Ternyata malam bioskop itu bukan malam terakhir yang dihabiskan oleh mereka bertiga. Jadira kembali masuk di antara Zafran dan Aldy di hari setelahnya. Nongkrong bersama, bermain basket bersama, minum es bersama. Aldy, sih, senang-senang saja. Sejak awal, dia tak pernah keberatan dengan kehadiran Jadira. Jadira juga tampak selalu semringah berada di antara dua sahabat itu, tak terganggu, atau merasa sungkan sedikit pun.
Malam ini, dua laki-laki itu sedang duduk di teras depan rumah Qhialdy. Kedua orang tuanya sedang meninggalkan rumah selama tiga hari, mengunjungi Azion di kota yang berbeda. Aldy memaksa temannya untuk menginap, karena dia memang bukan tipe yang suka pada sepi. Dia sering tak nyaman jika terbangun di tengah malam dalam kondisi rumah kosong. Bukannya takut. Qhialdy laki-laki pemberani. Hanya kurang nyaman saja.
Zafran terpaksa mengiakan. Sebenarnya, dia tak suka jika harus berbagi kamar dengan orang lain. Dia kurang suka jika tempat yang seharusnya menjadi privasi menjadi tidak privasi lagi. Namun, ini Aldy yang meminta. Dia bisa apa?
Si Tuan rumah sudah menyiapkan banyak sekali camilan. Boys night, katanya. Pukul 21:00 mereka masih ada di teras. Jam tidur mereka masih ada tiga jam lagi. Aldy membuka makanan ringan, kemudian memakan isinya. Sedangkan Zafran memilih untuk melucuti bungkus sosis siap saji yang sengaja disiapkan oleh si Pemilik rumah. Dia tahu sahabatnya suka makanan sejenis itu.
"Besok ke kampus bareng?" tanya Zafran, seraya sibuk mengunyah jajanan yang ada di mulutnya. Malam yang cukup hening di kawasan perumahan mereka. Sudah biasa.
"Iya. Kita tidur bareng, tinggal bareng, bangun bareng, mandi bareng, masa ke kampus sendiri-sendiri," jawab Aldy, dengan nada menggoda seperti selalu. Membuat kawannya menampakkan cibir kecil. Mandi bareng dari mana? Mereka bahkan sudah jarang melakukannya. Segalanya berakhir ketika keduanya menginjak usia belasan, sudah memiliki rasa malu dalam diri masing-masing.
"Gue besok kelas pagi, lho!" kata Zafran, mengingatkan. Namun, yang diingatkan sepertinya sedikit tak acuh. Tampak dari jawaban yang terlontar dari mulutnya.
"Enggak masalah. Gue bisa tidur di mobil lo sampai dosen gue masuk. Kelas gue mulai jam sebelas, kok."
Yang menawari tampak mengangguk kecil, mengakhiri percakapan ecek-ecek itu, lalu kembali menggigit sosisnya. Mereka menghabiskan bermacam-macam makanan ringan yang ada di sana, minuman kaleng, permen-permen, dan banyak lagi, sambil tertawa-tawa dan membuat lelucon konyol. Tak ada yang berbeda. Semuanya berjalan seperti biasa. Kebersamaan mereka, topik obrolan, bahan canda, segalanya tetap sama.
Hingga beberapa menit setelahnya, Aldy berteriak memanggil seseorang. Perempuan.
"Jade!"
Suara pemuda itu mampu membuat Zafran mengalihkan tatap, mengikuti arah pandang temannya. Dilihatnya, Jadira berhenti di depan pagar ketika mendengar seseorang memanggil. Gadis itu tersenyum lebar, tampak benar-benar gembira, kemudian segera berlari menghampiri.
"Kenapa enggak ajak gue nongkrong di sini, sih!" ujarnya, seraya duduk di samping Zafran tanpa permisi. Untuk ke sekian kalinya hari ini, Jadira bergabung bersama mereka, setelah sepanjang sore ketiganya selalu bersama.
"Sekarang jam sembilan. Nanti kita kena marah orang tua lo," timpal Aldy, seraya menggeser tempat duduknya, menyuruh Zafran melakukan hal yang sama agar tamu yang baru saja datang itu bisa duduk dengan lebih nyaman.
"Gue boleh ikut makan ini, 'kan?" tanya sang Tamu. Tanpa perlu meminta persetujuan, cewek itu menyambar satu makanan ringan yang masih ada, membuka bungkus, kemudian menawarkan pada seseorang di sampingnya. "Mau?"
Tawaran yang betul-betul ramah, sebenarnya. Namun, tipikal Zafran, susah untuk membalas keramahan dengan keramahan lain. Alih-alih menjawab dengan kalimat panjang, atau singkat, atau apa pun, pemuda itu hanya menampakkan geleng kepala. Tanda menolak. Dia bisa makan sosis yang masih belum habis. Jelas-jelas tangannya masih menggenggam jajanan itu. Tak perlu ditawari yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
They Don't Know About Us (End)
Fanfiction(Park Jeongwoo x Watanabe Haruto AU; BxB) Ini bukan kisah tentang agama. Bukan kisah tentang undang-undang dasar. Bukan juga tentang benar atau salah. Ini hanya kisah dua insan yang saling menyayangi, yang memutuskan untuk mencari ketika kehilangan...