BONANZA - 026

50.3K 2.2K 7
                                    

026'

******

Kalingga merasakan wajah sebelah kanannya terganggu oleh sesuatu. Laki-laki itu membuka matanya dan melihat rambut Nanza lah yang mencoloki wajahnya itu.

Perlahan Kalingga bangkit dengan tangan menopang dagu Nanza. Apa ini? Gadis itu ketiduran dengan posisi seperti ini? Apakah tengkuknya tidak terasa sakit?

Tidak menunggu lama, Kalingga langsung menggendong Nanza membawanya ke kamar laki-laki itu.

Sesampainya di kamar, perlahan Kalingga menidurkan Nanza ke atas kasurnya.

Netra Kalingga menatap lekat wajah Nanza yang berkeringat. Tangan laki-laki itu terulur mengusap kening Nanza, “Gerah pastinya. Tidur pake hoodie gini.” ucap laki-laki itu sebelum berajak menghidupkan Ac.

Kalingga kembali mendekati Nanza dan duduk di tepi kasur menatap Nanza dengan napas teraturnya. Entah mengapa, laki-laki itu menyukai Nanza saat seperti ini.

Menyadari dirinya terlalu berlebihan, Kalingga mengusap wajahnya, “Gila.” laki-laki itu langsung bangkit ingin pergi dari sana. Tetapi tangan Nanza menarik tangan laki-laki itu.

“Kak, maaf gue ngantuk banget. Mata gue berat. Gue malah ketiduran. Udah malem ya? Gue mau pulang aj—”

“Tugas lo belum selesai. Gara-gara lo gue bangun.” laki-laki itu menahan tubuh Nanza yang ingin bangkit sehingga gadis itu kembali terlentang.

Nanza tetap berusaha bangkit, “Kak, yang bener aja? Ini udah malem banget. Liat tuh, udah jam sebelas. Gue mau pulang, Ka—”

Ucapan gadis itu terpotong karena tubuhnya di kukung Kalingga. Kalingga dengan cepat menyelundupkan kepalanya pada leher gadis itu, “Lo lupa lo harus tanggung jawab?”

“Tapi, Kak. Itu urusan lo. Kenapa gue harus ikut-ikutan?” Nanza menepuk-nepuk punggung Kalingga.

“Karena lo udah berani masuk ke dalam hidup gue. Lo lupa?” Kalingga mendongak menatap wajah masam Nanza.

“Tapi maksud Kakak tanggung jawab itu apa ya?” tanya Nanza. Gadis itu langsung menghela napasnya.

Kalingga tersenyum miring, “Lo harus gantiin Sonya.”

Otak Nanza kini di penuhi oleh Kalingga. Kalingga kenapa harus putus sama Sonya secepat ini? Memang bagus, tetapi Nanza harus tahu alasan laki-laki itu mamutuskan hubungannya dengan Sonya.

“Gue gantiin Kak Sonya? Kenapa juga Kakak putus sama dia?” tanya Nanza membuat Kalingga memiringkan wajahnya menatap manik gadis itu.

“Bukannya lo harus seneng ya?” ucap laki-laki itu menautkan kedua alisnya.

Nanza memalingkan tatapannya, “Gue akan seneng kalo lo ninggalin dia emang bener-bener karena orang tua lo, Kak.” Nanza kembali menatap Kalingga.

“Itu jelas alasan gue. Dan gue udah pikirin ucapan lo kalo Sonya emang membawa pengaruh buruk buat gue. Tapi, itu nggak mudah.” Kalingga kembali menyelundupkan wajahnya pada leher Nanza.

“Gue masih butuh lo buat gantiin Sonya. Apapun yang Sonya lakuin buat gue, lo juga harus lakuin buat gue.” ucap Kalingga.

Nanza mengangkat kepala Kalingga agar laki-laki itu menatapnya, “Emang, Sonya udah ngelakuin apa aja buat lo, Kak?” tanya gadis itu penasaran.

“Seperti ini, bahkan lebih.” jawaban Kalingga membuat otak Nanza  mencelos dan dengan cepat gadis itu mendorong dada Kalingga lalu beranjak dari kasur.

Kalingga mengerjap, “Lo kenapa?” tanya laki-laki itu bingung melihat Nanza dengan ekspresi wajah takutnya.

“Lo gila, Kak. Kalian masih sekolah. Tapi kalian udah terlalu jauh. Maksud lo ngelakuin hal lebih dari ini tuh apa, Kak?” sekilas ucapan Sonya tadi terlintas di otaknya yang dimana gadis itu mengatakan kalo Kalingga tidak menyukai bocah seperti Nanza.

Kalingga menelan salivanya. Come on. Nanza salah paham.

******

Nanza mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam lift karena di dalam sana sudah ada Kalingga. Gadis itu lebih memilih untuk berlari menuju tangga darurat.

Nanza tidak mau melihat Kalingga. Gadis itu masih tidak terima dengan jawaban Kalingga semalam. Apaan coba, laki-laki itu sudah melakukan hal yang tidak sepantasnya di lakukan pelajar.

Percayalah, Nanza tidak bodoh. 'Lebih' yang di maksud Kalingga itu adalah bahasan dewasa. Kalo tahu sejak awal Kalingga sudah melakukannya dengan Sonya. Gadis itu tidak akan membantu Rere karena itu sudah lewat keterlaluan. Cepat atau lambat, Nanza akan mengadukannya pada orang tua Kalingga dan Rere.

Sesampainya di loby, gadis itu mengatur napasnya. Matanya menyipit menatap parkiran yang terekspos dari dinding kaca loby. Gadis itu mencari keberadaan Kalingga. Sialan, motor Kalingga masih markir di sana. Lalu, kemana laki-laki itu? Bukankah seharusnya Kalingga lebih dulu sampai daripada gadis itu.

Mendengar derap langkah di belakangnya terhenti, Nanza langsung menarik napasnya dan berlari dari sana menuju parkiran. Saat gadis itu menoleh ke belakang di tengah-tengah larinya, itu benar-benar Kalingga.

Kalingga menghela napasnya, “Lo salah paham, bocah.” ucap laki-laki itu lalu melanjutkan langkahnya mengikuti Nanza.

Nanza dengan kegelisahannya itu segera memakai helm. Gadis itu terus saja menoleh menatap Kalingga yang semakin dekat. Di saat seperti ini, kunci motornya mendadak tidak ada. Tangannya yang tremor itu mengobrak-ngabrik tas gendongnya. Sialan.

“Za.”

Gadis itu melotot mendapati sepatu Kalingga di depannya itu.

Saat ingin menghindar dari Kalingga, laki-laki itu dengan cepat  menarik tas Nanza, “Za! Lo nggak usah ngehindar kayak gini!”

Nanza menelan susah salivanya, tangan gadis itu membuka kaca helmnya, “Gue nggak mau berurusan lagi sama lo, Kak. Lo udah nggak suci lagi.”

Ucapan Nanza berhasil membuat Kalingga menahan tawanya sendiri. Laki-laki itu mengusap mulutnya lalu meraup helm yang di pakai Nanza agar gadis itu menghadap dan menatapnya.

“Kalo lo, pantes di sebut nggak suci lagi karena lo cewek. Gue cowok, Za.” ucap Kalingga membuat Nanza menautkan kedua alisnya.

“Sama aja, Kak! Lo nggak merasa bersalah apa? Gila, lo berengsek bang—”

“Lo salah paham!” sekat Kalingga seraya membungkukkan punggunya agar wajahnya sejajar dengan gadis itu.

Nanza memalingkan tatapanya ke arah lain, “Nggak usah bohong!” ucap gadis itu langsung mengepalkan kedua tangannya.

Kedua tangan Kalingga meraih kedua tangan Nanza dan melerai kepalan gadis itu, “Gue jelasin, ya?” ucap laki-laki itu lembut.

“Gue nggak mau denger!” Nanza menepis tangan Kalingga. Gadis itu langsung berbalik dan berlari dari Kalingga.

Kalingga hanya berdecak lalu meringis. Tangannya terangkat mengusap wajahnya sendiri, “Dasar bocah.” laki-laki itu menggelengkan kepalanya.

******
TBC
.

BONANZA •  [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang