010'
******
Setelah mendapatkan nomor whatsapp Kalingga, kini Nanza sedang mengutak-ngatik poto profilnya sendiri. Gadis itu bingung harus pilih potonya untuk di pasang di profil. Mau bagaimanapun juga Nanza harus menarik perhatian Kalingga.
"Kalo gini kan cakep." ucap gadis itu tersenyum ke arah poto profilnya.
Baru saja ingin masuk ke dalam room chat Kalingga, seseorang memanggilnya dari luar, "Za! Sini, nak!"
Nanza menghela napasnya lalu beranjak dari kasur membuka pintu kamar, "Ada apa, Mah?" tanya gadis itu lemas.
"Mamah mau minta tolong, kamu anterin ini ke rumah Nenek, ya? Si Papah belum pulang soalnya." Serin menyodorkan paper bag berisi.
Nanza menerima paper bag itu, "Yaudah, Nanza mau siap-siap dulu."
"Oke, makasih ya sayang," wanita setengah paruh baya itu langsung berbalik meninggalkannya.
Nanza kembali masuk ke dalam kamarnya, gadis itu melirik handphonenya di atas kasur, "Baru juga mau PDKT. Udah ada aja gangguannya, ah!"
Meraih handphonenya untuk di masukkan ke dalam saku, Nanza langsung memakai jaket hitamnya. Gadis itu harus rapih. Ia tidak mau kejadian jatuh dari motornya terulang.
Menghabiskan lima belas menit untuk bersiap, Nanza langsung turun ke lantai dasar dan keluar rumah. Gadis itu sudah memasukkan paper bag ke dalam tas gendongnya.
Nanza langsung tancap gas menuju rumah Neneknya. Lumayan jauh, karena bisa menghabiskan waktu satu jam. Berbeda lagi jika jalannannya sedang macet.
Saat di di perjalanan, gadis itu tidak sengaja menangkap Kalingga. Mau tidak mau Nanza langsung mengekori motor laki-laki itu.
Tiba-tiba motor Kalingga memelan. Ternyata di depan sana lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah. Nanza menghentikan motornya tepat di samping Kalingga.
Kalingga melirik Nanza, "Kemana, lo?" tanya laki-laki itu.
Mata Nanza menyipit, "Kepo." ucap gadis itu. Kalingga kembali menatap ke depan.
Memikirkan topik yang tak kunjung muncul, gadis itu memilih hanya diam saja.
"Mamah nanyain lo tadi. Gue bilang aja lo pulang sama temen cowok lo itu." Kalingga langsung menarik gas nya saat lampu merah berubah menjadi hijau.
Nanza ikut menarik gas motornya. Gadis itu mencoba menyiap motor Kalingga, "Kok lo tau gue sama cowok?!"
"Gue nggak buta!" ketus laki-laki itu memelankan motornya. Kalingga tidak mau Nanza melakukan hal konyol yang melukai dirinya lagi.
"Diam-diam stalkingin gue ya, Kak?!" ucap Nanza percaya diri.
"Gak usah PD! Gue kan udah bilang gue punya mata!" sewot laki-laki itu.
Nanza tersenyum di balik helmnya, "Lo mau ke mana?!"
"Bukan urusan, lo! Minggirin motor lo! Bahaya lo kalo di situ! Jalannya dua jalur, bodoh!" peringat laki-laki itu.
Nanza yang baru menyadarinya pun langsung memelankan motornya ke belakang motor Kalingga. Gadis itu harus tahu mau ke mana laki-laki itu. Jalannya masih sama dengan tujuan Nanza.
Nanza semakin penasaran saat Kalingga juga memasuki gerbang apartemen yang sama. Mau ke apartemen siapa laki-laki itu?
Neneknya memang sudah tinggal di apartemen selama lima tahun. Gadis itu juga sering ke apartemen neneknya dua minggu sekali. Gantian dengan orang tuanya. Nanza memarkirkan motornya tepat di samping motor Kalingga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA • [TERBIT]✓
Novela JuvenilVERSI CETAK TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA ⚠️ "Za, plis ya, lo bantuin gue. Gue nggak tau mau ke siapa lagi gue minta tolong. Gue nggak mau Abang gue malah mati-matian merjuangin cewek yang cuma bisa nyakitin dia doang." "Gu...gue bisa apa? Gue haru...