042'
******
Nanza menahan tawanya saat Kalingga keluar dari kamar mandi sudah mengenakan pakaian pilihan gadis itu. Pakaian itu milik Nanza, kaus warna merah muda bermotif kelinci.
Kalingga menatap tubuhnya sendiri, “Nggak ada baju lain apa? Agak aneh rasanya.” ucap laki-laki itu membuat tawa Nanza terpecahkan.
Nanza memegangi perutnya yang terasa mulas akibat tertawa, “Kak. Sumpah, lo cocok pake baju itu.” gadis itu kembali tertawa.
Kalingga menghela napasnya, laki-laki itu mendekati Nanza yang duduk di tepi kasurnya, “Selucu itu?” laki-laki itu ikut duduk di samping Nanza.
Sontak Nanza menghentikan tawanya saat Kalingga menutupi wajah gadis itu dengan handuk basah bekas laki-laki itu, “Kak! Jorok!” gadis itu berusaha melepas kain putih lembut itu dari wajahnya.
“Kak! Lepasin!” Nanza masih berusaha menyingkirkan handuk itu dari wajahnya. Gadis itu melotot saat kepalanya di bawa Kalingga untuk terbaring.
Kalingga membuka handuk di wajah Nanza sebatas hidung gadis itu. Menyisakkan bibirnya saja yang terturupi kain handuk.
“Maksud lo ngatawain gue apa? Hm?” tanya Kalingga menatap setiap inci wajah Nanza kecuali bibir gadis itu yang masih tertutupi.
Nanza mengerjap, gadis itu berusaha bangkit, “Kak, awas, gue mau bangun.” kedua jemari tangan gadis itu mencengkeram kaos bagian depan yang di pakai Kalingga.
Kalingga tertawa renyah, “Lo belum lunasin janji lo tadi.” ucap laki-laki itu langsung melepas handuk di wajah Nanza.
Nanza meringis sendiri mengingat ucapannya,
“Kak, gue mohon lo pulang sekarang, ya? Udah Isya. Lo nggak ada niatan buat mandi gitu?” tanya Nanza seraya membereskan piring bekas makannya sendiri.
Kalingga menghela napasnya, “Oke gue pulang. Tapi gue mau mandi di sini. Dan sebelum gue pulang setelah gue mandi, gue mau minta sesuatu dari lo.”
Nanza sempat berpikir, ya sudahlah, dari pada Kalingga berlama-lama di apartemen Neneknya. Mending gadis itu turutkan saja kemauan laki-laki itu, “Oke. Apapun itu, gue kasih. Asalkan itu positif dan nggak ngerugiin gue. Dan lo, cepet-cepet pulang.”
Kalingga tersenyum miring melihat wajah tegang Nanza, “Inget? Sekarang gue mau nagih itu.” laki-laki itu semakin mendekatkan wajahnya.
Nanza menolehkan wajahnya, “Lo mau apa, Kak? Nggak usah macem-macem! Bentar lagi Nenek balik, lo nggak takut kita kepergok apa? Dengan posisi kita seperti ini. Cukup di lift aja Nenek berpikiran lebih.” kedua tangan gadis itu menahan dada Kalingga.
Kalingga tersenyum, “Siapa yang macem-macem? Gue cuma mau ini,” Kalingga mendaratkan bibirnya singkat di pipi kanan gadis itu.
“Za, gue pengen tau isi hati lo sama gue kayak gimana.” Kalingga membantu Nanza untuk bangkit. Kini mereka duduk berhadapan di tepi kasur dengan kedua tangan Kalingga yang menggenggam erat kedua tangan gadis itu.
Sebelah tangan Kalingga terangkat untuk mengangkat dagu Nanza agar netra gadis itu menatap netranya, “Gue harap, isi hati lo dulu sama sekarang itu beda.”
“Gu...gue, gue nggak ta—”
“Jangan tinggalin gue,” Kalingga langsung memeluk Nanza, laki-laki itu menghirup dalam-dalam wangi rambut gadis itu.
Nanza yang merasa nyaman di posisi ini' pun, gadis itu mengusap-ngusap kepala Kalingga. Entah mengapa, gadis itu juga tidak mau Kalingga meninggalkannya.
Mendengar napas teratur Kalingga, Nanza melototkan matanya, “Kak? Lo nggak tidur, kan?”
WTF! kalingga sungguh tidur di bahunya. Laki-laki sialan. Lalu bagaimana dengan rencana pulang laki-laki itu? Huft.... Nanza membuang napasnya lemah.
******
Nanza yang sudah siap dengan seragam sekolahnya itu, gadis itu menghela napasnya menatap Kalingga yang masih tertidur nyenyak di kasurnya. Mengingat respon Neneknya semalam, gadis itu kembali menghela napasnya. Begini, seharusnya Neneknya itu mengusir Kalingga dari kamar cucunya. Tetapi Nenek malah kesenengan. Bahkan Neneknya itu membiarkan Kalingga menginap di kamar Nanza. Alhasil, gadis itu harus tidur di kasur lantai yang sangat tipis. Remuk sudah tulang-tulang di tubuh gadis itu.
Saat ingin melangkah ke arah pintu, gadis itu mengurungkan niatnya dan kembali mendekati kasur. Kasihan juga kalau laki-laki itu telat. Apalagi Kalingga sudah kelas dua belas. Pasti laki-laki itu sedang ngebut belajar.
“Kak, udah pagi. Bangun, lo harus sekolah.” Nanza menepuk-nepuk punggung Kalingga karena laki-laki itu tidur dengan posisi tengkurap.
Kalingga menggeliatkan tubuhnya, laki-laki itu menjadi terlentang dengan kedua tangan terentang. Nanza menumpukan lututnya pada karpet di bawah kasur. Gadis itu menatap lekat wajah Kalingga. Bisa-bisanya Kalingga tidur nyenyak di manapun laki-laki itu berada. Bagaimana dulu saat masih bersama Sonya? Ah, gadis itu jadi kesal sendiri. Pasti Kalingga melakukan hal yang sama seperti padanya.
Rusak sudah mood pagi ini. Nanza bangkit ingin memutar tubuhnya, tetapi Kalingga lebih dulu menarik pergelangan tangan gadis itu. Alhasil, punggung Nanza menubruk perut Kalingga karena laki-laki itu sendiri yang menariknya.
Kalingga memeluk erat perut Nanza, “Tunggu gue siap-siap. Mulai hari ini dan seterusnya, lo berangkat dan pulang bareng gue.”
Nanza berdeham, “Gak usah repot-repot. Gue bisa nyetir sendiri.” tolak Nanza.
Kalingga mendudukan tubuhnya, laki-laki itu menyimpan dagunya pada bahu Nanza, “Gue nggak nerima penolakan dari bocil.” ucap laki-laki itu lalu mencium leher Nanza.
Nanza yang terkejut dengan tingkah Kalingga itu, gadis itu menelan susah salivanya, “Satu lagi, inget ucapan gue kemarin, jangan pernah lo berani-beraninya iket rambut lo di sekolah. Biarin rambut lo gini. Gini aja gue udah nggak rela.”
Kedua alis Nanza tertaut, “Kenapa si, Kak. Terserah gue dong, sesuka hati gue mau apain rambut gue. Nggak ngerugiin lo ju—”
“Gue rugi besar. Cuma gue yang boleh nikmatin indah lo. Orang lain jangan. Asal lo tau,” kalingga mendekatkan bibirnya ke depan telinga gadis itu, “Lo kelewat cantik kalo rambut lo di iket.” lanjut laki-laki itu berbisik.
Nanza merasakan pipinya panas secara otomatis sekarang, refleks gadis itu menyentuh kedua pipinya itu sendiri.
“Nggak usah kegenitan di sekolah. Kalo perlu, nggak usah ngasih respons cowok manapun. ” Ucapan Kalingga kali ini membuat kedua sudut bibir Nanza tertarik.
“Cemburu?” Tanya Nanza seraya menolehkan wajahnya ke samping menatap Kalingga.
Bukannya menjawab, Kalingga malah mengecup sudut bibir Nanza. Refleks Nanza segera mendorong dada laki-laki itu, “Nyari kesempatan mulu lo, Kak!”
“Mumpung sempit.” Jawab Kalingga ambigu.
Nanza menyentil telinga kiri Kalingga, “Dasar cowok bucinan, huh.”
******
TBC
.Mohon maaf, Up tidak tahu waktu. Karena takut nanti siang tidak bisa Up.
Yang minta Up setiap hari, target awal memang 2x sehari. Itupun kalau tidak berkendala😭 tapi ya sudahlah.... Maafkan saya yang malas ini.
Oke!
Jangan lupa BomVote!
BomMent NEXT!
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH SUBUH BAGI YANG MENUNAIKANNYA.
Terimakasih....
KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA • [TERBIT]✓
Fiksi RemajaVERSI CETAK TERSEDIA DI SHOPEE FIRAZ MEDIA ⚠️ "Za, plis ya, lo bantuin gue. Gue nggak tau mau ke siapa lagi gue minta tolong. Gue nggak mau Abang gue malah mati-matian merjuangin cewek yang cuma bisa nyakitin dia doang." "Gu...gue bisa apa? Gue haru...