Segala 'penembakan' di hari kemarin itu sukses membuat keadaan sedikit berubah. Jadira tampak menjauhi Aldy, benar-benar menghindar, dan merasa segalanya salah. Harusnya Zafran yang menyatakan perasaan, memintanya menjadi kekasih. Bukan Qhialdy. Dia sama sekali tak mempunyai rasa yang lebih pada pemuda itu. Hanya Zafran, Zafran, dan Zafran.
Alasan utamanya menghindar adalah karena kebodohannya sendiri. Dengan lantangnya mulutnya berkata di hadapan Aldy, "Gue suka sama Zafran." Selain menyakiti hati Aldy, tentu saja, pemuda itu juga pasti akan memberitahu Zafran. Lalu Zafran akan menatapnya dengan pandangan berbeda. Semua akan menjadi aneh jika mereka bertiga bermain bersama. Baik Qhialdy maupun Zafran pasti sama-sama memendam canggung jika dia tetap ikut ke mana pun mereka pergi. Sungguh, dia tak bermaksud untuk membuat persahabatan keduanya menjadi rusak.
Sepanjang malam sejak Aldy menyatakan rasanya, Jadira tak henti menyalahkan diri sendiri. Tolol! Tolol banget, Jade! Seharusnya dia bilang saja jika tak mempunyai rasa yang sama. Berhenti sampai di situ. Tak perlu menambahkan embel-embel, "Gue suka sama Zafran."
Pikirannya terbelah. Dia ingin mengirim pesan pada Aldy, menanyakan perasaan, menanyakan hubungan pemuda itu dengan Zafran. Namun, dia siapa, sih? Ada hak apa bertanya tentang hal di luar kuasanya? Lagi pula, dia juga tak ingin lebih melukai hati Qhialdy. Dengan terus mengirim pesan, sama saja dia menyiksa lelaki itu.
Hari ini, genap hari yang kelima Jadira menghindari kedua kawannya. Susah? Jelas! Dia tak punya teman di lingkungan rumah selain mereka berdua. Terlebih, dia rindu Zafran. Dia ingin bertemu. Sangat-sangat ingin bertemu. Namun, di mana ada Zafran, pasti ada Aldy. Membuat gadis itu berpikir dua kali untuk melakukan niatnya.
Dia mendesah sendiri di lapangan kosong, di bawah pohon yang biasanya ditempati kedua sahabat itu, ketika Aldy baru selesai bermain basket.
"Kenapa jadi begini, sih!" gumamnya. Dia merutuki segalanya. Kenapa Aldy harus menyatakan perasaan? Kenapa dia harus jatuh cinta pada Zafran? Kenapa juga sekarang langit harus mendung? Membuat hatinya semakin abu-abu saja.
Tetes air pertama mulai turun dari awan, tetapi Jadira masih diam di tempat. Tujuannya datang ke lapangan dalam hari gelap seperti ini memang untuk berdiam di bawah hujan.
Gerimis kecil perlahan mulai menjadi lebat, tetapi gadis itu masih bergeming. Sekalipun terlindung pepohonan, badannya tetap basah.
Zafran sama Aldy lagi apa, ya? Dia tak bisa berhenti memikirkan keduanya. Biasanya, kalau lagi hujan begini, mereka main sepeda keliling kompleks.
Panjang umur, salah satu yang dipikirkannya tiba-tiba berdiri di luar lapangan. Seberapa besar pun keinginan untuk bertemu mereka, tetapi jika Tuhan mengabulkan secepat ini, dia juga belum siap. Terlebih, laki-laki itu saat ini menatapnya, sepenuhnya sadar akan kehadirannya dari kejauhan.
Dan terlebih lagi, itu Zafran.
Alih-alih pergi, pemuda itu malah berjalan mendekat. Sedikit berlari saat ini, membuat Jadira panik.
Tenang, Jade! Tenang!
Tanpa berkata apa pun, Zafran duduk di samping kawan perempuannya yang sedang kikuk. Rambut hingga kaki pemuda itu basah, menambah kesan tampan yang sudah sangat melekat. Membuat dada Jadira bergemuruh di tengah derasnya cuaca. Hanya Tuhan dan gadis itu sendiri yang tahu seberapa cepat degupan di jantungnya.
Zafran melirik dari samping. Lirikan yang sangat-sangat dibenci oleh Jadira. Lirikan yang membuatnya jatuh berkali-kali.
"Dir," panggilnya, ketika gadis itu tak menatap sama sekali.
Ada peperangan kecil yang terjadi di batin si Gadis. Satu sisi menyuruh untuk menoleh dan bersikap biasa saja, sisi lain melarang untuk merespons apa pun yang akan diucapkan oleh Zafran. Dia menuruti keduanya, menoleh tetapi tetap bungkam.

KAMU SEDANG MEMBACA
They Don't Know About Us (End)
Fanfiction(Park Jeongwoo x Watanabe Haruto AU; BxB) Ini bukan kisah tentang agama. Bukan kisah tentang undang-undang dasar. Bukan juga tentang benar atau salah. Ini hanya kisah dua insan yang saling menyayangi, yang memutuskan untuk mencari ketika kehilangan...