Don't Feel So Good

1.5K 88 3
                                    

Don't be that way
Fall apart twice a day
I just wish you could feel what you say

Sesosok laki-laki tampak sedang merebahkan diri di kamarnya. Kedua telinga tersumpal airpods berwarna biru. Ruangan itu berantakan, seperti biasa. Beberapa baju berserakan di karpet kamar. Meja belajar dipenuhi buku dan kertas-kertas, beberapa tampak kusut karena telah diremas-remas, dengan tulisan yang tertoreh tak sampai memenuhi tiap garis. Poster-poster tertempel di dinding, menampakkan beberapa sosok terkenal seperti Billie Eilish dan personel The Beatles.

Show, never tell
But I know you too well
Got a mood that you wish you could sell

Salah satu lagu Billie Eilish mengalun pelan memenuhi pendengarannya. Zafran, nama pemuda itu, tampak sedang terpejam. Dia tidak tidur, hanya mengistirahatkan matanya. Waktu menunjukkan pukul tiga sore saat itu, hari Minggu. Libur. Tak adanya kegiatan di hari yang panjang itu membuat Zafran bermalas-malasan saja di rumah, ditemani musik dan pendingin ruangan.

If teardrops could be bottled
There'd be swimming pools filled by models
Told a tight dress is what makes you a whore

Buk!

Terdengar sesuatu di luar jendela kamarnya. Walaupun tersumpal benda kecil yang mengeluarkan lagu, suara dari jendelanya mampu membuat Zafran membuka mata. Dia tetap di tempat, tak bergerak hanya sekadar untuk melihat apa yang menciptakan suara itu.

Buk!

Bunyi yang sama kembali terdengar, membuatnya menoleh, sekilas melihat benda yang menabrak jendelanya. Namun, sekali lagi, dia tetap bergeming, diam di kasur sembari menatap, setengah menunggu apa pun itu tampak di penglihatannya lagi.

If I love you was a promise
Would you break it if you're honest
Tell the mirror what you know she's heard before

I don't wanna be you
Anymore

Buk!

Yang dinanti akhirnya kembali terlihat. Zafran mendudukkan tubuh, melepas airpods dari telinga. Benda yang menabrak jendelanya ternyata sebuah bola berwarna cokelat. Sepertinya, laki-laki itu tahu siapa dalang dibalik pelemparan yang terjadi.

"Zaf!"

Dugaannya diperkuat dengan suara yang sudah sangat dikenalnya. Zafran berdiri, berjalan ke arah jendela dan membuka kaca. Dia melonggok ke bawah, mendapati seorang laki-laki sebaya dengannya, berdiri di halaman rumah. Laki-laki yang sangat cocok dengan tafsirannya tadi.

"Kalau jendela gue pecah, lo harus ganti ya, Al!" kata Zafran ketus, membuat pemuda yang dipanggil 'Al' itu tertawa.

"Lo tidur?" tanyanya dari bawah.

"Mau apa?" Alih-alih menjawab, Zafran malah balik bertanya. Yang ditanya menampakkan senyum lebar, membuat matanya tampak seperti garis lurus tipis.

"Main, yuk! Gue lagi suntuk." Pemuda di halaman rumah itu mengajaknya, seraya melempar-lemparkan bola basket di tangan.

"Mending tidur," tolak Zafran, membuat Aldy menggerutu kecil, sudah menyangka akan menerima jawaban semacam itu dari temannya.

"Kalau begitu, gue ke atas, ya," izinnya, yang kembali mendapat penolakan dari si Pemilik rumah.

"Lo ganggu banget, Al. Serius!"

"Gue betulan suntuk, Zaf!" sahutnya dengan sedikit memaksa. Beberapa detik setelah berucap, Aldy tampak mengalihkan pandangan, menatap seseorang yang lain. Pemuda itu semakin mengembangkan senyum ramah, sembari berujar, "Eh, Kak Oliv! Mau ke mana, Kak?"

They Don't Know About Us (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang