BONANZA - 013

47.7K 2K 6
                                    

013'

******

Re, ini Caca. Dan Ca, ini Rere. Kalian kenalan aja, pasti kalian langsung srek. Kalian kan sama-sama seng...ah, nggak-nggak.” setelah memperkenalkan mereka berdua, Nanza memilih untuk meninggalkan mereka dan menikmati ayunan yang menghadap ke danau.

Caca melirik Rere, “Gue Caca, temen sebangku nya Nanza.” gadis itu menyodorkan tangan kanannya.

“Gue Rere.” gadis itu menjabat tangan Caca. Lalu mereka berdua tersenyum.

“Ca, lo udah tau kan gue adiknya Bang Lingga?” tanya Rere.

Caca mengangguk, “Dari Nanza. Kalian sahabatan sejak kapan?” tanya gadis itu menatap Nanza di depan sana.

“Dari SMP. Jadi, lumayan lama.” jelas Rere ikut menatap Nanza.

“Hebat. Selamat ya, persahabatan kalian awet sampe sekarang.” kata Caca seraya mengangkat ibu jari kanannya.

Rere merangkul Caca, “Kita jadi bertiga sekarang. Lo mau kan sahabatan sama kita juga?” tanya Rere mengangkat sebelah alisnya.

“Gue nggak akan nolak, karena kalian seasik itu.” Caca tertawa di akhir kalimatnya.

Rere ikut tertawa, “Lo juga asik. Kata Nanza, lo sengklek.” adu gadis itu.

Caca melototkan matanya, “Hah?! Nggak, kata dia lo yang sengklek, Re!”

“Nanza ngomong gitu?!” heboh Rere.

“Serius!” ucap Caca meyakinkan.

Detik itu juga kedua gadis yang baru saja resmi bersahabat itu menatap Nanza.

“NANZA!” keduanya berjalan ke arah Nanza dan mendorong ayunan yang sedang Nanza taiki itu semakin cepat.

“Wo...woy! Apaan, nih! Pelanin! Ini kenceng banget!” Nanza berusaha menghentikan ayunan yang terus di dorong oleh Rere dan juga Caca.

Rere dan Caca tertawa puas melihat Nanza tersiksa. Sampai Nanza tidak bisa bernapas, gadis itu terlalu takut untuk membuka pejaman matanya.

“Lo ngatain kita sengklek sampe lo sendiri nggak nyadar kalo lo lebih dari sengklek, Za!” ucap Rere tidak terima.

Nanza tertawa mendengarnya, “Ya emang kalian berdua sama, anjir. Sama-sama seng—A....! Woy! Pelanin!” perkataan Nanza tersekat oleh kelakuan Rere dan juga Caca.

“Mampus lo, Za!” Caca semakin merasa mulas karena tertawa melihat Nanza.

Rere dan Caca yang sudah puas menyiksa Nanza 'pun, memelankan ayunan dan membiarkan Nanza turun dari sana.

“Gila, lo berdua. Pala gue pusing banget.” Nanza menyentuh kepalanya sendiri.

“Itu hukuman. Yu, Ca.” Rere merangkul Caca dan berjalan lebih dulu meninggalkan Nanza.

Nanza berdecak, “Gue kan cuma bercanda. Baperan.” gadis itu langsung berlari menyusul.

Saat ketiganya sampai di Cafe dekat danau, mereka langsung memesan minuman. Nanza menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, “Gue baru tau kalo Kak Lingga sama Kak Alex lagi slek.” ucap gadis itu tiba-tiba.

BONANZA •  [TERBIT]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang