BONANZA - 034

41.4K 1.9K 6
                                    

034'

******

Nanza menatap semua orang di depannya bergantian. Gadis itu sedikit terkejut dengan keberadaan Kalingga. Sepertinya, laki-laki itu memang sudah berubah.

“Za! Sini!” teriak Rere, gadis itu menoleh ke arahnya. Dengan cepat Nanza menghampiri Rere dan juga Caca yang tengah menyiapkan bumbu sepertinya.

“Za, apa kabar kamu, nak?” tanya Citra. Wanita itu tengah membantu Rendi menyiapkan kayu bakar.

Nanza tersenyum ke arah wanita itu, “Baik kok. Kalian apa kabar?” tanya gadis itu balik.

Citra dan Rendi tersenyum ke arahnya, “Kami juga baik.” jawab Rendi.

Lalu tatapan Nanza teralih ke arah Kalingga. Gadis itu tersenyum singkat saat Kalingga menatap ke arahnya. Laki-laki itu terlihat tengah membuat penusuk ikan.

“Kami undang kalian semua, mau rayain hari bahagia Tante. Kamu inget pas kamu jatuh di pohon mangga itu, Za? Dan itu semua gara-gara Tante yang mau mangga muda. Ternyata kamu bener, Za. Tante hamil. Alhamdulillah.” ucap Citra menjelaskan.

Nanza refleks menutup mulutnya, “Tante? Beneran?” Citra mengangguk. “Wah.... Kak Lingga sama Rere bakal punya saingan, nih.” lanjut gadis itu.

Semua orang di sana tertawa mendengar Nanza kecuali Kalingga dengan wajah datarnya. Gadis itu sempat meliriknya.

“Aduh, Tante lupa ikannya masih di kulkas.” Citra bangkit dari jongkoknya.

Dengan cepat Nanza menahan Citra, “Biar Nanza aja, Tan. Nanza belum kerja apa-apa.” gadis itu langsung menyimpan helmnya.

“Yaudah, kamu ambil di kulkas dapur ya, Za. Hati-hati, kayaknya udah ngebatu. Tangannya nanti terluka.” peringat Citra.

Nanza mengangguk, gadis itu langsung masuk ke dalam rumah sesuai tujuannya.

Sesampainya di dapur, Nanza segera membuka kulkas. Memang sedikit sulit mengambil ikan tersebut, namun dengan keahlian Nanza, semua teratasi.

Berhasil mendapatkan satu kantung kresek ikan, gadis itu terkejut dengan tangan kekar melingkar di perutnya. Jelas itu perbuatan Kalingga.

“Ka, awas dulu. Gue mau anterin ini ke depan.” ucap gadis itu seraya menutup pintu kulkas.

Kalingga menggelengkan kepalanya, “Lo nggak pulang ke apart?” tanya laki-laki itu seraya menyimpan dagunya di atas bahu kiri Nanza.

“Nggak. Mana mungkin gue bisa nggak ikut acara Mamah sahabat gue sendiri, Kak. Cie, yang mau punya adek.” tangan kanan Nanza terangkat untuk mengusap kepala laki-laki itu.

Kalingga menghela napasnya, “Gue nggak suka punya adek lagi.” ucapan Kalingga membuat Nanza mencelos. Gadis itu refleks melepaskan tangan Kalingga dari perutnya lalu berbalik menatap wajah laki-laki itu.

“Kok ngomong gitu, si? Nggak bersyukur banget lo, Kak. Lumayan lah punya adek lagi, biar nanti bisa lo manfaatin. Ya.... Buat di suruh-suruh contohnya.” ucap Nanza.

Kini Kalingga menoyor pelan kening Nanza, “Lo mau seenak jidat nyuruh-nyuruh adek lo kalo semisalnya lo punya adek?” tanya laki-laki itu menggelengkan kepalanya.

“Ya, dari pada di maki kayak lo tadi.” ucap Nanza lalu menipiskan bibirnya.

Hm, gue maunya punya anak.” ucapan Kalingga sontak membuat Nanza hampir terjungkal, gadis itu menhan tawanya.

“Lo masih kesil. Elah, make mau anak segala.” ucap Nanza. Gadis itu menatap ikan di tangannya, “Gue ke depan dulu. Kita bakar-bakar!” Nanza langsung berjalan melewati Kalingga.

BONANZA •  [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang