BONANZA - 012

46.5K 2.1K 5
                                    

012'

******

Kalingga berdecih melihat Alex yang dengan sengaja melambaikan tangan ke arah Nanza. Laki-laki itu ikut melihat Nanza. Saat Nanza tersenyum ke arahnya, laki-laki itu berpaling.

"Jangan harap lo akan menang sekarang, Ga. Gue nggak akan pernah nyerah dari lo!" ucap Alex menekankan.

Kalingga tersenyum miring, "Wow. Hebat." ucap laki-laki itu remeh.

Alex menarik tengkuk Kalingga mendekatkan wajahnya tepat ke depan telinga Kalingga, "Gue nggak akan biarin lo ngerebut Nanza dari gue setelah Sonya."

Kalingga mendorong dada Alex, "Terserah lo." ucap laki-laki itu langsung menjauh dari Alex.

Pertandingan akan di mulai dan di wasiti oleh Regi. Laki-laki itu meniup pluit menandakan pertandingan sudah di mulai.

Kalingga dengan kemahiran dalam badminton pun sudah dapat menebak sasaran Alex. Laki-laki itu harus menyeimbangi Alex yang bermain dengan penuh emosi. Berkali-kali juga Kalingga berhasil menggagalkan teknik smash Alex. Ingat, Kalingga tidak akan pernah menyerah.

Kalingga tersenyum menang saat la berhasil mencetak point. Alex meludah ke pinggir, laki-laki itu menatap tajam ke arah Kalingga.

Kalingga yang paham dengan tatapan Alex pun tersenyum. Tiba-tiba netra laki-laki itu menangkap Nanza yang sedang berdesakkan di pinggir lapangan. Kalingga sebal melihat gadis itu.

******

Nanza berusaha membelah kerumunan di pinggir lapangan, gadis itu dengan susah payah berhasil menerobos para siswi dan siswa di pinggir lapangan.

"Za.... Tungguin gue, ah minggir-minggir gue numpang lewat...." Caca memantau Nanza di depan sana.

"Aduh, biasa aja dong, Kak!" sewot salah satu Siswi kesal pada Caca.

Caca tercengir kuda, "Maaf-maaf." ucap gadis itu langsung melanjutkan langkahnya membelah orang-orang.

Saat sampai di samping Nanza, Caca menatap gadis itu, "Tenang Za, mereka pasti baik-baik aja. Lo dukung siapa? Kalo gue mah Kak Alex, dia kan masih jom-"

"Jangan berisik dulu, Ca. Gue harus pantau Kak Lingga. Dia nggak boleh kenapa-napa." ucap Nanza. Gadis itu fokus menatap Kalingga.

Caca mengangguk, "Oke-oke." gadis itu ikut fokus melihat pertandingan antara Kalingga dan Alex.

Nanza refleks melotot saat Kalingga terjatuh mengejar kok. Gadis itu melihat lutut Kalingga memar ketika laki-laki itu bangkit. Nanza meringis melihatnya.

"Mereka nggak boleh berantem, Ca." Nanza langsung berlari keluar lapangan.

Caca menganga melihat Nanza. Gadis itu tidak menyangka dengan kegesitan Nanza. Baru juga sampe, udah lari lagi?

Nanza berlari menuju ruangan guru, gadis itu akan melaporkan pertandingan Kalingga dan Alex. Gadis itu tidak mau pertandingan ini terus menerus terjadi.

Sesampainya di ruangan guru, Nanza langsung masuk dan berjalan ke arah Pak Bima. Guru olah raga.

"Ada apa?" tanya Pak Bima.

Nanza yang masih mengatur napasnya itu menarik napas dalam-dalam, "Pak tolong hentikan pertandingan di lapangan sekarang. Pertandingan mereka tidak sehat, Pak. Kak Lingga dan Kak Al-"

"Tenang dulu, Za. Mereka sudah izin kok ke saya. Saya sudah mengizinkan mereka untuk tanding sebagai latihan. Kenapa kamu panik begini? Ini juga kan masih istirahat."

"Pak, mereka nggak baik-baik aja, Pak. Mereka jadikan pertandingan ini untuk perkelahian mereka." jelas Nanza.

Pak Bima menautkan kedua alisnya, "Benar begitu? Yasudah, nanti saya ke sana untuk menghentikan pertandingan mereka. Terimakasih informasi nya, ya?"

Nanza mengangguk, gadis itu berbalik keluar dari ruangan guru. Tubuhnya terasa lemas sekarang. Caca langsung menahan tubuh Nanza, "Za. Lo cape, ya?" tanya Caca.

Nanza menggelengkan kepalanya, "Nggak kok." jawab Nanza berbohong.

"Ayok ke lapang lagi. Gue mau liat ke adaan Kak Lingga."

Caca menahan tubuh Nanza, "Nggak. Kita ke kelas. Lo cape, Za. Gue takut lo malah pingsan."

Nanza merasakan tubuhnya sendiri yang memang terasa lemas. Tidak mau menjadi beban, Nanza memilih untuk mengikuti Caca yang membawanya ke kelas.

Tidak masalah, Nanza bisa melihat Kalingga dari atas.

Nanza menolak Caca untuk masuk ke dalam kelas, gadis itu lebih memilih untuk melihat Kalingga ke bawah sana. Tangan gadis itu bertumpu pada pembatas lorong kelas sebelas lantai dua. Gadis itu merasa lega saat Pak Bima berhasil menghentikan pertandingan Kalingga dengan Alex.

Nanza tersenyum ke arah Kalingga yang menatapnya. Bahkan gadis itu berani melambaikan tangannya. Namun tangannya perlahan turun saat Sonya masuk ke area lapangan dan memberikan Kalingga air minum.

"Aduh, sabar ya Ibu pelakor." sindir Caca menggoda Nanza.

Nanza merotasikan kedua bola matanya, "Percaya sama gue, hubungan mereka akan secepatnya berakhir."

Caca meringis mendengar ucapan Nanza, "Gue percaya, kok."

"Gue serius, Ca. Lo nggak percaya?" tanya Nanza saat melihat ekspresi tidak meyakinkan dari Caca.

Caca tercengir, "Iya-iya. Gue percaya seribu persen sama lo!"

"Za!"

Nanza menoleh ke bawah. Gadis itu melihat Alex yang mengisyaratkannya untuk turun. Nanza menatap Caca, "Gue males, Ca."

Caca mengangkat kedua bahunya, "Gue nggak ikut campur urusan ini mah." kata gadis itu langsung berbalik masuk ke dalam kelas.

Nanza kembali menoleh ke bawah sana. Gadis itu melambaikan tangannya menolak Alex. Lalu Nanza buru-buru masuk ke dalam kelas.

******
TBC
.

BONANZA •  [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang