054'
******
"Ternyata, Kakak pinter ngeles juga, ya? Maksud Kakak ngebohong tadi itu apa, ya? Gue nggak pernah sama sekali ngajarin Kakak belajar lho, Kak. Pembohong." cibir Nanza seraya menepis tangan kanan Kalingga yang merangkulnya.
Kalingga kembali merangkul gadis itu, "Hm, bohong dimananya si, Za? Kan mulai sekarang lo emang pembimbing gue. Gue udah bilang, selama UN, lo harus temenin gue belajar sampai selesai." ucap laki-laki itu membuat langkah Nanza terhenti.
"Emang harus banget ya di temenin?" tanya Nanza menatap Kalingga.
Kalingga menunduk menyejajarkan wajahnya dengan gadis itu, "Nggak boleh?"
Nanza mendorong pipi laki-laki itu, "Nggak."
Kalingga berdecak, "Lo mau nilai gue anjlok?" laki-laki itu menyusul langkah Nanza yang menduluinya.
"Emangnya nilai lo tergantung gue Kak?" tanya Nanza melirik laki-laki itu.
Kalingga menarik tangan kiri Nanza, laki-laki itu menautkan tangan mereka, “Iya. Nilai gue tergantung lo. Jadi, lo jangan buat nilai gue jelek, oke?”
Nanza menghela napasnya, “Tapi ada satu syarat.” ujar gadis itu membuat sebelah alis Kalingga terangkat.
“Apa?” tanya Kalingga penasaran.
“Kalo abis olah raga, usahain lo ganti baju lo secepat mungkin.” jawab Nanza membuat Kalingga menyipitkan kedua matanya, “Kenapa?” tanya laki-laki itu.
“Ganti aja apa susahnya, si?” Nanza menghentikan langkahnya di depan gerobak penjual kue Awug.
Kalingga semakin penasaran dengan maksud Nanza, kenapa syarat gadis itu sangat mudah di lakukannya. Aneh. Perihal baju doang padahal. Laki-laki itu hanya nenyaksikan Nanza berinteraksi dengan penjual kue yang akan gadis itu beli.
“Mang, kue awug nya dua bungkus, ya.” ujar gadis itu merasa tergiur duluan.
“Siap Neng, tunggu bentar, ya....”
Nanza mengangguk, gadis itu melepas tautan tangannya dengan Kalingga lalu menyilangkannya ke depan dada, “Gue yakin Tante Citra pasti suka.” ujarnya.
Kalingga dan Nanza memang berencana untuk ke rumah laki-laki itu sebelum pulang ke apartemen. Itu permintaan Nanza yang ingin bertemu Citra. Karena memang sudah lama juga tidak berkunjung ke rumah Rere. Sebelum kesana, Nanza juga memutuskan untuk membeli oleh-oleh untuk Citra di pasar malem pinggir jalan yang di lewatinya.
“Seyakin itu?”
Nanza melirik Kalingga, “Iyalah, Kak. Tante Citra pernah bilang ke gue kalo dia emang suka makanan khas Sunda. Jadi, dia pasti suka.”
Kalingga mengangguk-anggukkan kepalanya, “Lo juga suka?” tanya laki-laki itu menangkap Nanza menjilat bibirnya.
Nanza mengangguk, “Enak.” ujarmya antusias.
Sesederhana itu? Kalingga tersenyum singkat melihat tingkah girang Nanza saat menerima kue dari sang penjual.
Setelah mendapatkan kue kesukaannya, tidak berhenti-hentinya Nanza untuk menciumi aroma kue tersebut.
“Mau makan kuenya dulu?” tanya Kalingga.
“Tapi nanti kemaleman,” gadis itu melirik arlojinya, 19.02.
Kalingga menarik Nanza untuk duduk di kursi kayu, “Makan aja dulu kalo mau banget. Belum terlalu malem juga.” ucap Kalingga langsung menarik plastik kue dan membukakan satu bungkus kue Awug itu untuk Nanza makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA • [TERBIT]✓
أدب المراهقينVERSI CETAK TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA ⚠️ "Za, plis ya, lo bantuin gue. Gue nggak tau mau ke siapa lagi gue minta tolong. Gue nggak mau Abang gue malah mati-matian merjuangin cewek yang cuma bisa nyakitin dia doang." "Gu...gue bisa apa? Gue haru...