BONANZA - 028

46.3K 2.2K 10
                                    

028'

******

Nanza mengerjap menatap motor Kalingga sudah tidak ada di parkiran. Kalingga sudah pulang? Padahal tadi niatnya gadis itu ingin menebeng karena mereka sudah baikan. Tapi, dugaannya salah, Kalingga tidak mengingatnya.

Dengan langkah lemas, gadis itu berjalan ke luar gerbang dengan tangan masih menenteng helmnya. Akhirnya gadis itu naik angkot lagi. Gadis itu sempat berpikir untuk pulang ke rumah orang tuanya saja, tetapi mengingat besok hari minggu,  jadi besok saja gadis itu akan ke sana.

Memakan waktu satu jam lebih, Nanza sudah sampai di apartemen dengan dua angkot. Gadis itu langsung masuk ke dalam lift menuju lantai lima. Tetapi, gadis itu penasaran dengan Kalingga. Saat ingin memencet tombol lantai enam, gadis itu urungkan. Karena ia harus bersih-bersih terlebih dahulu. Masa bertemu laki-laki itu dengan keadaan belum mandi seperti ini.

“Za, kamu ke Sekolah naik apa? Kok pas Nenek ke pasar, Nenek liat motor kamu markir. Kamu naik angkot?” tanya Nenek.

Nanza mengangguk, “Iya. Nanza lupa naro kunci motor, Nek. Kunci cadangan juga di rumah. Nanti malem Nanza cari kunci motornya.”

“Aduh, iya. Kamu harus hati-hati dong, Nak. Jangan sampe ilang, Nenek bantu cari deh,” ucap Nenek seraya menarik piring kotor di depan Nanza.

“Simpen aja di wastafel, Nek. Nanti  Nanza cuci.” ucap Nanza membuat Nenek menggelengkan kepalanya.

“Kamu nggak usah cuci piring, kamu ke mini market aja, Za. Beliin Nenek roti kesukaan Nenek itu, ya. Nenek lupa beli tadi.” ucap Nenek.

Nanza mengangguk, “Okedeh.” ucap gadis itu lalu bangkit.

“Iya, hati-hati. Pake jaket dulu. Masa ke luar pake tangtop doang.” perintah Nenek.

Aish, hampir saja gadis itu lupa. Dengan secepat kilat Nanza ke lantai dua mengambil jaketnya di dalam kamar. Selesai bersiap, Nanza turun kembali.

“Nek Nanza langsung pergi aja. Asalamuallaikum!”

“Iya Wa'alaikummussalam!” sahut Nenek di dapur.

Selesai membeli roti dan beberapa kebutuhan dirinya di mini market, gadis itu akan mampir ke apartemen Kalingga.

Tiba di depan pintu apartemen Kalingga,  Nanza langsung mengetuk pintu di depannya itu. Selang beberapa detik, pintu terbuka. Tetapi saat Nanza ingin masuk, pintu itu ingin tertutup kembali.

Nanza menahan pintu itu dan memasukkan tangannya ke sela-sela pintu, “Kak! Tangan gue kejepit!” pekik gadis itu agar Kalingga membuka pintu.

Namun tidak ada jawaban dari Kalingga. Kenapa ini? Kalingga marah padanya? Tapi karena apa? Bukannya tadi di Sekolah mereka sudah baikan?

“Pergi. Ngapain juga lo ke sini.” ucap Kalingga di dalam sana. Nanza menelan salivanya.

Tidak beres, Kalingga sepertinya benar-benar marah. Gadis itu menarik napas lalu membuangnya, gadis itu harus tahu kenapa Kalingga marah padanya.

“Iya-iya gue pergi. Tapi, lo buka dulu pintunya. Tangan gue kejepit, Kak.” ucap gadis itu. Saat pintu di buka lebih lebar, gadis itu langsung masuk dan menutup pintu dari dalam.

BONANZA •  [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang