Is It Too Late?

531 71 15
                                    

Olivia masuk ke kamar Zafran siang ini. Hari Minggu memang jadwalnya membersihkan rumah, termasuk kamar adiknya. Di dalam, Zafran masih tidur. Laptop terbuka di kasur, menampakkan layarnya yang juga masih menyala.

“Kebiasaan!” gumam si Sulung, sembari memunguti jaket yang berserakan di karpet.

Dia menggantung pakaian adiknya di gantungan dekat pintu. Tanpa sengaja, matanya menatap gitar yang bersandar di dinding, dalam kondisi mengenaskan.

“Hah? Pecah?” gumamnya lagi.

Pikiran Olivia hanya satu; Zafran baru mengalami kecelakaan. Dia panik, segera menghampiri si Pemilik kamar yang masih tidur, menepuk-nepuk kakinya.

“Zaf! Bangun! Zafran! Kamu habis kecelakaan? Gitarmu kenapa?”

Gadis itu memberondongnya dengan pertanyaan, yang sama sekali tak digubris oleh yang bersangkutan. Matanya masih terpejam. Tidur jam berapa semalam, sampai sesiang ini masih susah bangun?

“Zafran!”

Pandangan mata Olivia kembali teralih. Kali ini, pada layar laptop. Penglihatannya sedikit kurang jelas tanpa kacamata, jadi dia mendekat, memungut benda persegi panjang itu, dan membaca sesuatu di layarnya dari jarak dekat.

Psikiater Dr. Handiarto, SpKJ
Buka pukul 18:00
Reservasi open 13:00

Hampir saja Olivia menjatuhkan laptop di tangannya karena kaget. Otaknya segera menyambungkan rantai. Gitar Zafran rusak, lalu dia mencari psikiater di internet. Bukan kecelakaan. Zafran pasti sedang mengalami bullying.

“Zafran!” Gadis itu meletakkan laptop di kasur lagi, kemudian kembali membangunkan adiknya. Kali ini, lebih keras. “Bangun! Kenapa cari psikiater? Kamu di-bully sama siapa? Bilang! Biar Kakak setrika mukanya! Zafran!”

Tanpa hasil. Entah sengaja atau tidak, Zafran tetap tidur sekalipun Olivia mengguncang tubuhnya dengan kuat. Kesal bercampur cemas, dia keluar dari kamar adiknya, kembali ke kamarnya sendiri untuk mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Aldy. Semoga anak itu tahu apa yang sedang menimpa Zafran.

 



✨✨✨

 

Olivia membuka pintu, setelah pintu rumahnya diketuk berkali-kali. Dia tahu siapa yang datang. Pasti seseorang yang baru saja dihubunginya via chatting.

“Mana Zafran, Kak?”

Betul, ‘kan? Aldy ada di depan pintu rumah. Tangannya tampak membawa sebuah ... Gitar?

“Di kamar,” jawab Olivia, sembari mengamati gitar di tangan Aldy. Gadis itu sedikit penasaran, melontarkan tanya, “Itu punya siapa?”

“Punyaku. Eh, bukan! Punya Zafran. Aldy baru beli waktu keluar tadi pagi.”

Kalimat Qhialdy cukup untuk membuatnya berpikir. Apa pemuda itu ada hubungannya dengan kondisi gitar Zafran?

“Maksudnya, kamu beli buat Zafran?” tanyanya lagi, memastikan. Yang ditanya tampak mengangguk pasti.

“Iya, Kak. Soalnya, gitar Zafran pecah gara-gara aku.”

“Kok, bisa?”

“Aku banting, Kak.”

“Hah?”

Ini pertengkaran mereka sudah di tahap bahaya atau bagaimana? Sampai banting-banting gitar dan pencarian psikiater.

“Kalian bertengkar gara-gara cewek yang mana, sih?” Menurut Olivia, kedua pemuda itu sedang terlibat ‘pertengkaran karena berebut perempuan’. Perempuan mana yang bisa membuat Zafran dan Qhialdy bergelut setelah bertahun-tahun kompak?

They Don't Know About Us (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang