memiliki dua jenis emosi. Satu emosi yang terjadi di masa lalu dan memiliki intensitas yang kuat hingga tidak akan hilang dilalui lini masa, satu emosi yang terjadi di masa kini yang bisa berakhir sama buruknnya, namun bisa juga berakhir lebih baik.
Aku akan memberimu sebuah analogi. Anggap saja dirimu sedang berjalan dari pangkal sebuah jembatan yang amat panjang. Ini akan menjadi lini masamu. Di awal perjalanan, kakimu menginjak genangan air berbau busuk. Ini yang nantinya akan menjadi emosi pertamamu. Lalu ketika kau terus berjalan, sepatumu yang basah akan mengering, namun baunya masih tertahan dan terus terbawa hingga kau menemukan genangan air keduamu.
Genangan air keduamu tak berbau. Ini bisa kau sebut emosi yang lebih netral. Dia ada hanya untuk saat itu, dan mengering selagi kau terus meniti jembatan tanpa membawa bau apa pun. Tapi bau sebelumnya ... akan terus menempel di kakimu kecuali kau memiliki kesempatan dan kekuatan untuk menyingkirkannya. Bau itu akan terus mengikutimu, menjadi momok yang membuat genangan-genangan air berikutnya menjadi sama busuknya, menghantuimu entah sampai kapan. Mungkin sampai kau mati.
Aku pernah menginjak genangan yang amat berbau busuk. Mengerikan. Itu mempengaruhi setiap keputusan hidup yang kuambil. Aku merasa tidak akan pernah bisa membersihkannya.
Lalu pria ini datang. Dia menyeretku ke dalam sebuah hubungan tak terduga. Dia terlalu angkuh ketika mengukuhkan bahwa dia tahu apa yang kubutuhkan. Dia tahu bagaimana membersihkan semua kotoran itu. Tapi bagaimana jika kami memulainya dengan sesuatu yang buruk?
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Stars Go Blue | KSJ x KJS x KTH
Fanfiction🔞🚩 TW: YANG PUNYA TRAUMA KEKERASAN SEKSUAL KETIKA KECIL (CHILD ABUSE) MOHON YAKINKAN DIRI SEKALI LAGI UNTUK MEMBACA CERITA INI. Setiap luka punya ceritanya sendiri. Sejak kejadian terkutuk di musim panas tiga belas tahun yang lalu merenggut kenai...