BONANZA - 024

49.4K 2.2K 4
                                    

024'

******

Gila sih, Za. Lo berhasil ngerubah Kak Lingga. Tadi pagi sweet banget.... Mana sambil natap lo kay—

Ca, stop. Kuping gue penuh dari tadi lo bahas itu mulu. Mending kita ke lapang sekarang.” Nanza langsung beranjak dari bangku ke luar kelas menuju lapangan.

“Ayok Anak-anak, cepat baris di lapang. Sesuai kelas kalian. Hari ini kita akan melaksanakan senam pagi untuk membugarkan tubuh kita.”

Aduh.... Udah sepuluh kali tuh toa berisik. Kalo gue jadi Pak Bima, sekalian aja pake toa mesjid!” cibir Caca di samping Nanza.

Sesampainya di lapangan, Nanza menatap ragu ke arah barisan kelasnya, kenapa harus dekat dengan kelas Kalingga si!

“Za! Sini!” Reno melambaikan tangannya di depan sana ke arah Nanza.

Bukan hanya Nanza yang melihat Reno, Nanza juga menangkap Kalingga tengah menatap Reno sangat tajam. Gadis itu jadi horor sendiri.

“Za, di sini aja. Di tengah.” teriak Raden kali ini membuat Nanza teralih pada laki-laki itu.

Saat kembali menatap Kalingga, laki-laki itu sudah menatapnya. Nanza tersenyum ke arah laki-laki itu. Bukannya membalas senyum, Kalingga malah mendelik.

“Ayok Za, di sini aja.” Caca menarik tangan Nanza untuk berbaris di barisan paling belakang tepat di samping Kalingga.

Nanza menganga saat Caca malah meninggalkannya. Caca malah memilih barisan tengah di belakang Raden. Sialan memang.

Perlahan Nanza melirik Kalingga, “Kak, lo ikutan senam juga?” tanya gadis itu mencoba membuka suara.

“Gue juga siswa Purnama kalo lo lupa.” jawab Kalingga membuat Nanza mengatupkan bibirnya.

Kalingga mendekati Nanza  berbisik pada gadis itu, “Gue ingetin sama lo, jangan ngasih respon cowok mana pun di depan gue. Gue nggak suka.” Kalingga menegakkan kembali punggungnya.

Nanza yang merasa panas dingin itu mencoba mengontrol dirinya, gadis itu menghela napasnya, “Terus, urusannya sama lo apa, Kak? Kita kan nggak ada hubungan apa-apa. Kenapa lo harus risi?”

“Gue bilang, gu—”

“Selamat pagi anak-anakku yang Bapak cinta. Gimana kabar kalian semua? Apakah ada teman kalian yang tidak mengikuti senam hari ini? Tolong bilang sama Bapak. Bapak akan kasih dia hukuman. Baik, mari kita mulai untuk senam pagi ini.”

Kalingga maupun Nanza, mereka kembali fokus menatap ke depan mengikuti  senam pagi di SMA Purnama yang sudah menjadi rutinitas dalam satu bulan sekali.

Kalingga melirik Nanza, laki-laki itu tersenyum melihat Nanza sangat semangat mengikuti gerakan senam tersebut. Ia pikir, Nanza tidak akan selincah itu.

“Kak! Gue suka sama senam ini!” teriak Nanza.

Kalingga hanya mengangkat sebelah alisnya, “Gue nggak mau tau!” jawab laki-laki mendapat delikan dari Nanza.

Usai sudah senam pagi ini, dengan peluh memenuhi kening Nanza, gadis itu celingukan mencari Caca. Saat netranya menangkap Caca, tangan gadis itu di tarik secara tiba-tiba oleh seseorang.

“Apaan, si! Lepasin gue, Kak!” teriak Nanza.

“Gue mau ngomong sama lo, Za. Sebentar aja.” Alex kembali menarik gadis itu membawanya ke kelas kosong di belakang gedung kelas dua belas.

Nanza berusaha melepaskan tangan Alex, “Nggak usah narik gini, Ka! Kenapa nggak langsung ngomong aja? Kenapa harus ke sin—”

“Ini tentang kita.” Alex menutup pintu kelas kosong itu dari dalam.

Nanza mengatur napasnya, gadis itu menatap Alex tidak suka, “Ada apa? Gue nggak ada waktu lama, Kak. Bentar lagi masuk.”

“Gue suka sama lo, Za. Gue mau kita pacaran. Lo mau ya?”

Nanza menautkan kedua alisnya, “Maaf, Kak. Gue nggak bi—”

“Lo nolak gue?” sekat Alex melangkah mendekati Nanza.

Nanza mundur menjauhi laki-laki itu, “Iya. Gue minta tolong sama lo,  lo beresin dulu urusan lo sama Kak Lingga. Dia nggak salah, Kak.”

“Setelah itu, lo mau jadi pacar gue?” tanya Alex mencengkeram bahu Nanza.

Nanza menggelengkan kepalanya, “Kak, jujur. Lo terlalu to the point sama masalah ini. Kita aja baru kenal.”

“Nggak tuh, gue udah kenal lo dan lo udah kenal gue. Apa salahnya kita pacaran?” Alex mendorong Nanza membuat punggung gadis itu membentur dinding.

“Gue nggak suka sama lo, Kak. Apalagi sikap lo yang ngebuat seolah-olah Kak Lingga salah di mata lo! Gue minta tolong sama, lo! Beresin masalah lo sama dia dengan menjelaskan kalo Kak Lingga nggak salah! Dia nggak tau Kak, kalo lo suka sama Sonya.” jelas Nanza emosi.

Alex tertawa, “Lo ngebelain dia juga setelah Sonya? Asal lo tau, Sonya udah nerima cinta gue, Za. Tapi apa, dia malah milih Kalingga. Apa karena Kalingga lebih berduit daripada gue?”

“Itu artinya salah Sonya. Bukan Kak Lingga!” setelah mengatakan itu, Nanza berlari ke arah pintu dan keluar dari kelas kosong itu.

******

Langsung pulang, Za?” tanya Caca merangkul Nanza. Nanza mengangguk, “Iya. Ke apart Nenek.  Jaraknya lumayan, jadi mau langsung gas gue.”

Caca mengangguk paham, “Lo hati-hati. Kenapa nggak tinggal di bonyok lo aja, si? Kan deket.”

Nanza menggelengkan kepalanya, “Nyaman di sana. Suasananya adem. Kalo di bonyok panas.”

Caca kembali mengangguk, “Lain kali ajak gue ke sana dong.”

“Gampang, malam minggu nginep di sana ya, sama Rere juga.” ucap Nanza membuat Caca berbinar.

“Wah! Mesti seru. Oke! Gue setuju!” setelah itu, Caca menepuk bahu Nanza, “Gue duluan. Jemputan udah ngeWA.”

Nanza mengangguk, “Hati-hati.” gadis itu melanjutkan langkahnya menuju parkiran, entah bagaimana reaksi mereka kalau tahu apartemen Neneknya berhadapan dengan apartemen Sonya. Pasti mereka semua terkejut.

Saat tiba di parkiran, Nanza menghentikan langkahnya mendapati Kalingga sudah berdiri di dekat motornya. Laki-laki itu menyilangkan kedua tangannya ke depan dada, “Seneng? Udah berduaan sama Alex di kelas kosong?”

Nanza menyipitkan kedua matanya, “Nggak usah cemburu buta, gue cuma ngomong serius sama dia tadi.”

Kalingga maju satu langkah, “Tentang perasaan?” tanya laki-laki itu semakin memojokkan Nanza.

Pinggang Nanza yang sudah mengenai motor orang lain itu mencengkeram kemeja seragam bagian dada Kalingga menahan tubuhnya. Menurut kertas dari Citra, Kalingga tidak suka ada kebohongan di mata kita yang sedang berbicara padanya.

“Iya.” ucap Nanza membuat Kalingga menganggukkan kepalanya, “Malam nanti, lo datang ke apart nomor lima lantai enam.”

Setelah itu, Kalingga menjauhi Nanza dan pergi dari sana.

******
TBC
.

BONANZA •  [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang